“Angel kembali ... di ....”
Ucapan Chen sudah tidak terdengar oleh Chou. Secepat kilat dia berlari ke laboratorium mereka. Dia tidak peduli tatapan orang-orang yang berpapasan dengannya. Bahkan, teguran rekan-rekannya tidak digubris. Dia hanya ingin segera melihat sosok yang sudah membuatnya hampir mati karena khawatir itu baik-baik saja.
“Angel ... Oh, My God, syukurlah kamu tidak apa-apa. Dari mana saja kamu? Kamu baik-baik saja, kan? Apa kamu terluka?” cecar Chou dengan panik.
Angel menatap Chou dengan dahi berkerut.
“Yes, I’m ok. Thank you for asking,” jawab Angel masih keheranan melihat semua orang yang menatapnya tajam penuh kecurigaan.
Hanya Chou yang tampak cemas dan panik.
“Ada apa?” tanyanya sambil menatap satu-satu rekan satu timnya.
“Kita tunggu Profesor Lim,” kata James dengan tatapan tajam tanpa berkedip.
Sejurus kemudian, asisten kepercayaan Profesor Lim masuk. Semua berdiri dan memberi hormat pada staf senior yang sudah mengabdi di WIV itu selama lebih dari lima belas tahun. Mungkin saat James dan rekan-rekannya masih duduk di bangku sekolah dasar, Mr. Chang sudah bekerja di sini.
“Kalian ditunggu di ruang rapat,” kata Mr. Chang tanpa basa-basi.
James, Chou, Chen, dan Angel saling pandang. Angel yang masih belum mengerti mencoba bertanya pada Chou dengan isyarat matanya. Namun, Chou hanya diam dan menggeleng pelan.
“Sekarang ...,” ucap Mr. Chang sambil menunggu mereka keluar dari ruangan.
Keempat junior kebanggaan Profesor Lim itu melangkah dengan galau. Beribu pertanyaan memenuhi otak mereka. Sepelik inikah masalah yang terjadi? Mengapa sampai ada pertemuan di ruang rapat? Kalau sampai semua senior berkumpul berarti ada masalah yang lebih penting dari sekadar hilangnya satu ekor kelelawar percobaan mereka.
Mr. Chang berjalan di depan mereka. Di belakang ada dua petugas keamanan yang berwajah kaku tanpa senyum. James menoleh ke arah Chou ketika mereka melewati ruang rapat yang ada di lantai tempat laboratorium mereka. Chou balas menatap James, tampak jelas mereka berdua tidak mengerti di ruang rapat mana Profesor Lim menunggu mereka.
Ternyata Mr. Chang membawa mereka ke gedung baru. Gedung yang empat tahun lalu diresmikan oleh pemimpin China. Wajah James semakin tegang, tangannya mulai berkeringat. Mereka digiring masuk ruangan besar. Ruang rapat yang digunakan hanya untuk membahas masalah genting.
Chen menelan salivanya berkali-kali untuk menetralkan kegugupannya. Angel mendekati Chou, jemarinya menggenggam tangan pemuda itu. Telapak tangan keduanya terasa dingin. Chou meremas lembut tangan Angel, berusaha memberinya ketenangan.
“Kau tenang saja, jangan gugup. Katakan saja sejujurnya, jangan ada yang ditutupi,” bisik Chou pada Angel.
Mata Angel menatap Chou tidak mengerti.
“Jujur? Apa aku berbohong pada kalian?” tanya Angel dengan suara lirih.
Chou menatap Angel, tiba-tiba gadis itu menyadari sesuatu ....
“Oh, No!” desisnya penuh sesal.
“Silakan duduk,” perintah Profesor Lim sambil menunjuk deretan bangku yang ada di seberang meja para senior.
“Terima kasih, Prof,” ucap keempatnya hampir serempak.
Setelah memberi hormat dengan sedikit membungkukkan badan pada para peneliti senior, keempatnya duduk.
“Ok, kita langsung pada permasalahan. Mister Chang, tolong putar rekaman yang tadi,” pinta Profesor Lim.
Semua mata tertuju pada layar televisi datar yang ada di ujung meja yang berbentuk persegi sepanjang hampir empat meter. Rekaman sepanjang hampir dua puluh menit itu, membuat mata Angel terbelalak. Dia benar-benar lupa ada CCTV di setiap sudut laboratorium mereka. Di bawah meja, tangan Chou terus menggenggam jemari Angel yang semakin dingin.
