Home / Romansa / Semakin Red Flag Semakin Cinta / Kedatangan Tamu Istimewa

Share

Kedatangan Tamu Istimewa

last update Last Updated: 2025-04-27 19:45:38

“Siapa yang datang pagi-pagi begini, Nda?” tanya Rain setelah Bibi berlalu meninggalkan ruang makan.

“Bunda juga nggak tahu,” jawab Kanayya seraya menyeka bibirnya dengan serbet. Lebih awal mengakhiri sarapan pagi itu.

“Pasien mungkin ya, Nda?” kata Lady ikut mengira.

“Bisa jadi sih. Bunda ke depan dulu.” Kanayya bangkit dari kursi untuk kemudian meninggalkan tempat itu.

Tinggallah Rain berdua dengan Lady di ruang makan.

Rain merasa gemas melihat mulut Lady yang celemotan oleh bekas susu. Ia mengulurkan tangan menjangkau bibir sang istri dan menyapukan jemari di sana. “Ada bekas susu nempel di mulut kamu.”

Selama sepersekian detik Lady terpana. Semakin hari cara Rain memperlakukannya bertambah manis.

“Kok malah bengong? Habisin gih,” suruh Rain agar Lady lekas menuntaskan sarapan pagi. Ia tertawa sambil mengusap lembut pundak sang istri.

“Eh, iya,” gumaman kecil keluar dari mulut Lady setelah sadar dari ketermanguan.

*

Kanayya menggegas langkah ke ruang depan lantaran tidak ingin tamu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
jgn² sidney hamil bkn anaknya rain krn sebelum rain lady menikah, sidney ada liburan ke maldevis selama 2 mggu tanpa rain. apa itu hasil dr liburan tersebut ya thor. dan sidney ada main sm bobby di maldevis tanpa spengetahuan rain. ayo thor update lg dong lebih byk . penasaran nih..!!
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
duh gmn nih benar gak ya kl sidney hamil anaknya rain. krn selama ini rain mainnya pake pengaman.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Gercep

    Lebih kurang dua puluh menit lamanya waktu yang dihabiskan Alana bersama Romy mengitari rumah yang rencananya akan dibeli Romy. Lelaki itu tampak puas dan tidak lagi sebawel tadi. Selama Alana menerangkan Romy diam mendengarkan bagai seorang siswa sedang mendengarkan gurunya. Sedangkan mata laki-laki itu begitu lekat di wajah Alana.”Fix, saya ambil rumah yang ini.” Pria itu menegaskan setelah Alana selesai dengan uraiannya.“Okay, setelah ini saya akan atur untuk proses pembeliannya.”“Tapi masih dengan kamu kan?” kejar lelaki itu cepat.“Bukan, itu bukan bagian saya.”“Tapi nanti dampingi saya ya?” Romy memelas penuh harap. Memasang tatapan ala puppy eyes yang mungkin akan membuat siapa saja jadi luluh.”Kalau tanpa saya gimana?””Saya nggak enak kalau sendiri. Lagian dari awal kamu yang handle saya. Mestinya sampai akhir juga sama kamu.”Ada-ada saja alasan laki-laki itu. Agaknya dia sudah terlatih menggunakan seribu satu cara agar orang-orang mau mengikuti keinginannya.“Ya sudah

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kini Dia Terlihat Berbeda

    Alana kembali ke lobi dengan membawa iPad dan katalog di tangannya. Romy masih setia duduk di sofa lobi. Dari jauh Alana sudah merasakan tatapan laki-laki itu tepat menuju wajahnya.Kenapa sih dia kalau memandang terlalu intens? Apa nggak bisa biasa aja?Alana bersikap wajar dan melangkah casual meskipun cara Romy menatapnya hampir saja membuat Alana grogi. Terbersit di pikirannya jika saja Romy adalah Ale. Tentu ia tidak akan keberatan dipandangi sedemikian rupa. Tatapan Romy bukanlah tatapan nakal yang berasal dari mata liar seorang laki-laki. Akan tetapi tatapan dalam yang cenderung mesra. Bagai seorang pria pada wanita yang dicintainya.“Ini katalognya silakan dilihat dulu.” Alana memberikan bundelan katalog pada Romy setelah kembali duduk di sebelah sang dokter.Tanpa berlama-lama Romy langsung membuka katalog yang disodorkan Alana. Tangannya membolak-balik lembar demi lembar halaman katalog. Sementara matanya memindai dengan cermat aneka foto rumah yang dipajang di sana.“Semua

