Share

Sesukamu Dan Sesukaku

last update Last Updated: 2025-04-13 10:15:16

Ale menyusul Rain yang melangkah cepat dan masuk ke mobil. Ia dapati muka masam laki-laki itu saat mata mereka bertemu.

“Semua yang dikatakan Kendrick nggak salah. Dengerin gue baik-baik, kalau lo kayak gini terus lo bisa ditikung Bobby. Lo mau kayak gitu?”

“Lo kalau ngomong udah kayak tokoh film horor,” balas Rain pada Ale yang menakutinya.

”Gue nggak lagi nakut-nakutin. Gue cuma bilang kemungkinan yang bakal terjadi.”

Rain langsung terdiam. Perkataan Ale persis sama dengan ucapan Lady saat ia membentak perempuan itu di rumah bundanya.

“Kenapa lo gitu banget ngeliat gue?” Kali ini Ale yang bertanya lantaran Rain menatapnya sedemikian intens.

”Jalan sekarang.” Rain mengabaikan pertanyaan itu dan meminta agar Ale membawanya pergi dari sana.

“Kita mau ke mana?” tanya Ale ingin tahu apa tujuan mereka selanjutnya.

Rain juga bingung akan ke mana. Tidak mungkin ke rumah bundanya. Kanayya bisa curiga jika ia pulang secepat itu.

“Tuh kan, lo kebanyakan bengong,” tegur Ale pada Rain yang terma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
virna putri
Wah Rain langgar kesepakatan.. curiga jgn2 Sydney hamil
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Pria Berbahaya

    Ruang produksi Cake Palace sedang sibuk-sibuknya. Uap panas menambah kental suasana siang itu. Para pekerja berpacu di bawah tekanan waktu yang terus memburu. Mereka semua tekun, solid dan pekerja keras.Tidak ada satu pun suara yang terdengar dari mulut mereka. Semua sibuk dan terlihat fokus dengan tugas masing-masing. Hingga kemudian salah satu pekerja bagian depan masuk ke area itu.“Mbak Lady, ada supplier tepung ingin bertemu,” beritahunya.“Supplier tepung?” Lady mengernyit heran. Seingatnya ia tidak punya janji dengan siapa pun.”Supplier tepung mana ya? Aku nggak ada janji sama supplier apalagi supplier tepung. Lagian bahan-bahan kita masih banyak.””Nggak tahu juga sih, Mbak, katanya dia supplier tepung.”“Namanya siapa?”“Duh, aku udah tanya tapi dia nggak sebutin namanya, cuma bilang dia supplier tepung yang mau ketemu sama Mbak Lady. Tapi orangnya cakep, gagah, tinggi banget, senyumnya manis.””Laki-laki?” Lady terkejut. Apa mungkin Farrel? Tapi ciri-cirinya seperti bukan

    Last Updated : 2025-04-13
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Baru Mulut Atas, Gimana Kalau Mulut Bawah?

    “Kamu duduk aja dulu ya, biar aku yang pesen.” Ale menyuruh Lady duduk sedangkan dirinya ikut antri di counter makanan bersama para pembeli lain yang berjubel.Lady mengambil tempat duduk di pojokan. Agak tersembunyi posisinya, tapi dari sana ia bisa dengan leluasa memandang ke sekitarnya termasuk melihat Ale berbaris di tempatnya kini.Tanpa sadar bibir Lady melengkungkan senyum mengingat sikap manis Ale sepanjang kebersamaan mereka tadi. Tiba-tiba dari tempatnya berdiri Ale menoleh ke belakang memandang tepat ke arah Lady. Pria itu tersenyum penuh arti yang Lady balas dengan senyum tipis. Lalu ia kembali memandang ke depan saat tiba gilirannya.Tak lama kemudian Ale datang dengan tangan membawa nampan berisi dua porsi ayam goreng, dua porsi nasi, dua porsi kentang goreng plus dua gelas minuman bersoda dan air mineral.Ale duduk di hadapan Lady dan memisahkan makanan mereka.“Kena berapa semua, Le?” tanya Lady dan bersiap-siap mengeluarkan uang dari dompet yang baru saja ia ambil dar

