Home / Romansa / Sengketa Hati Mantan Suami / BAB 7. KONFLIK DI KORIDOR FIRMA HUKUM

Share

BAB 7. KONFLIK DI KORIDOR FIRMA HUKUM

Author: baeyorka
last update Last Updated: 2024-07-05 02:11:56

Laksmi dan Jaka terlibat dalam sebuah pertengkaran sengit di koridor firma hukum tempat mereka bekerja. Suasana dingin di sekitar mereka mencerminkan ketegangan yang memenuhi udara setelah percakapan yang sudah lama tertunda.

Laksmi, wajahnya merah padam, menatap tajam ke arah Jaka. "Kamu selalu berpikir bahwa kamu tahu segalanya, Jaka! Tapi kamu tidak pernah mengerti apa yang aku butuhkan."

Jaka menahan amarahnya, tetapi suaranya tetap tajam saat dia menjawab, "Kamu tidak bisa terus-menerus mengingat masa lalu kita setiap kali kita memiliki argumen, Laksmi. Kita harus bisa melewati hal itu."

Laksmi menghela nafas, mencoba menahan emosinya. "Bagaimana kamu bisa begitu mudah melupakan segalanya? Apakah kamu lupa betapa sulitnya waktu itu bagi kita?"

Jaka melangkah mendekat, wajahnya yang tegang mencerminkan frustrasinya. "Aku tidak melupakan, Laksmi. Tapi kita tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu kita. Kita harus belajar untuk maju."

Laksmi merasa hatinya semakin panas. "Kamu berbicara seperti kamu sudah mengatasi semuanya! Tapi kamu tidak pernah benar-benar memahami perasaanku!"

Jaka merasa tersudutkan, tetapi dia tetap bertahan dengan pendiriannya. "Apa yang kamu inginkan dariku, Laksmi? Apakah kamu ingin aku meminta maaf atas semua yang sudah terjadi? Aku sudah melakukan yang terbaik menurutku."

Laksmi menatap Jaka dengan tatapan penuh kekecewaan. "Aku ingin kamu mengerti betapa sakitnya itu bagiku! Kamu tidak bisa menghapus semuanya dengan sekadar mengatakan 'aku minta maaf'."

Pertengkaran mereka semakin memanas, menciptakan ketegangan yang nyaris terabaikan oleh rekan kerja yang lewat di sekitar mereka. Setiap kata yang dilontarkan menyinggung luka-luka lama yang masih tersimpan di dalam hati mereka, mengungkit masa lalu yang belum sepenuhnya sembuh.

Jaka mencoba menenangkan dirinya sendiri, mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Kita harus menemukan cara untuk berkomunikasi dengan lebih baik, Laksmi. Kita tidak bisa terus seperti ini."

Laksmi menangis, air matanya menetes perlahan. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus kita lakukan, Jaka. Mungkin kita memang tidak bisa bekerja sama setelah semua ini."

Jaka merasa sedih melihat Laksmi seperti ini, tetapi dia tahu dia tidak bisa menyerah begitu saja. "Aku tidak percaya itu, Laksmi. Kita perlu mencoba untuk menemukan solusi bersama."

Pertengkaran mereka berakhir dengan keheningan tegang di antara mereka, tetapi kedua belah pihak tahu bahwa masalah ini tidak akan selesai begitu saja. Mereka berdua merasa terjebak di antara masa lalu yang menyakitkan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik, mencari jalan keluar dari konflik yang telah menguji hubungan mereka sekian lama.

Laksmi dan Jaka tetap berdiri di koridor, terpaku dalam keheningan setelah pertengkaran mereka yang memanas. Udara di sekitar mereka terasa tegang, dengan tatapan yang saling menatap penuh emosi dan kata-kata yang belum terselesaikan.

"Laksmi," ucap Jaka dengan suara yang terdengar lebih tenang tetapi tetap penuh dengan ketegangan, "aku tidak ingin terus bertengkar denganmu. Kita perlu menemukan cara untuk berdamai."

Laksmi menatap Jaka dengan ekspresi campuran antara marah dan kekecewaan. "Damai? Bagaimana kita bisa damai setelah semua ini, Jaka? Kau pikir semua masalah ini bisa hilang begitu saja dengan kata-kata?"

Jaka menggeleng frustrasi. "Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan lagi, Laksmi. Kita berdua harus mau mengatasi masalah ini."

Laksmi menatap Jaka dengan tatapan tajam. "Dan bagaimana cara kita melakukannya, huh? Dengan mengabaikan semua rasa sakit yang ada?"

Jaka merasa putus asa. "Aku tidak mengabaikan rasa sakitmu, Laksmi. Aku hanya mencoba menemukan cara agar kita bisa melangkah maju."