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   1001 Modus

    Setelah panggilan telepon tersebut berakhir, Alana menggegas langkahnya menuju lobi. Di dalam hati penasaran juga pada penampakan si konsumen ngeyel. Alana tidak bisa menebak karena suara bisa saja menipu. Tapi pastilah pria itu sejenis bapak-bapak menuju lima puluhan, berkumis tebal, berperut sedikit buncit dan rewelnya bukan main.Inhale then exhale…Alana menyiapkan diri sebelum menghadapi si bapak-bapak yang banyak maunya itu.Alana melangkah anggun menapaki lantai dasar setelah keluar dari lift. Sepasang matanya berlarian mencaritahu siapa sosok peneleponnya tadi.Saat itu lobi kantor Jacob Property tidak terlalu ramai. Ada beberapa orang yang sedang menerima tamu di sana. Tapi di mana ya bapak-bapak berperut buncit?Mata Alana tiba-tiba terhenti pada sesosok laki-laki yang duduk di sofa paling sudut lobi. Dia kan si…Belum sempat pikiran Alana mencerna apa dirinya mengenal pria itu, laki-laki tersebut sudah terlebih dulu melempar senyum padanya.‘Dia bukannya dokter Romy kenala

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jerat Perdana Si Dokter Tampan

    Tawa renyah Romy terdengar lagi merespon warning yang disampaikan Ale. Muka laki-laki itu terlihat serius saat menyampaikannya.“Mau gue macem-macemin gimana coba?”“Mana gue tau. Kan cuma ngingetin lo doang.” Ale berkilah.”Nggak mungkin gue macem-macemin, apalagi kata lo dia cewek baik-baik.”“Terus tadi kenapa lo minta nomer hp?””Kan gue bilang lagi ada urusan. Gue ke sini karena tau lo kenal sama dia. Eh, dia masih kuliah ya? Kampusnya di mana?”“Dia udah kerja.”“Yang bener? Muka imut kayak gitu? Gue pikir masih kuliah semester dua.” Romy hampir saja tidak percaya mendengar penuturan Ale.“Dia sebaya gue, dua puluh empat,” imbuh Ale menambah keterangannya.Romy manggut-manggut. Tentu saja informasi ini sangat berguna baginya. Dari awal pertemuan di rumah Kanayya Romy sudah merasa tertarik pada Alana. Sebenarnya Romy sudah mendengar nama Alana dari mulut papanya. Kala itu mereka sedang mengobrol tentang Healthy Hospital. Cerita lalu bergulir ke arah para pekerja di sana termasuk

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Dia Cewek Baik-Baik, Jangan Dimacem-Macemin

    “Eh, kok aku?””Ayolah, Na, bantuin sekali ini aja.” Zee memaksa Alana untuk menerima telepon dari Ale disusul dengan menyodorkannya ke tangan Alana.”Zee…” Alana masih ingin protes tapi Zee memberi isyarat agar segera menjawab.Dengan terpaksa Alana menjawab panggilan tersebut setelah terlebih dahulu mengetuk ikon answer dengan ujung telunjuk.“Halo.” Alana menyapa kaku. Suaranya terdengar aneh oleh telinganya sendiri.Di seberang sana Ale agak terkejut ketika bukan suara Zee yang sampai di telinganya melainkan suara perempuan lain yang didengarnya.“Ale, ini aku Alana.” Alana memberitahu sebelum Ale sempat berkata.“Ya, Zee mana, Na? Kenapa hpnya ada di kamu?” tanya Ale ingin tahu.Alana memandang sekilas ke arah Zee sebelum menjawab.“Zee lagi keluar, hpnya ketinggalan.” Alana menjaga agar nada suaranya terdengar wajar. Ale tidak boleh tahu jika saat ini ia sedang berbohong.“Ke luar ke mana, Na?”Dan Alana bingung harus menjawab apa. Saat ia melirik Zee perempuan itu menunjuk ke a