    Last Updated : 2025-04-13
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Ada Yang Panas Tapi Bukan Api

    “Kok malah ngelamun? Turun yuk!” ajak Ale untuk kesekian kalinya saat Lady masih saja mematung memandanginya.“Kita pergi aja deh.””Pergi ke mana? Katanya tadi kamu mau buru-buru pulang. Katanya banyak yang harus dikerjain,” kata Ale mengingatkan.Lady juga tidak tahu harus pergi ke mana. Saat ini ia hanya ingin tidak bertemu dengan Rain. Ia menyayangi dirinya sendiri dan ingin menjaga suasana hatinya agar tidak memburuk. Itu saja.Lalu kemudian pikiran positifnya datang. ‘Ngapain juga aku harus menghindar. Biarin aja. Terserah dia mau ngapain di sini.’Mereka kemudian turun dari mobil.Di dalam toko Sydney baru saja membayar belanjaannya. Sedang Rain berdiri agak jauh darinya. Sekilas Sydney lihat muka kusut laki-laki itu. Entah apa lagi yang terjadi. Akhir-akhir ini Rain memang sukar diprediksi.“Rain, ada tambahan?” seru Sydney pada laki-laki itu.Rain menggeleng tanpa minat. Dengan tidak sabar menunggu Sydney. Lama-lama di sini ia bisa semakin emosi bila mengingat Lady.‘Ngapain

    Last Updated : 2025-04-14
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Ramalan Gipsi

    “Kita langsung ke sana atau mau makan malam dulu?” tanya Ale begitu mereka baru saja beberapa meter meninggalkan kampus Lady.“Langsung ke sana aja deh,” putus Lady. “Aku masih kenyang,” sambungnya lagi.“Awet ya makan siang sama aku? Kenyangnya lama.” Ale terkekeh menimpali. Kakinya menekan pedal gas lebih dalam.“Iya nih, biasanya jam segini aku udah laper, tapi tumben masih kenyang jam segini.””Itu karena tadi kamu makan siangnya sama aku. Coba kalau nanti makan bareng aku lagi dijamin kenyangnya bakal awet sampai besok.”Tawa Lady meledak. Pria di sebelahnya ini tak henti-henti mengocok perutnya. Entah sudah berapa kali sejak siang tadi.Lady kemudian memeriksa ponselnya. Tidak ada notifikasi apa pun di sana. Termasuk dari Rain. Suaminya itu tidak menghubunginya sama sekali, membuat Lady menjadi yakin bahwa pria itu memang tidak memedulikannya. Bahkan mungkin jika ia mati sekali pun Rain tidak akan mau tahu. Lelaki itu pasti mensyukuri kematiannya.“Tuh kan, tiap lagi sama aku pa

    Last Updated : 2025-04-14
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Asal Sama Kamu

    Rain mengedarkan mata, memindai keadaan di sekelilingnya. Saat ini Rain sedang berada di kampus Lady. Tidak ada lagi aktivitas di sana. Kampus sudah sepi karena kegiatan perkuliahan sudah berakhir sejak beberapa jam yang lalu.’Kelayapan ke mana lagi lo, Lad?’Rain mulai pusing karena tak juga menemukan istrinya. Saat mencoba menghubungi Lady, ternyata tidak bisa dihubungi. Membuat Rain tidak bisa untuk tidak berpikiran negatif. Pasti Lady sengaja mematikan ponselnya supaya bisa bebas dan berkeliaran ke mana-mana.Keluar dari kampus Lady, Rain mengemudi tanpa arah. Ia susuri jalan raya sementara matanya berlarian dengan gelisah. Setiap sudut ruas jalan tidak lepas dari penglihatannya. Berharap ia akan menemukan Lady.Rain kemudian mendatangi Cake Palace. Yang ditemukannya hanyalah bangunan kosong. Tidak ada siapa pun di sana.‘Brengsek, lo bener-bener mau cari masalah sama gue.’ Rain menendang tong sampah yang berada di depan gedung saking kesalnya.Ia segera masuk ke dalam mobil saat

