Angel terdiam sesaat, berusaha menata hati dan pikirannya. Jangan sampai di saat genting ini dia tersilap lidah. Bisa hancur karier masa depannya dan juga rekan satu timnya.
“Tiga hari yang lalu, saat tim kami bertugas menjaga kurungan D13, saya melihat ada yang tidak beres dengan salah satu kelelawar yang ada di dalam kurungan itu,” kata Angel membuka pembicaraan.
“Saya sudah mengatakan pada Chen, tetapi dia mengatakan hal itu biasa karena perubahan cuaca yang tiba-tiba dan ekstrem. Selama ini hanya saya yang tidak diberi akses untuk mendekat ke D13. Entah apa alasannya. Hanya James sebagai ketua tim, Chou asisten, dan Chen sebagai dokter hewan yang selalu memeriksa kondisi penghuni D13.”
Angel berhenti sejenak untuk mengambil napas.
“Sehari setelahnya, kecurigaan saya terbukti. Saat jam makan siang, dan saya yang berjaga sendiri, salah satu kelelawar yang hari sebelumnya terlihat aneh, terjatuh. Saya ingin menghubungi rekan-rekan saya, tetapi saya pikir mungkin hanya pingsan dan biasanya hewan itu akan bangun lagi seperti biasa kalau sehabis diinjeksi.”
Semua mata menatap hampir tanpa berkedip ke arah Angel.
“Setelah saya tunggu selama hampir dua puluh menit, ternyata kelelawar itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kemudian, saya berinisiatif untuk memeriksanya. Ya, saya tahu itu dilarang. Saya sadar itu bukan wewenang saya, saat itu hanya ingin menyelamatkan si kelelawar ini dari kematian. Karena bila menunggu rekan yang lain, saya tidak yakin mereka akan datang sebelum hewan ini mati.”
Angel memejamkan matanya, sambil menghela napas berkali-kali. Chou menyodorkan sebotol air mineral padanya. Angel menerimanya sambil tersenyum.
“Lantas apa yang terjadi, Nak?” tanya Profesor Kim lembut.
“Tanpa izin saya mengambil kelelawar yang jatuh tadi. Saat saya pegang, tubuhnya masih hangat, tetapi saya tidak mendengar detak jantung. Saya meletakkannya di atas meja praktik, lalu mengambil stetoskop. Hanya semenit saya meninggalkannya. Saya bersumpah tidak lebih dari satu menit saat saya berjalan ke meja Chen, tetapi ...,” Angel seperti berat untuk melanjutkan ceritanya.
“Tetapi apa?” tanya profesor Zangli.
“Seperti yang Anda sekalian lihat di rekaman tadi. Kelelawar itu tiba-tiba terbang tanpa sepengetahuan saya,” lanjut Angel dengan suara lirih penuh sesal.
“Yang menjadi pertanyaan di sini adalah mengapa kau tidak melaporkan kejadian itu pada ketua timmu? Apa sebenarnya rencanamu?” tanya Tuan Xiao dengan wajah sinis.
Angel tidak berani menatap Tuan Xiao. Semua orang tahu siapa dia. Kedekatannya pada penguasa membuatnya diberi wewenang penuh mengawasi semua yang ada di WIV. Sedikit saja kesalahan tertangkap oleh mata Tuan Xiao, sudah dipastikan itu adalah akhir dari karier mereka. Tamat sudah riwayat orang yang bersangkutan di seluruh Negeri Tirai Bambu ini. Angel merasa dia sudah menggiring rekan-rekan satu timnya ke pinggir jurang kehancuran. Karier cemerlang yang menanti mereka sudah dipastikan akan raib tanpa bekas kalau sampai kasus ini tidak dapat diselesaikan.
“Sa-saya tidak ada rencana apa-apa, Tuan Xiao. Saat itu saya hanya berpikir, kelelawar itu pasti masih ada di dalam ruangan. Saya yakin bisa menemukannya. Makanya saya putuskan tidak mengatakan pada rekan yang lain. Maafkan kebodohan saya,” ucap Angel terbata dengan mata berkaca-kaca.
“Kau betul-betul tidak merencanakan untuk menyabotase proyek ini kan?” tanya Tuan Xiao dengan tatapan tajam menghunjam.
