Home / Romansa / Semalam Dengan Komandan / Pembalasan Khanza

Share

Pembalasan Khanza

Author: Brata Yudha
last update Last Updated: 2025-08-02 11:21:29

Beberapa hari sebelum hari pernikahan Bima dilaksanakan, Rama mengajak Khansa untuk membeli pakaian. Khansa awalnya menolak karena tidak mau merepotkan. Lagipula, ia juga masih punya pakaian untuk kondangan. Namun, Rama mengatakan bahwa kalau mau balas dendam maka harus dilakukan dengan indah dan elegan. Entah Rama mendapatkan kalimat itu dari mana. Agak konyol juga mendengar Rama mengatakannya, tetapi gara-gara itu Khansa akhirnya mau diajak pergi untuk membeli pakaian baru bersama Rama.

Hari ini, pernikahan Bima dan Sindi pun tiba. Meskipun ini pernikahan kedua Bima, tetapi justru pesta pernikahan kali ini lebih meriah daripada pernikahannya dengan Khansa dulu yang sederhana. Di sana, Bima tidak tampak terlalu antusias. Ia terus saja teringat dengan ucapan Khansa ketika mereka tidak sengaja bertemu di minimarket kapan lalu itu, bahwa Khansa akan datang membawa calon suaminya. Sejak pagi tadi, Bima terus kepikiran. Kira-kira siapa pria yang akan dibawa Khansa datang ke pernikahan Bi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Semalam Dengan Komandan   Semakin Yakin

    Sampai beberapa saat Khansa memejamkan matanya, ia tidak merasakan apa-apa. Ia malah mendengar bunyi ‘klik’ pelan di dekatnya. Khansa pun refleks membuka kelopak matanya dan saat itu juga ia kaget ketika melihat wajah Rama begitu dekat dengannya. Mereka bertatapan lagi tetapi tidak lama sebab Rama tiba-tiba menyeringai tipis.“Kok merem?” tanya pria itu. Nada suaranya terkesan sedang bercanda. Khansa mengedip-ngedip grogi. “H-Hah?”“Kenapa merem? Kamu berharap saya melakukan sesuatu ya?” goda Rama.Khansa buru-buru menggeleng. “Eng… Enggak tuh! Kapten apaan sih?” Ia refleks mendorong dada Rama dan membuat pria itu kembali berada di kursi kemudinya sendiri. Rama tertawa pelan. “Saya itu cuma bantu kamu pasang seatbelt. Jangan sampai lupa, nanti bahaya.”“Nggak usah dipasangin juga saya bisa sendiri kok,” sahut Khansa. Meskipun jantungnya berdebar gila-gilaan, tetapi Khansa berusaha untuk menutupi itu semua. “Masa sih? Tapi dari tadi saya lihat kamu nggak kunjung masang seatbelt-nya,

  • Semalam Dengan Komandan   Pembalasan Khanza

    Beberapa hari sebelum hari pernikahan Bima dilaksanakan, Rama mengajak Khansa untuk membeli pakaian. Khansa awalnya menolak karena tidak mau merepotkan. Lagipula, ia juga masih punya pakaian untuk kondangan. Namun, Rama mengatakan bahwa kalau mau balas dendam maka harus dilakukan dengan indah dan elegan. Entah Rama mendapatkan kalimat itu dari mana. Agak konyol juga mendengar Rama mengatakannya, tetapi gara-gara itu Khansa akhirnya mau diajak pergi untuk membeli pakaian baru bersama Rama. Hari ini, pernikahan Bima dan Sindi pun tiba. Meskipun ini pernikahan kedua Bima, tetapi justru pesta pernikahan kali ini lebih meriah daripada pernikahannya dengan Khansa dulu yang sederhana. Di sana, Bima tidak tampak terlalu antusias. Ia terus saja teringat dengan ucapan Khansa ketika mereka tidak sengaja bertemu di minimarket kapan lalu itu, bahwa Khansa akan datang membawa calon suaminya. Sejak pagi tadi, Bima terus kepikiran. Kira-kira siapa pria yang akan dibawa Khansa datang ke pernikahan Bi