    Last Updated : 2025-04-14
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sebuah Penolakan

    Lady melangkah masuk ke dalam rumah mendahului Rain. Ia bermaksud menuju kamar pembantu dan tidur di sana, tapi suara laki-laki itu mencegahnya.“Lo mau ke mana?”Lady diam saja. Ia tidak peduli dan meneruskan langkah.“Lad, lo budek ya? Lo denger gue nggak sih?” Rain mencekal tangan Lady sehingga kakinya tertahan. Rain langsung menghadang di depan dan ia mendapati muka cemberut istrinya itu. “Harusnya gue yang marah, bukan lo, Lad.”Tanpa mengeluarkan suara, Lady terus menyingkir, menerobos Rain yang berdiri menghadang di depannya.“Lad, gue lagi ngomong sama lo, denger nggak sih? Lo hargai gue dong!””Aku mau tidur.”“Tapi ini bukan kamar kita.”‘Kita’. Kalimat itu membuat Lady merasakan sesuatu yang berbeda. Seingatnya baru dua kali Rain menggunakan kata itu y

    Last Updated : 2025-04-14
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Galau

    “Kamu ke mana aja semalam, Dy? Bunda sama Rain sampai cemas,” kata Kanayya pagi itu. Mereka sedang berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama.”Semalam aku ke rumah temen, Nda, ngerjain tugas kuliah. Maaf ya, Nda, aku nggak kasih kabar. Hpku habis baterai.” Lady beralasan sembari menekan perasaan bersalah dalam-dalam.“Oh, Bunda kira ada apa, soalnya hujan dan kamu masih belum pulang. Biasanya sebelum kuliah kamu kan pulang dari toko dulu.”“Iya, Nda, maaf sekali lagi,” ulang Lady. Ah, bersalah sekali rasanya membohongi mertuanya ini.“Nggak apa-apa, Dy, cuma kalau bisa kalau lain kali kamu ada pergi-pergi lagi kamu catet nomer hp Rain atau Bunda di kertas, jadi kalau hp kamu mati kamu bisa kasih kabar pake hp temen kamu.””Iya, Nda.” Aku hafal kok nomer hp Bunda, tapi semalam bener-bener nggak kepikiran buat kasih kabar. Maaf ya, Nda, lain kali aku nggak akan ulangi lagi.”Kanayya tersenyum maklum. “Nggak apa-apa, yuk lanjutin makannya.”Lady menyuap oatmeal. Sesekali melirik ke a

    Last Updated : 2025-04-15
  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Rencana Menghukum Lady

    Ale menghentikan mobilnya tepat di depan toko handphone milik temannya yang kebetulan sekali saat itu sedang sepi.“Pacar baru?” Si pemilik toko langsung menyambut dengan pertanyaan tak terduga yang membuat Ale dan Lady sama-sama terkejut.“Bukan, ini istri temen gue,” sangkal Ale membantah.”Istri temen apa istri demen?” ujar temannya lagi dengan kalimat penuh penekanan.”Bisa aja lo.” Ale tertawa, sedang Lady hanya tersenyum canggung. “Gue ke sini mau beli hp.”“Lo mau yang mana?”Ale kemudian memandang pada Lady, meminta pendapat perempuan itu. “Dy, kamu mau yang mana?” tanyanya.“Bagusnya yang mana ya?”Teman Ale pemilik toko handphone kemudian menjelaskan satu demi satu spesifikasi barang dagangannya dengan sedetail mungkin. Lady agak kebingungan karena terlalu banyak pilihan namun kemudian Ale memberinya masukan.Sementara itu di dalam taksi Rain masih terus mengawasi. Taksi tersebut parkir beberapa meter dari toko handphone tersebut. Rain tidak tahan lagi. Rasanya saat itu juga