“Tuan Xiao, Anda terlalu jauh berpikir. Tidak mungkin anak didikku melakukan sabotase pada proyek mereka sendiri!” sanggah Profesor Lim dengan tegas.
“Demi keuntungan pribadi, tidak ada yang tahu isi hati orang lain, kan, Prof,” sindir Doktor Guan dengan senyum sinis.
“James, sebagai ketua tim, apakah kamu selalu melakukan cek ulang pada laporan tertulis rekan-rekanmu?” tanya Profesor Kim seraya membetulkan letak kacamatanya.
“Biasanya iya, Prof, tetapi kami sudah bekerja sama sejak tahun 2015. Selama ini tidak ada masalah dengan laporan rekan-rekan saya. Semua selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan,” bela James.
Dua jam mereka berdebat dan berargumen. Masa depan dan karier keempat pemuda dan pemudi cerdas dan sangat berbakat di bidangnya ini sedang dipertaruhkan. Salah ucap bisa mengandaskan semua mimpi dan cita-cita mereka. Bahkan, mengubur dalam-dalam prestasi yang pernah mereka ukir.
Keempat anak muda bertalenta itu sebenarnya sudah menyadari semua risiko ketika ditawari terlibat dengan proyek Profesor Lim. Apalagi mereka ditempatkan di Wu Chan Institute of Virology. Sebuah tempat penelitian terbesar dan terlengkap di Asia. Didirikan pada tahun 1956 oleh Chen Huagui dan Gao Shangyin, dengan nama Wu Chan Microbiology Laboratory yang berada langsung di bawah Chinese Academy of Science (CAS). Setelah beberapa kali berganti nama dan setelah berpindah pada beberapa lembaga yang menaunginya, pada Juni 1978 pusat penelitian ini dikembalikan pada CAS dan kembali pada nama Wu Chan Institute of Virology.
Ambisi China untuk menjadi yang terbaik di segala bidang, akhirnya menghasilkan kerja sama dengan tenaga ahli dari Lyon, Perancis. China menggelontorkan dana sebesar 44 juta US Dolar untuk menjadikan WIV sebuah laboratorium Biosafety level 4 (BSL-4) pertama di daratan China. Bahkan, seorang ahli molekuler biologis asal Amerika, Richard H. Ebright mengatakan WIV adalah institusi penelitian terbaik kelas dunia di bidang penelitian virologi dan imunologi.
BSL-4 adalah level tertinggi keamanan dari sebuah fasilitas penelitian yang menyangkut perlindungan hayati yang sangat berpengaruh pada manusia dan lingkungan. WIV adalah salah satu institusi yang sudah meraih predikat terbaik pertama selama bertahun-tahun sejak mendapatkan standar BSL-4 pada tahun 2015. Hasil-hasil penelitian dari WIV sudah menjadi rujukan para ahli di seluruh dunia, termasuk SARS dan MERS.
“Keputusan ini tidak bisa diambil sembarangan, kalian sudah tahu terlalu banyak tentang proyek ini. Kami tidak bisa melepaskan kalian begitu saja, harus ada konsekuensi atas semua kesalahan ini,” ujar Profesor Kim.
“Besok kita berkumpul lagi di sini, kita akan memberi keputusan tentang kalian. Sekarang pulanglah, istirahat, dan tenangkan pikiran kalian. Jangan begadang, karena besok bisa jadi lebih berat dari hari ini,” tutur Profesor yang sudah berusia di ambang delapan puluh tahun itu.