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tiga Puluh Hari Lagi

    Perasaan Zee sudah jauh lebih baik setelah Alana memberinya nasihat. Alana memang sangat memahaminya. Tak heran mereka jadi akrab dan dekat hingga saat ini."Zee, bentar ya, aku mau ke ruangan bos dulu," ucap Alana kala teringat tujuan awalnya tadi."Ngasih laporan?" tanya Zee melihat ke arah map dalam genggaman Alana."Bukan sih, tapi surat pengunduran diri.""Siapa yang mau ngundurin diri?""Aku." Alana menunjuk dadanya."Kamu?" Zee mengernyit tak percaya."Aku belum bilang ya?" tanya Alana retoris.Zee menggeleng."Aku mau resign, Zee.""Resign? Tapi kenapa? Gaji kamu kurang? Kamu udah dapet kerjaan yang baru? Kamu dapet kerja yang jauh lebih baik dari sini? Gajinya gede di sana?” berondong Zee dengan rentetan pertanyaan menurut dugaannya sendiri.Alana menggeleng pelan, menidakkan semua dugaan Zee. "Salah semua. Gaji di sini udah gede banget, bonusnya juga banyak. Aku juga nggak nyari kerja di tempat lain. Aku resign karena planning-nya bakal pindah ke Amsterdam.""Tapi kok jadi m

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tersiksa Perasaan

    Setelah menyelesaikan sarapan sendiri Kanayya menuju kamar Rain dan Lady. Ingin tahu kenapa anak dan menantunya masih belum menampakkan wujud. Biasanya pada jam segini Rain sudah keluar meskipun Lady masih tetap di kamar.Lady yang membuka pintu saat Kanayya memanggil dan menemui mereka.”Rain udah bangun, Dy?” tanya Kanayya pada sang menantu.Lady anggukkan kepala. “Udah, Bunda, tapi masih rebahan. Kepalanya pusing, katanya juga mual.” Perempuan itu memberitahu.“Mual lagi?” Dahi Kanayya berkerut dalam. Heran mengetahui kondisi anaknya.“Iya, Bunda, makanya aku juga heran.”“Bunda masuk ya, Dy, mau ngeliat Rain.”Lady beringsut. Tanpa perlu minta izin pun Kanayya bisa masuk.”Rain, kamu kenapa, Nak?” tanya Kanayya setelah duduk di tepi ranjang dan mengusap kepala putra kesayangannya.“Mual, Nda, kepalaku pusing. Aku kenapa sih?” Rain hampir saja merengek saking tidak tahan.Kanayya terdiam sesaat setelah mendengar langsung penuturan dari Rain. Pikirannya lantas mencerna apa yang seda

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Keputusan Paling Sulit

    Sydney belum akan berhenti sebelum Rain menerima panggilan darinya. Keras hati dan melegalkan segala cara untuk melancarkan keinginan sudah menjadi karakter yang mendarah daging dalam dirinya. Contohnya saat ini. Sydney meneror Rain dengan panggilan bertubi-tubi."Hpnya masih bunyi, Rain." Lady memberitahu saat ponsel di atas nakas tak henti mengeluarkan suara sejak tadi. "Matiin aja deh, Lad. Atau banting aja daripada bikin sakit kepala." Rain berucap kesal."Aku pikir terima aja dulu. Masalahnya nggak akan selesai dengan matiin hp. Masih ada nanti atau besok. Dia pasti nggak akan berhenti sebelum kamu ngejawab.""Aku ogah ngomong sama dia. Cuma bikin perutku mual," jawab Rain dengan ekspresi jijik.Lady tersenyum di dalam hati menyaksikan raut suaminya. Dulu Rain sangat mencintai Sydney hingga setengah mati. Tapi lihatlah mukanya sekarang. Seakan Sydney adalah sampah busuk yang akan menyebabkannya muntah."Kalau gitu aku aja yang terima telfonnya, boleh?" Lady mengajukan diri.Rain

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Panasnya Hati Sydney

    Ale masih mematung di tempat dengan tangan menyentuh pipi. Kecupan Zee yang lembut masih terasa hingga saat ini. Seakan baru saja terjadi sedetik yang lalu.Seakan tersadar Ale lalu bangkit dari tempat duduknya. Ia merutuki diri sendiri yang tetap mematung tanpa melakukan apa-apa. Seharusnya ia mengejar Zee dan menahannya agar tidak pergi.Keluar dari apartemennya, Ale berjalan cenderung berlari mengejar Zee yang tak tampak oleh matanya. Semoga perempuan itu belum jauh.Hampir saja lelaki itu salah menekan tombol lift saking paniknya. Bukannya membawa turun tapi mengangkut ke atas.Lift sialan ini terasa sangat lamban seakan tidak bergerak. Kalau ada ujian kesabaran, ini adalah ujian kesabaran terberat yang ia hadapi saat ini. Menunggu lift yang membawanya tiba di lantai dasar.Ale tidak ingin kehilangan jejak Zee. Yang diyakininya adalah besok dan besoknya lagi ia akan sulit bertemu dengan perempuan itu. Ia sudah menduga pasti Zee akan menghindar darinya dan mencari alasan agar mere

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status