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Malam Ini Kamu Yang Di Atas

    “Rain, dibales,” beritahu Lady pada Rain yang sudah naik duluan ke ranjang sedangkan Lady baru saja memakai krim malamnya.“Dia bilang apa?” tanya Rain tanpa membuka mata.“Okay, Bae, besok aku ke sana. I love you.” Lady menyampaikan balasan chat dari Sydney yang baru saja ia baca di handphone Rain.Rain detik itu membuka mata. “Jangan main-main, Lad.” Rain sangka Lady sedang meledeknya dengan kata I love you yang diucapkan Sydney.“Main-main gimana? Nggak percaya nih baca sendiri.” Lady memberikan ponsel di tangannya pada Rain.Lady ternyata tidak bohong. Rain melihat sendiri di gawainya balasan dari Sydney sama persis dengan yang diucapkan Lady.Rain berdecih, lalu setelahnya mematikan ponsel dan meletakkan di nakas.”Nggak kamu bales?” tanya Lady yang kini ikut berbaring di samping Rain di kasur.”Nggak ada yang perlu dibales. Infonya sudah jelas.”“Nggak mau bilang I love you too?” Perempuan itu menggodanya.”Jangan nakal ya, Lad, atau nanti aku–”“Aku apa?” potong Lady kilat.Ra

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sesuatu Yang Akan Menjatuhkan Sydney

    Malam itu juga Rain meluncur ke apartemen Ale berdua dengan laki-laki itu. Ketika Ale bertanya untuk apa laptop lama tersebut dan apa yang akan mereka cari, Rain masih merahasiakannya. Membuat Ale penasaran setengah mati.“Ayolah, Rain, untuk apa laptop itu?” Ale yang menyetir terus mendesak agar Rain memberitahu.“Nanti lo juga bakal tahu sendiri.” Rain masih bersikukuh merahasiakannya.”Apa bedanya sih nanti sama sekarang?”“Ya bedalah, Nyet. Tapi lo yakin kan kalo laptop itu masih ada?” Sudah sejauh ini akan sia-sia kalau ternyata hasilnya zonk.”Ada kalo nggak dimakan kecoa,” ucap Ale asal.“Garing.”Dengan tidak sabar Rain menarik langkah cepat setelah mereka tiba di Heaven Residence. Gerak-gerik Rain membuat Ale benar-benar penasaran apa sebenarnya yang ingin dicari Rain di laptopnya."Kalo misal nggak ada, gimana?" Ale menyampaikan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi."Jangan macem-macem lo ya!" ujar Rain cemas."Gue nggak macem-macem. Itu kan misalnya.""Pokoknya harus

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Jalan Ninja Yang Ditempuh Rain

    Rumah besar itu semakin sepi karena semua penghuninya sibuk di kamar masing-masing.Kanayya tidak habis pikir pada ide gila yang disampaikan Jacob tadi siang. Entah dari mana pria itu bisa mendapatkannya. Kanayya tidak bisa membayangkan apa tanggapan Jasmine jika mengetahui ide tidak waras suaminya.Kanayya menjangkau ponselnya ketika dentingan notifikasi terdengar. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Kanayya membacanya pelan-pelan.“Gimana, dokter Kanayya? Apa tawaran saya tadi siang sudah dipikirkan?”-JacobOh, ternyata dia. Kanayya tidak tahu dari mana pria itu mendapatkan nomor ponselnya. Tapi tentu saja bukan hal yang sulit bagi orang semacam Jacob untuk mencari tahu nomor selulernya. Pria itu punya kaki tangan di mana-mana.“Maaf, Pak Jacob, saya tidak bisa.” Kanayya menolak tegas keinginan laki-laki itu.“Anda yakin? Apa Anda sudah pikirkan baik-baik? Saya tahu anda sangat menyayangi Rain dan menantu anda. Tentu anda tidak akan membuat mereka menderita kan?”“Iya,