“Bagaimana James? Sebagai ketua tim, apa pembelaanmu?” tanya Profesor Lim penuh wibawa.
“Aku betul-betul tidak tahu, Prof. Aku percaya dengan timku. Kami sudah saling mengenal sejak kuliah. Setiap laporan yang mereka tulis tidak pernah ada yang salah. Ya, ini memang kelalaianku karena terlalu percaya pada rekan timku tanpa melakukan cek ulang setiap laporan tertulis mereka. Aku siap menerima semua konsekuensinya, Prof,” ujar James tanpa bermaksud menyudutkan anggota timnya.
“Bagus kalau kamu bertanggung jawab. Tapi, kamu tentu paham hal ini tidak semudah itu selesai, kan?” sindir Profesor Zangli.
“Apa pembelaanmu Angel?” Profesor Lim bertanya dengan suara tenang tanpa ada tekanan.
Bibir tipis Angel sedikit gemetar. Jemarinya sengaja meremas tangan Chou dengan kuat. Perlahan dia menghela napas, membuangnya perlahan. Setelah dia cukup tenang, keberaniannya mulai muncul.
“Saya mengakui kesalahan dan kecerobohan saya, Prof. Tapi, itu semua karena saya betul-betul tidak tahu. Saya mengira D13 sama dengan kurungan lainnya. Maafkan saya. Kalau ada yang harus bertanggung jawab, sayalah orangnya,” ucap Angel dengan suara bergetar.
Kalau saja Chou tidak memberinya kekuatan moril, dia tidak tahu apa jadinya.
“Ceritakan secara detail, apa yang sebenarnya terjadi hari itu,” perintah Doktor Guan.
“Bukankah sudah jelas di rekaman tadi?” tukas Tuan Xiao.
“Aku melihat, tapi aku ingin tahu mengapa dia melakukan itu? Pasti ada alasannya, bukan?” ucap Doktor Guan.
“Bagaimana, Nak? Bisa kau katakan pada kami apa alasanmu melakukan itu?” kata Profesor Kim yang sedari tadi diam.
***
“Bagaimana mungkin?” tanya Angel hampir tidak percaya.“Itulah yang membuat kami memutuskan mengirim kalian ke Beijing. Penelitian kalian bisa dibilang paling berhasil di antara tim-tim yang lain,” ujar Tuan Guan sambil membuka file yang lain dari komputernya.“Tim-tim yang lain? Sebenarnya ada berapa tim yang terlibat dengan penelitian corona virus ini, Prof?” tanya Chou hati-hati.“Kalian tidak mengira akan banyak tim yang terlibat, kan? Ini proyek besar. Hasil dari penelitian ini akan membuat kita semua dikenal dan dikenang. Mengangkat nama besar negara kita dan menjadikan bangsa ini dihargai, bahkan ditakuti dunia. Apa menurut kalian proyek ini hanya tentang karier kalian di WIV?” Tuan Guan mengakhiri kalimatnya seraya memperlihatkan layar komputer pada empat pemuda yang masih terkejut dengan semua info yang baru mereka terima.Di layar komputer terlihat rekaman dari proses penyilangan coronavirus SARS d
Tepat pukul 08.00, kedua senior yang mereka tunggu datang. Lengkap dengan dua box berisi data lengkap penelitian selama hampir tiga tahun. Box plastik yang lumayan besar itu diletakkan di sebuah meja beroda yang di dorong oleh Dao. Tim James mengernyitkan dahinya melihat pemandangan ganjil itu. Seorang ketua tim yang terkenal sangat arogan melakukan pekerjaan yang receh. Bagaimana mungkin itu terjadi pada seorang ketua tim yang otoriter dan keras kepala.“Terima kasih Dao, kau boleh pergi.” Profesor Zangli berdiri di depan pintu dan tangannya sengaja menahan tubuh Dao yang hendak masuk ke laboratorium.“Tugasmu sudah selesai, kau boleh kembali ke laboratoriummu. Oh, iya, jangan lupa, nanti sore timmu akan bertemu dengan Profesor Kim di ruang rapat utama. Ingatkan teman-temanmu.” Tuan Guan mendekat dan segera menutup pintu laboratorium sebelum Dao menjawab.Di balik pintu kaca, Dao menatap tajam pada James yang melambaikan tangan sambil te