***
Sepanjang perjalanan kembali ke laboratorium mereka di lantai dua gedung lama, tidak ada satu pun yang bicara. James yang biasanya selalu heboh dengan rencana dan ide-ide briliannya, kini diam seribu bahasa. Langkahnya tegap seperti ingin cepat-cepat sampai ke laboratorium. Chen mengikuti dengan susah payah langkah-langkah panjang ketua timnya. Tubuh Chen yang paling pendek di antara mereka berempat, membuatnya kesulitan menjajari langkah James. Chou masih menggenggam tangan Angel. Dia seakan ingin menyalurkan kehangatan pada jemari Angel yang sedingin es. Benar-benar situasi yang tidak mengenakan bagi mereka. James melempar jurnal yang sedari tadi dibawanya. Dia menghempaskan tubuhnya ke kursi yang biasa dia duduki. Selang satu menit, Chen berdiri di sebelahnya dengan napas terengah-engah seperti baru saja mengikuti maraton. Chou dan Angel masuk ke laboratorium dengan tenang, walaupun wajah Angel yang putih terlihat pucat bagai kehabisan darah. “Duduklah, minum dulu
Bab 7 Tepat pukul 20.00, James memarkir motornya di depan rumah kontrakan Chen. Tuan rumah yang masih sibuk dengan pasien berkaki empatnya, belum menyadari kedatangan rekannya itu. “Silakan ambil nomor antrian, Tuan,” kata seorang wanita berumur dengan dandanan agak menor sambil menyodorkan sebuah kartu kecil bertuliskan nomor urut. “Ini aku, Bibi. Apa Chen masih sibuk?” tanya James pada wanita itu. “Ah, kau rupanya. Maafkan, aku tidak memperhatikan. Dokter Chen masih ada seekor pasien. Anjing yang malang. Tadi pagi ketika ditinggal kerja pemiliknya, dia keluar rumah sendiri tanpa ada yang tahu. Ada orang yang menemukannya di taman. Kakinya terperosok sebuah lubang dan sepertinya ada tulang yang patah. Kasihan sekali,” jelas Bibi Mei dengan mimik sedih. James tidak tahu mengapa dia mendengarkan kisah sedih si pasien Chen ini dengan wajah serius. Ketika seseorang menepuk bahunya dari belakang, baru dia tersadar.
Ketiga rekannya terbelalak. Angel sampai menahan napas menunggu lelaki yang selalu membelanya itu menjelaskan apa yang sudah dia temukan. “Chou, jangan bercanda,” ucap James. “Aku percaya kau pasti sudah tahu solusi masalah kita,” ujar Chen dengan penuh harap. “Yap! Aku tahu siapa yang bisa menolong kita lepas dari masalah ini,” kata Chou sambil memutar komputer mininya ke arah ketiga rekannya. Terlihat ada seorang perempuan bertubuh subur memasuki laboratorium mereka. Dia adalah seorang petugas kebersihan yang setiap hari akan mengambil sampah yang bisa didaur ulang dari setiap ruangan. Petugas kebersihan yang selalu datang tepat waktu setiap hari dan tidak pernah terlewat walau satu hari pun. Selain mereka berempat, Profesor Lim, dan tentunya senior mereka yang terlibat dengan proyek ini, petugas kebersihan adalah salah satu yang diberi akses masuk laboratorium mereka. “Ya, aku ingat, saat aku sedang mencari kelelawar itu, Bibi Qiu masuk. Me
James tampak gelisah, kedua rekannya yang lain justru terlihat antusias mendengarkan Chou.“Pemerintah kita saat itu menemukan jenis virus baru. Coronavirus. Tapi, saat itu masih sebagai coronavirus yang menyebabkan penyakit yang kita kenal sebagai SARS. Severe Acute Respiratory Syndrome. Sindrom pernapasan akut berat. Sebenarnya kasus pertama di Shunde, Foshan, provinsi Guangdong. Seorang petani yang tiba-tiba mengalami pneumonia akut dan meninggal hanya beberapa hari setelah dibawa ke rumah sakit. Dan salah seorang dokter yang menangani pasien pertama ini-yang sama sekali tidak tahu bahwa itu adalah jenis virus baru yang sangat berbahaya-justru melakukan perjalanan ke Hongkong untuk menghadiri resepsi pernikahan kerabatnya di Hotel Metropole, Peninsula Kowloon. Dua hari di Hongkong dia mengalami panas tinggi, dan sempat dirawat di rumah sakit. Namun, jiwanya juga tidak tertolong. Ternyata dia sudah menginfeksi enam belas orang yang saat itu bert