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Solusi Mengejutkan Yang Ditawarkan Jacob

    Jacob tidak serta merta menjawab permintaan Rain. Pria itu tampak berpikir untuk sesaat. Menimbang-nimbang apa yang diinginkan oleh Rain. Bagaimana baik dan buruknya maupun dampak serta resikonya."Papi, aku pikir nggak ada salahnya Papi kasih Rain kesempatan. Masalahnya ini bukanlah segampang yang kita pikir." Zee yang sejak tadi diam saja membaca situasi kini menyampaikan pendapatnya."Mami nggak setuju, jangan terlalu mudah percaya, Pi, Mami khawatir dia akan kabur. Sedikit pun jangan kasih dia kesempatan untuk lolos, jangan kasih dia celah, kasihan anak kita, nanti Sydney yang akan jadi korbannya." Jasmine bersikeras mempertahankan pendapatnya dan terus memengaruhi suaminya."Rain orangnya nggak kayak gitu, Mi, Pi. Dia nggak akan kabur atau lari. Aku udah lama kenal Rain," ujar Zee lagi."Kenal bukan berarti kamu tahu semua tentang dia, Zee!" Jasmine menyergah dengan keras putri bungsunya."Bener, Mi, tapi Rain–""Sudah! Sudah! Mami nggak minta pendapat kamu. Mending kamu diam aja

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Mencari Solusi

    Rain masih duduk di lantai dengan tubuh lemas. Di sisi kiri dan kanannya ada Lady dan Alana yang mendampingi. Ketiganya sama-sama membisu merenungi takdir hidup sendiri-sendiri.Rain yang baru saja menemukan cinta sejatinya harus diuji lagi dengan cobaan hidup bertubi-tubi. Pun dengan Lady. Ia baru saja akan berbahagia setelah bertahun-tahun hidup menderita. Sedangkan Alana lain lagi ceritanya. Ia mencintai laki-laki yang mungkin tidak pernah menganggapnya ada.Apa pun itu, masalah terbesar mereka saat ini adalah Sydney yang terbukti mengandung anak Rain."Rain, ikut Bunda ke ruangan." Tiba-tiba Kanayya melintas di depan mereka.Rain menengadah dan mendapati raut perempuan itu masih sama seperti tadi. Sedih dan kecewa.Rain cepat berdiri dan mendesak Kanayya dengan pertanyaan yang sama yang berulang-ulang ia cetuskan."Nda, itu semua nggak bener kan? Semua salah kan, Nda? Jujur sama aku, Om Jacob kasih uang berapa ratus juta untuk rumah sakit ini? Berapa miliar, Nda?""Hati-hati kalau

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Hasil Tes DNA

    Keluarga Rain dan keluarga Sydney sudah tiba di rumah sakit sejak lima belas menit yang lalu. Mereka diminta menunggu untuk beberapa saat. Rain dan Lady duduk berdampingan dengan tangan saling menggenggam seakan sedang berbagi kekuatan satu sama lain. Alana yang semula ragu akhirnya memutuskan untuk ikut ke rumah sakit. Sedangkan keluarga Sydney menunggu di sudut lain.Sydney tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah Rain. Tatapannya begitu mendamba. Meski Rain tidak sedetik pun ingin menoleh padanya tapi perempuan itu tak peduli. Rain boleh saja bersikap seperti itu sekarang. Rain boleh benci padanya. Yang diyakini perempuan itu Rain pasti akan kembali ke pelukannya cepat atau pun lambat. Ya.Kanayya menghilang dari sisi mereka untuk mengurus segala sesuatunya. Sedangkan Rain sudah semakin tidak sabar. Satu-satunya yang terlihat paling rileks di antara mereka adalah Sydney. Sekarang sang selebgram begitu asyik memeriksa notifikasi sosial media miliknya dan membalas satu demi satu