Laksmi mengepalkan tangannya. "Kamu selalu berpikir bahwa kamu bisa menyelesaikan semuanya sendiri, Jaka. Kamu tidak pernah menghargai apa yang aku rasakan!"

Jaka merasa tertekan, namun dia mencoba untuk tetap tenang. "Aku menghargai perasaanmu, Laksmi. Tapi aku juga tidak bisa terus-menerus dihadapkan dengan masa lalu kita setiap kali kita memiliki perdebatan."

Laksmi menangis, suaranya gemetar. "Kamu tidak mengerti, Jaka. Kamu tidak pernah benar-benar mengerti."

Jaka mencoba meredakan emosinya. "Aku mencoba, Laksmi. Aku mencoba untuk mengerti."

Pertengkaran mereka mereda menjadi keheningan yang tegang. Kedua belah pihak merasa terjebak dalam lingkaran yang sulit, di mana masa lalu mereka terus menghantui setiap percakapan dan interaksi. Namun, di antara semua kebuntuan itu, ada keinginan yang sama untuk menemukan jalan keluar, mencari cara untuk memperbaiki hubungan mereka yang terputus dan meraih kedamaian yang mereka rindukan.

Laksmi dan Jaka berdiri di koridor yang sunyi, masing-masing terpaku dalam pikiran mereka sendiri. Suasana hening memperburuk ketegangan di antara mereka, membuat setiap kata terasa lebih berat daripada sebelumnya.

"Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari saya, Laksmi?" tanya Jaka dengan suara rendah, mencoba memecah keheningan yang terasa menyiksanya.

Laksmi menatap ke arah Jaka, matanya masih berkaca-kaca dari air mata yang belum kering. "Aku tidak tahu lagi, Jaka. Aku hanya ingin kamu mengerti bagaimana rasanya berada di posisiku."

Jaka mengangguk perlahan. "Aku mencoba, Laksmi. Tapi kadang-kadang aku merasa kita terlalu fokus pada masa lalu kita yang buruk."

Laksmi menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya yang masih membara. "Masa lalu itu mempengaruhi kita, Jaka. Bagaimana kita bisa melupakan semuanya begitu saja?"

Jaka mengepalkan tangannya, frustrasi mulai terlihat di wajahnya. "Karena kita tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu kita! Kita harus mencoba untuk melangkah maju."

Laksmi menggeleng, tetapi dia juga merasa dilema. "Tapi bagaimana kita bisa melangkah maju jika kita tidak memperbaiki semua yang rusak di antara kita?"

Jaka menarik napas dalam-dalam, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Kita harus belajar dari kesalahan kita, Laksmi. Kita harus mencoba untuk lebih baik lagi."

Mereka berdua terdiam, merasakan ketegangan yang masih memenuhi udara di antara mereka. Percakapan ini membuka luka-luka lama yang belum sembuh, tetapi juga membawa harapan baru untuk memperbaiki hubungan mereka yang telah terluka sekian lama. Di dalam hati mereka masing-masing, mereka menyadari bahwa proses ini tidak akan mudah, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka harus mencoba, karena di balik semua kesulitan yang mereka hadapi, masih ada cinta dan pengertian yang mereka simpan satu sama lain.

Laksmi dan Jaka berdiri di koridor firma hukum, di antara suasana yang tegang dan hening setelah pertengkaran mereka. Keduanya merasa terjebak dalam lingkaran ketidakpastian yang sulit dipecahkan.

Laksmi menatap Jaka dengan tatapan penuh kebingungan. "Kamu selalu berbicara tentang maju, Jaka. Tapi apa artinya maju jika kita tidak bisa menyelesaikan apa yang sudah ada di antara kita?"

Jaka menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosi yang membara di dalam dirinya. "Aku mencoba untuk berubah, Laksmi. Aku mencoba untuk mengerti dan mendengarkanmu."

Laksmi mengangguk pelan, tetapi tetap merasa sulit untuk menerima. "Kita perlu menemukan cara untuk memperbaiki komunikasi kita, Jaka. Ini tidak bisa terus seperti ini."

Jaka menatap tajam ke arah Laksmi. "Dan bagaimana caranya, Laksmi? Apa yang kamu inginkan dari saya?"

Laksmi menarik napas, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab dengan tegas. "Aku ingin kita berdua berusaha keras untuk mengatasi perbedaan kita. Aku ingin kamu menghargai perasaanku."

Jaka mengangguk perlahan. "Aku akan mencoba, Laksmi. Aku tidak ingin kehilangan kamu lagi."

Keduanya terdiam, merenungkan kata-kata mereka yang penuh dengan emosi dan ketidakpastian. Di dalam hati mereka, mereka tahu bahwa jalan untuk memperbaiki hubungan mereka tidaklah mudah. Namun, mereka juga menyadari bahwa mereka memiliki kesempatan untuk menyelesaikan konflik masa lalu mereka dan membangun sesuatu yang lebih kuat dari sebelumnya. Dalam keheningan itu, mereka merasakan semangat untuk menemukan solusi, meskipun jalan yang harus mereka tempuh penuh dengan tantangan dan pengorbanan.