  • Semalam Dengan Komandan   Mau Ya Jadi Istri Saya

    Khansa langsung pergi setelah melontarkan kalimat tersebut kepada Bima. Hasrat belanjanya benar-benar sirna. Ia tidak jadi membeli beberapa barang lain, hanya yang sudah ia bawa saja yang dia bawa ke kasir untuk dibayar. Sesampainya di rumah, Khansa menyesali ucapannya sendiri. Ia terduduk diam di kamarnya sambil menghela napas berat. “Khansa bodoh!” rutuknya kepada diri sendiri. “Kenapa aku malah ngomong gitu sih? Padahal aku udah niat nggak mau datang, sekarang gimana coba? Dengan siapa aku mau hadir di pernikahan mereka, boro-boro calon suami, teman dekat lelaki aja aku nggak ada.”Khansa merebahkan dirinya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar rumah kontrakan tersebut. Teman laki-laki, kah? Tiba-tiba saja Khansa malah kepikiran dengan Rama. Hanya sekilas dan ia buru-buru menggeleng. “Nggak, nggak. Aku nggak boleh memanfaatkan orang lain,” gumamnyap pelan. Khansa tidak suka dimanfaatkan orang lain, maka dari itu ia juga tidak mau memanfaatkan orang lain hanya demi k

  • Semalam Dengan Komandan   Kabar Buruk

    Khansa agak kikuk melihat Tante Rahmi datang. Apalagi saat ini Arum tengah bermasalah dengan Rama. Entah apa yang diinginkan beliau sekarang hingga sampai repot-repot datang ke rumah kontrakan Khansa. "Caca?"Khansa mengerjap. Saking terkejutnya ia dengan kedatangan Tante Rahmi, Khansa sampai sempat bengong sejenak. "Ah, ma-mari masuk, Tante. Tapi maaf ya sempit dan nggak ada kursi tamunya. Jadi, duduk di tikar aja."Tante Rahmi mengangguk. Ia masuk setelah Khansa membuka kunci pintu rumah kontrakannya. Ketika masuk ke dalam rumah itu, memang tidak ada kursi tamu. Ruang tamu tersebut hanya dialasi tikar saja untuk duduk. Khansa sendiri juga tidak punya banyak perabotan rumah. Jadi memang rumah kontrakan yang ia sewa ini tampak lumayan kosong."Silakan duduk, Tante."Tante Rahmi mengangguk. Ia pun duduk lesehan di tikar tersebut. Lalu, Khansa pun pamit ke belakang sebentar. Ia hendak menyeduh teh untuk Tante Rahmi. Beberapa saat kemudian, Khansa kembali ke ruang tamu membawa nampan b

  • Semalam Dengan Komandan   Karena Saya Mencintaimu

    "Khansa, saya bisa jelasin."Rama tampak panik. Ia melihat ekspresi kecewa di wajah Khansa, dan itu membuat dirinya benar-benar frustrasi. Ia tidak suka melihat Khansa kecewa, apalagi jika kekecewaan tersebut justru disebabkan oleh Rama sendiri. "Kenapa Kapten Rama melakukan ini?" tanya Khansa. "Khansa, saya tidak bermaksud untuk—""Kenapa Kapten bohong sama saya? Apa maksudnya ini? Anda mau mempermainkan saya?"Saking kecewanya, Khansa enggan mendengarkan penjelasan Rama dan langsung memotong ucapan pria itu. Sungguh, seluruh tubuhnya lemas. Selama beberapa waktu terakhir setelah ia resmi bercerai dengan Bima, hari-hari Khansa rasanya membaik. Memang belum sempurna, tetapi Khansa merasa menikmati hari-harinya. Ia juga bertemu dengan Tante Rahmi, mamanya Rama yang ternyata juga mengenal Khansa serta orang tuanya sejak lama. Ia senang. Namun ternyata, kesenangan tersebut hanya sementara. Malahan, orang yang meruntuhkan segala kebahagiaan singkat itu adalah Rama sendiri. Khansa bingu

  • Semalam Dengan Komandan   Ketahuan

    Belum sampai Sindi benar-benar keluar dari kafe itu, ia tiba-tiba kembali menghampiri Khansa yang masih mematung dengan hati terluka gara-gara menerima undangan tersebut. Khansa menoleh, dan pandangannya awas ketika melihat Sindi datang. Mau apa lagi wanita itu?“Oh iya, lupa ngasih tahu. Nanti kalau datang jangan lupa bawa kado untuk kami ya. Jangan enak-enakan makan doang, seenggaknya bawa bingkisan dong,” ucap Sindi sembari mengejek. “Eh, tapi masih mampu beli kado ‘kan ya?”Khansa mengepalkan telapak tangannya. Ia benar-benar kesal. Namun, ia tidak mampu untuk melawan perkataan Sindi. Ia benci dirinya yang seperti ini. Ia benci ketika dirinya merasa lemah dan tidak bisa berkutik di hadapan orang yang merendahkan harga dirinya. “Duh, jangan nangis dong. Aku enggak minta kado macem-macem kok, semampu kamu aja deh. Aku kasihan soalnya kamu nggak punya duit.” Sindi memasang wajah pura-pura memelas. “Sudah ya, aku balik dulu. Bye.”Setelah Sindi pergi sembari tertawa-tawa mengejek, Kh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status