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Detik-Detik Menegangkan

    Setelah menanti beberapa hari yang benar-benar menguji kesabaran dan ketahanan jantung, maka saat itu pun tiba. Saat di mana mereka akan mengetahui hasil tes DNA yang dilakukan tempo hari. Semua diliputi perasaan harap-harap cemas dan mengencangkan doa di hati masing-masing. Semoga hasil tes DNA yang mereka terima nanti adalah hasil yang paling jujur. Hanya dalam hitungan jam maka mereka semua akan mengetahui bagaimana hasilnya. Tiga hari ini adalah hari terpanjang yang pernah mereka lalui. Selama tiga malam ini pula mereka kesulitan untuk memejamkan mata.”Nggak mungkin! Nggak mungkin! Dia bukan anak aku!” Rain berteriak sekuat yang ia bisa. Ia memandang ketakutan pada Sydney yang berdiri di hadapannya sambil menggendong seorang bayi dan tak henti menyodorkan pada Rain. Perempuan itu menyeringai lebar dan tampak mengerikan.”Rain, ini anak kamu, gendong dia, Rain, ini darah daging kamu.”“Bukan! Dia bukan anakku! Pergi kalian!” Rain kembali berteriak ketakutan. Ia berlari sekencang

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Tes DNA

    Lady tiba di rumah tepat lima menit sebelum pukul tujuh malam. Lady langsung masuk ke kamar. Ia disambut oleh dekapan hangat Rain yang terasa begitu lekat di badannya.“Kenapa baru pulang jam segini, Lad? Aku chat kamu tapi pending, aku telfon tapi nggak aktif.””Hp aku mati, tadi low bat.”“Kan udah aku kasih tau bawa power bank ke mana pun kamu pergi. Kalau perlu dikantongin.””Sorry, Rain, aku lupa.”Embusan napas Rain menerpa pipi Lady. Sementara dekapannya melingkar semakin erat. Rain memang paling suka memeluk Lady dari belakang dan menopangkan dagu di pundak perempuan itu.”Hmm… lain kali jangan sampai lupa lagi ya. Aku kan susah mau ngehubungin kamu.”“Ya,” jawab Lady datar.Mengetahui Lady yang berbeda dari biasanya, Rain membalikkan badan perempuan itu agar mengarah padanya. Rain menemukan muka Lady yang lesu. Rain tahu pasti penyebabnya adalah karena memikirkan masalah Sydney.Rain menggandeng Lady, menuntunnya menuju kaca besar setinggi orang dewasa di kamar mereka. Ia kem

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Secepat Itu Tuhan Mengabulkan

    Segaris senyum manis dari pria bermata teduh langsung menyambut ketika Lady baru saja menapaki anak tangga terakhir yang menghubungkan ke lantai dua. Lady membalas senyuman itu dan berjalan mendekat.“Sudah lama?” tanya Lady sembari duduk di kursi seberang Ale, lantas melirik cangkir kopi di atas meja yang tampaknya belum tersentuh.“Baru sepuluh menitan.” Ale menjawab sambil melirik arloji.Ada jeda yang mengisi setelah obrolan pembuka itu. Ale berdeham, memandang Lady lebih dekat dan lekat. Mencoba membaca perasaan perempuan itu melalui ekspresi wajahnya.Nyatanya raut Lady yang datar tidak memberi informasi apa-apa. Apa Lady memang setegar itu atau ia terlalu pandai menyembunyikan perasaannya?Batuk kecil Ale mengantar pada kalimat berikutnya. “Aku lagi ada janji sama kakakku, mungkin sebentar lagi dia datang.”“Dia mau ke sini?””Iya. Nanti dia juga bakal ngomong sama kamu.””Soal apa?” Lady penasaran sekaligus terkejut mengetahuinya.”Kebetulan kakakku mau ada acara, jadi aku re

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status