Laksmi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya meskipun hatinya masih berdebar kencang. "Aku butuh waktu, Jaka. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya."

Jaka merasa sesak, namun dia mengerti bahwa ini adalah langkah yang harus dilakukan. "Aku mengerti, Laksmi. Aku tidak akan memaksamu."

Laksmi mengangguk, tetapi sebelum dia pergi, dia menoleh sekali lagi ke arah Jaka. "Ini bukan berarti aku menyerah, Jaka. Aku hanya perlu mencari jalan keluar yang tepat untuk kita berdua."

Jaka menatap Laksmi dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku masih peduli padamu, Laksmi. Aku hanya ingin kita bisa menemukan cara untuk melewati ini bersama."

Laksmi tersenyum kecil, air matanya masih terlihat di matanya. "Aku juga peduli padamu, Jaka. Tapi kadang-kadang, cinta saja tidak cukup untuk menyelesaikan semuanya."

Mereka berdua terdiam, merasakan keheningan yang penuh makna di antara mereka. Meskipun perdebatan mereka telah berakhir, pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab tetap menggantung di udara, meninggalkan mereka dalam keadaan tidak pasti tentang masa depan hubungan mereka.

Jaka mengangguk, mengerti bahwa proses ini tidak akan selesai dalam semalam. "Kita harus memberi waktu untuk masing-masing, Laksmi. Kita akan menemukan cara."

Laksmi tersenyum lemah, menghargai kata-kata Jaka. "Kita akan mencoba."

Dengan itu, Laksmi meninggalkan Jaka di koridor firma hukum, meninggalkan suasana yang terasa lebih tenang tetapi masih penuh dengan ketidakpastian. Di dalam hatinya, dia tahu bahwa langkah ini adalah langkah yang benar, meskipun tidak mudah. Mereka berdua memiliki pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah mereka, dan mungkin, dengan waktu dan kesabaran, mereka bisa menemukan jalan kembali satu sama lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Menonton Pertandingan Sepakbola

    Pertandingan sepakbola selalu menjadi acara yang dinanti-nantikan oleh banyak orang, tak terkecuali bagi Laksmi dan Jaka. Di tengah jadwal kerja yang padat, mereka berdua memutuskan untuk meluangkan waktu dan menonton pertandingan sepakbola bersama, meski dengan perasaan campur aduk. Pertandingan ini bukan hanya soal tim favorit yang bertanding, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa menikmati waktu bersama di luar lingkungan kerja.Stadion yang penuh sesak dengan para penggemar menciptakan atmosfer yang meriah dan bersemangat. Suara sorak-sorai, teriakan, dan nyanyian dari para suporter menggema di seluruh arena. Laksmi dan Jaka tiba di stadion dengan langkah penuh semangat, mengenakan atribut tim favorit mereka. Laksmi mengenakan syal berwarna biru, sementara Jaka dengan kaos merah menyala, menunjukkan dukungan mereka untuk tim yang berbeda."Mungkin kita seharusnya tidak duduk bersebelahan," canda Jaka, melihat perbedaan warna syal dan kaos mereka.Laksmi tersenyum tipis. "Oh, j

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Reuni Keluarga

    Hari itu cerah, sinar matahari menembus dedaunan dan menciptakan bayangan-bayangan indah di halaman rumah besar tempat reuni keluarga diadakan. Laksmi dan Jaka tiba bersamaan, meski tidak direncanakan. Mereka berdua datang atas undangan klien mereka, Pak Agus, yang telah menangani kasus hukumnya bersama-sama.Reuni keluarga Pak Agus adalah acara besar. Banyak tamu yang hadir, dari kerabat dekat hingga keluarga jauh yang sudah lama tidak bertemu. Meja-meja panjang dihiasi dengan makanan lezat, tenda-tenda putih berdiri megah di sudut halaman, dan suara musik yang lembut mengalun, menciptakan suasana yang hangat dan akrab.Laksmi dan Jaka bertemu di pintu masuk, keduanya tampak rapi dengan pakaian semi-formal. Laksmi mengenakan gaun berwarna biru muda, sementara Jaka tampil gagah dengan kemeja putih dan celana panjang hitam. Mereka saling tersenyum dan menyapa dengan canggung."Selamat datang, Laksmi, Jaka," kata Pak Agus dengan ramah sambil menjabat tangan mereka. "Terima kasih sudah d

