Share

Senandung Masa SMA
Senandung Masa SMA
Penulis: Arumi Sekar

Prolog

“BRAK!”

Matari membuka pintu di hadapannya dengan kasar. Betapa terkejutnya dia saat firasatnya benar. Arai ada di sana. Bahkan Arai tak sendiri. Choki tampak teler dan tiduran di sebelahnya dengan posisi lemas tak berdaya. Matari sendiri tak yakin, Arai masih sepenuhnya sadar. Mata itu, tatapan mata itu menatapnya dengan enggan, sepertinya dia tak menginginkan kedatangan Matari.

“ARAI! KAMU NGAPAIN?” seru Matari.

“Cewe lo nggak asik banget, Rai!” seru Anton dari luar kamar, meskipun menjadi satu-satunya yang sepenuhnya sadar, Matari tak pernah mengharapkan kehadirannya.

Arai berdiri menatap Matari. Diambilnya tas ransel bututnya dengan sempoyongan.

“Kamu ngapain di sini? Ayok gue anter pulang!” kata Arai sambil menggandeng tangan Matari keluar dari kamar itu.

Matari menghempaskan tangan Arai.

“Kamu pikir bisa nganterin aku dengan kondisi kamu yang kaya gitu?” tanya Matari.

“Bisa kok, ayok! Mbo, gue pinjem kunci motor lo ya, motor gue bensinnya tiris. Kayanya nggak nyampe ke rumah Matari,” sahut Arai sambil menatap Rambo, anak laki-laki lain di ruang tamu itu yang sedang sama telernya.

“ Bawa aja, sob! Eh jangan dipake kebut-kebutan ya?! Pajeknya udah lewat soalnya!” sahut Anton yang membantu Arai dengan memberikan kunci motor Rambo.

Matari menahan tangisnya yang hampir pecah. Dia tak pernah menyangka Arai akan secepat ini terjerumus bersama mereka.

Arai menstater motor milik Rambo dengan sekuat tenaga. Kondisi Arai tentu saja membuat Matari enggan memboncengnya sekarang.

“Rai, kita naik taksi aja ya?” seru Matari mencegah Arai.

“Hah? Taksi? Duit siapa? Nggak! Udah naik motor Rambo aja, bensin dia banyak kok!” sahut Arai.

“Rai, kamu gila ya mau ngeboncengin aku dengan kondisi kaya gitu?” cecar Matari.

Arai menarik napas kesal.

“TERUS? NGAPAIN LO KE SINI? GARA-GARA LO DATENG KAN, GUE JADI NGANTERIN LO PULANG?????”

Matari terhenyak. Nggak disangkanya Arai membentaknya dengan nada sekasar itu. Arai, Arai Herlambang Ramadhan, yang selalu penuh tawa dan memberikan lelucon konyolnya dulu saat semuanya masih baik-baik saja.

“Lagian siapa yang kasih tahu lo kalo gue di sini sih?”

Matari masih belum berkata apa-apa. Rasanya ingin menangis. Entah sudah kali keberapa Arai selalu membuatnya menangis akhir-akhir ini. Arai sudah tak seperti dulu.

“Mau pulang nggak????”

“Rai, aku kan udah sering bilang jangan main bareng Rambo atau Anton, mereka itu…”

“DIEM LO! Lo tuh nggak tahu apa-apa soal mereka. Nggak usah banyak spekulasi yang nggak bener! Lagian kenapa sih lo sekarang suka ngatur-ngatur gue?”

Arai merogoh saku seragam SMA-nya. Sepotong rokok sisa beberapa jam yang lalu masih ada di sana. Kemudian dia mencari-cari pemantik kesayangannya yang bergambar kartun SPONGEBOB itu. Ternyata dia ada di saku celana abu-abu bagian belakangnya. Tanpa berbasa-basi, dia langsung menyulut rokoknya. Padahal sebelum-sebelumnya, dia selalu minta izin ke Matari setiap mau merokok. Namun kali ini tidak.

Melihat itu, Matari langsung menarik putung rokok itu dari mulut Arai. Arai terpaku sejenak, kemudian memaki dengan kata-kata kotor. Meskipun dia tak menatapnya langsung saat memaki, Matari tahu, Arai marah diambil putung rokoknya seperti itu. Mungkin karena itu adalah rokok yang tersisa miliknya saat ini. Atau karena memang sejak kedatangannya, Matari sudah mengganggu dirinya dan teman-temannya.

“Sekarang, naik lo!” kata Arai membentak Matari.

Matari duduk di belakang Arai, kemudian memeluknya dari belakang tempatnya membonceng. Dia hanya berharap, dengan memeluk Arai, mungkin cowok itu akan sedikit lunak. Namun, Arai tak bergeming, dia langsung tancap gas membawa Matari pulang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status