“Apa ini sel yang khusus digunakan untuk penelitian?” tanya Chou dengan mimik penuh tanya. “Hela adalah sebuah sel yang diambil dari seorang penderita kanker serviks pada 8 Februari 1951. Sel ini berasal dari sel-sel kanker serviks bernama Henrietta Laks yang meninggal pada 4 Oktober 1951. Garis sel ini sangat tahan lama dan produktif. Ahli biologi sel bernama George Otto Gey yang pertama kali menyadari bahwa sel ini tetap hidup dan berkembang. Pada saat itu mereka sangat tidak menyangka bila sel ini bisa bertahan berhari-hari, karena biasanya sel dari manusia hanya bisa bertahan beberapa hari. Sering kali para peneliti lebih banyak menghabiskan waktu untuk menjaga sel tetap hidup daripada melakukan penelitian ilmiah terhadap sel tersebut. Itu salah satu alasan mengapa sel ini disebut sel manusia abadi,” jelas Chou dengan ringan. “Lantas mengapa kalian menyebutnya Hela?” tanya Chou lagi. “Hela diambil dari dua huruf pertama dari nama depan dan
Tubuh Chen menggigil di atas sepeda motor yang melaju di jalan sepi kota Wu Chan. Rumah kontrakan dia memang agak jauh dari WIV. Maklumlah dia mencari yang harganya terjangkau. Iklim global yang melanda hampir seluruh dunia, menjadikan bulan September yang seharusnya masih hangat, kini suhunya sudah membuat menggigil. Musim panas dan gugur tahun ini terasa lebih pendek. Apalagi daratan China, sudah beberapa tahun belakangan dilanda iklim ekstrem. Bila musim panas, seolah ada di dalam oven saat siang. Begitu juga saat musim dingin. Jaket milik Chen sudah tidak ada yang mampu menghangatkannya. Padahal dulu satu jaket tebal saja sudah cukup hangat, bahkan panas bila dipakai berjalan atau beraktivitas. Atau karena jaket-jaketnya sudah terlalu kuno dan perlu membeli yang baru. Chen lupa kapan terakhir kali dia membeli jaket untuk musim dingin. Karena setelah berteman dengan James dan Chou, sering kali kedua rekannya itu menghibahkan jaket yang sudah tidak mereka sukai kepadanya. Berteman
Dalam waktu tidak berapa lama, ketiga sahabat itu sudah sampai di depan gerbang WIV. Rumah kos mereka memang tidak seberapa jauh dari gedung WIV. Setiap hari mereka berjalan kaki sambil menikmati indahnya dan melihat kesibukan para pedagang menuju pasar seafood, Huanan yang letaknya tidak jauh dari WIV.Terkadang mereka melihat para pedagang membawa dagangannya berupa kelelawar, katak, dan binatang-binatang lainnya. Seperti pagi ini, mereka melihat satu truk besar membawa kurungan berisi kelelawar hidup berjalan dari arah berlawanan. Angel sempat terbelalak melihat hewan nokturnal itu bergelantungan di dalam kurungan.“Dari mana mereka mendapat kelelawar sebanyak itu?” tanya Angel terheran-heran.“Kamu belum pernah melihat kelelawar sebanyak itu? Kamu mau melihat lebih banyak lagi?” canda Chou disambut tawa James.“Melihat tiga puluh ekor dalam satu kurungan saja sudah membuatku merinding, apalagi sebanyak tadi. Di m
“Masalah Bibi Qiu serahkan padaku,” ujar Chen dengan penuh percaya diri.Ketiga rekannya saling pandang. Chou mengernyitkan dahinya. Angel membelalakkan mata sipitnya. James melepas kacamata dan membersihkannya kemudian memakainya lagi. Berusaha meyakinkan kalau sosok di depannya adalah teman mereka, Chen si Gugup. Ya, sejak kuliah Chen mendapat julukan si Gugup. Karena selalu gugup bila berhadapan dengan masalah yang sekiranya berat baginya. Tiada yang menyangka saat sidang skripsi dia bisa melewati tanpa kegugupan, hingga mendapat gelar cumlaude.“Chen, kau sehat? Kau tidak mabuk, kan?” tanya Chou dengan pandangan khawatir.“Apa kau benar Chen? Dokter hewan gugup itu?” kelakar James.“Kalian ini ... sudah jangan goda Chen lagi!” Angel berpaling ke arah Chen, “Apa yang membuat kamu yakin bisa mengatasi masalah ini, Chen?” tanya Angel hati-hati.“Untuk kali ini, percayalah padaku. Ak