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Pesta Pernikahan

    Pesta perpisahan diadakan di ruang pertemuan besar firma hukum, sebuah ruang yang sering dipakai untuk rapat besar atau acara penting. Namun, kali ini suasananya berbeda. Ruang yang biasanya serius dan penuh tekanan kini didekorasi dengan balon, bunga, dan hiasan yang meriah. Semua orang mengenakan pakaian yang rapi dan suasana penuh dengan tawa serta percakapan hangat.Laksmi berdiri di dekat meja minuman, mengenakan gaun elegan berwarna merah marun. Ia memegang gelas jus di tangannya, sambil memperhatikan keramaian di sekelilingnya. Malam itu terasa istimewa, bukan hanya karena perpisahan untuk salah satu anggota tim senior, tetapi juga karena suasana yang penuh dengan kenangan dan harapan.Jaka mendekatinya, membawa dua gelas anggur. "Ini untukmu," katanya sambil menyerahkan salah satu gelas kepada Laksmi."Terima kasih," jawab Laksmi dengan senyum lembut. "Malam ini benar-benar mengingatkan kita pada banyak hal, ya?""Benar," kata Jaka sambil menatap sekeliling ruangan. "Banyak ke

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Ulang Tahun yang Tak Terlupakan

    Hari itu adalah hari yang istimewa di kantor firma hukum tempat Laksmi dan Jaka bekerja. Seluruh kantor terasa lebih hidup, dengan hiasan balon dan pita yang menghiasi ruang kerja. Beberapa kolega terlihat sibuk mengatur meja-meja dengan kue, minuman, dan hadiah yang tertata rapi. Semua orang tampak bersemangat, karena mereka merencanakan sebuah kejutan besar untuk Laksmi yang berulang tahun hari ini.Pagi itu, Laksmi datang ke kantor seperti biasa, tanpa mengetahui apa yang sedang direncanakan untuknya. Ia mengenakan gaun biru sederhana dan senyum ramah yang selalu ia bawa. Jaka, yang sudah mengetahui rencana kejutan tersebut, berpura-pura tidak tahu apa-apa dan menyambut Laksmi dengan senyum hangat di pintu masuk."Selamat pagi, Laksmi," sapa Jaka sambil menahan tawa. "Siap untuk hari yang penuh dengan tumpukan dokumen?"Laksmi tertawa kecil. "Selalu siap, Jaka. Kamu sendiri bagaimana?""Oh, aku? Aku merasa hari ini akan menjadi hari yang menarik," jawab Jaka dengan nada misterius.

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial: Perjalanan Ke Tempat Liburan

    Matahari bersinar cerah di langit biru saat Laksmi dan Jaka berdiri di depan kantor firma hukum mereka, menunggu jemputan untuk perjalanan liburan yang telah lama mereka rencanakan. Setelah berbulan-bulan tenggelam dalam tumpukan pekerjaan dan tekanan kasus-kasus hukum yang rumit, mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti dan melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kota.Mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi tiba, dan mereka memasukkan koper-koper mereka ke dalam bagasi. Dengan hati yang ringan dan senyum yang tak terelakkan, mereka melangkah masuk ke dalam mobil dan duduk berdampingan di kursi belakang. Perjalanan mereka dimulai dengan obrolan ringan dan tawa yang mengisi suasana, membuat mereka merasa seperti kembali ke masa-masa awal hubungan mereka."Sudah lama sekali kita tidak bepergian bersama," kata Laksmi sambil melihat keluar jendela, mengagumi pemandangan yang berubah dari gedung-gedung tinggi menjadi perbukitan hijau.Jaka mengangguk setuju. "Benar. Kita terlalu

  • Sengketa Hati Mantan Suami   Episode Spesial - Kenangan Pertama

    Di sebuah kantor hukum yang sibuk di pusat kota, terdapat sebuah ruang tunggu kecil yang sering kali terabaikan oleh kebisingan lalu lintas pekerjaan sehari-hari. Di pagi yang cerah itu, suasana tenang di ruang tunggu terganggu dengan kedatangan Laksmi, seorang pengacara muda yang terkenal dengan kecerdasan dan dedikasinya dalam menangani kasus-kasus hukum yang rumit. Dengan langkah ringan, dia memasuki ruang tunggu dan duduk di salah satu sudut, menata berkas-berkas klien yang perlu dia tinjau.Sementara itu, dari ujung koridor, langkah-langkah mantap terdengar semakin dekat. Itu adalah Jaka, seorang pengacara berpengalaman yang dihormati atas keahlian dan keberaniannya dalam ruang sidang. Pikirannya dipenuhi dengan strategi-strategi hukum untuk kasus terbaru yang sedang dia tangani. Saat dia memasuki ruang tunggu, dia tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya, fokus pada ponselnya yang berdering tanpa henti.Mata mereka bertemu secara kebetulan di tengah ruang tunggu yang sunyi. Itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status