Pagi hari, di Wu Chan. Distrik Jiangxia, bermandikan sinar matahari pagi yang hangat. Empat orang anak muda menyusuri tepi sungai Yangtze sambil berbincang santai. Jalanan masih sepi, maklum waktu masih menunjukkan pukul 06.00. Namun, karena ini adalah akhir musim semi, matahari sudah mulai bersinar terang menyambut awal musim panas. Sungai Yangtze atau sungai Panjang adalah sungai terpanjang di daratan China dan Asia, serta menjadi yang terpanjang ketiga di dunia. Sungai yang membelah kota Wu Chan dan membaginya ke dalam beberapa distrik itu menjadi pembatas kebudayaan kuno China di selatan, sedang batas di utara adalah sungai Kuning. Distrik Jiangxia sendiri terletak di sebelah timur atau kanan sungai Yangtze. Distrik yang paling sedikit jumlah penduduknya. Alam pedesaan yang masih asri lebih mendominasi distrik ini. Makanya, salah satu daya tarik wisata Jiangxia adalah alamnya yang masih asri. “Chou, semalam kau yakin itu Wangli yang meneleponmu?” James me
Siapa yang tidak iri, mendengar rekanan satu proyek-walau bukan satu tim-mendapat undangan ke tempat paling bergengsi di daratan China. Bahkan, keberadaan Chinese Academy of Sciences sudah diakui dunia sebagai salah satu yang terbaik di Asia. CAS berkantor pusat di distrik Xijheng, Beijing. Berada langsung dibawah Dewan Negara Republik Rakyat China. Artinya semua yang melibatkan CAS berada di bawah kendali langsung dewan tertinggi partai berkuasa di China. CAS memiliki 100 institut cabang, dua universitas bergengsi, dan beberapa perusahaan komersial. Salah satu perusahaan komersial yang terbesar dan sudah diakui dunia kualitasnya adalah Lenovo. Shanghai Institute of Material Medica hanya salah satu cabang dari seratus institute yang tersebar di seluruh pelosok China. Salah satu bagian dari CAS yang menjadi basis penelitian tentang virus dan penyakit yang pernah menjadi pandemi dunia adalah Wuhan Institute of Virology. CAS bekerjasama dengan The Word Academy of Sciences untuk menghasi
James tampak berlari kecil menuruni tangga sesaat setelah Chou meneleponnya. Beruntung urusannya sudah selesai dengan Profesor Kim saat gawainya berbunyi. Pintu kaca laboratorium yang hanya bisa dibuka dengan chip yang tertanam di kartu identitas tiap-tiap pekerja itu terbuka setelah James menempelkan kartu ID-nya di detektor yang terpasang di kanan pintu. “James ... bagaimana kabarmu, anak muda?” Profesor Lim muncul dengan wajah ceria dan senyum lebar. “Ba-baik, Prof. Saya baik-baik saja, terima kasih sudah bertanya.” James justru agak gugup melihat profesor senior di WIV saat masih sangat pagi. Sedari tadi dia gelisah, takut kasus hari itu akan dibuka kembali. Doanya sejak keluar dari ruang Profesor Kim hanya satu, semoga tidak ada lagi yang ingat tentang kelelawar nomor 29 itu. “Bagus, temanmu si dokter hewan itu belum datang?” Profesor Lim menanyakan Chen yang belum tampak batang hidungnya. James, Chou, dan Angel saling pandang. Chou segera berinisiatif menelepon Chen lagi. Be
Bab 20Gedung Wu Chan Institute of Virology, lantai dua.“Chou, mengapa perasaanku tidak enak kalau ingat kelelawar itu. Apa menurutmu hewan itu benar-benar sudah mati?” tanya Angel.Chou masih terus menatap layar komputer di depannya. Sesekali jarinya menekan keyboard untuk mencari file yang dia inginkan.“Chou ...,” panggil Angel.“Apalagi? Semua sudah beres. Jangan terlalu khawatir. Tidak akan ada masalah, percayalah. Kamu tenang saja, ada aku dan James serta Chen yang akan membereskan semua bila terjadi hal yang tidak diinginkan.”Gadis itu menatap lelaki yang selalu melindunginya dari segala kesulitan. Angel merasa seperti mempunyai malaikat penjaga sejak mengenal Chou. Empat tahun dia sudah mengenal lelaki yang dua tahun belakangan resmi menjadi pacarnya itu. Kedekatan mereka pun karena terlibat dalam satu proyek untuk bahan skripsi mereka. Angel sempat terkejut saat dia menjadi satu ti