Share

bab 4

“Angel kembali ... di ....”

Ucapan Chen sudah tidak terdengar oleh Chou. Secepat kilat dia berlari ke laboratorium mereka. Dia tidak peduli tatapan orang-orang yang berpapasan dengannya. Bahkan, teguran rekan-rekannya tidak digubris. Dia hanya ingin segera melihat sosok yang sudah membuatnya hampir mati karena khawatir itu baik-baik saja.

“Angel ... Oh, My God, syukurlah kamu tidak apa-apa. Dari mana saja kamu? Kamu baik-baik saja, kan? Apa kamu terluka?” cecar Chou dengan panik.

Angel menatap Chou dengan dahi berkerut.

Yes, I’m ok. Thank you for asking,” jawab Angel masih keheranan melihat semua orang yang menatapnya tajam penuh kecurigaan.

Hanya Chou yang tampak cemas dan panik. 

“Ada apa?” tanyanya sambil menatap satu-satu rekan satu timnya.

“Kita tunggu Profesor Lim,” kata James dengan tatapan tajam tanpa berkedip.

Sejurus kemudian, asisten kepercayaan Profesor Lim masuk. Semua berdiri dan memberi hormat pada staf senior yang sudah mengabdi di WIV itu selama lebih dari lima belas tahun. Mungkin saat James dan rekan-rekannya masih duduk di bangku sekolah dasar, Mr. Chang sudah bekerja di sini.

“Kalian ditunggu di ruang rapat,” kata Mr. Chang tanpa basa-basi.

James, Chou, Chen, dan Angel saling pandang. Angel yang masih belum mengerti mencoba bertanya pada Chou dengan isyarat matanya. Namun, Chou hanya diam dan menggeleng pelan.

“Sekarang ...,” ucap Mr. Chang sambil menunggu mereka keluar dari ruangan.

Keempat junior kebanggaan Profesor Lim itu melangkah dengan galau. Beribu pertanyaan memenuhi otak mereka. Sepelik inikah masalah yang terjadi? Mengapa sampai ada pertemuan di ruang rapat? Kalau sampai semua senior berkumpul berarti ada masalah yang lebih penting dari sekadar hilangnya satu ekor kelelawar percobaan mereka.

Mr. Chang berjalan di depan mereka. Di belakang ada dua petugas keamanan yang berwajah kaku tanpa senyum. James menoleh ke arah Chou ketika mereka melewati ruang rapat yang ada di lantai tempat laboratorium mereka. Chou balas menatap James, tampak jelas mereka berdua tidak mengerti di ruang rapat mana Profesor Lim menunggu mereka.

Ternyata Mr. Chang membawa mereka ke gedung baru. Gedung yang empat tahun lalu diresmikan oleh pemimpin China. Wajah James semakin tegang, tangannya mulai berkeringat. Mereka digiring masuk ruangan besar. Ruang rapat yang digunakan hanya untuk membahas masalah genting.

Chen menelan salivanya berkali-kali untuk menetralkan kegugupannya. Angel mendekati Chou, jemarinya menggenggam tangan pemuda itu. Telapak tangan keduanya terasa dingin. Chou meremas lembut tangan Angel, berusaha memberinya ketenangan.

“Kau tenang saja, jangan gugup. Katakan saja sejujurnya, jangan ada yang ditutupi,” bisik Chou pada Angel.

Mata Angel menatap Chou tidak mengerti.

“Jujur? Apa aku berbohong pada kalian?” tanya Angel dengan suara lirih.

Chou menatap Angel, tiba-tiba gadis itu menyadari sesuatu ....

“Oh, No!” desisnya penuh sesal.

 “Silakan duduk,” perintah Profesor Lim sambil menunjuk deretan bangku yang ada di seberang meja para senior.

“Terima kasih, Prof,” ucap keempatnya hampir serempak.

Setelah memberi hormat dengan sedikit membungkukkan badan pada para peneliti senior, keempatnya duduk.

“Ok, kita langsung pada permasalahan. Mister Chang, tolong putar rekaman yang tadi,” pinta Profesor Lim.

Semua mata tertuju pada layar televisi datar yang ada di ujung  meja yang berbentuk persegi sepanjang hampir empat meter. Rekaman sepanjang hampir dua puluh menit itu, membuat mata Angel terbelalak. Dia benar-benar lupa ada CCTV di setiap sudut laboratorium mereka. Di bawah meja, tangan Chou terus menggenggam jemari Angel yang semakin dingin.

“Bagaimana James? Sebagai ketua tim, apa pembelaanmu?” tanya Profesor Lim penuh wibawa.

“Aku betul-betul tidak tahu, Prof. Aku percaya dengan timku. Kami sudah saling mengenal sejak kuliah. Setiap laporan yang mereka tulis tidak pernah ada yang salah. Ya, ini memang kelalaianku karena terlalu percaya pada rekan timku tanpa melakukan cek ulang setiap laporan tertulis mereka. Aku siap menerima semua konsekuensinya, Prof,” ujar James tanpa bermaksud menyudutkan anggota timnya.

“Bagus kalau kamu bertanggung jawab. Tapi, kamu tentu paham hal ini tidak semudah itu selesai, kan?” sindir Profesor Zangli.

“Apa pembelaanmu Angel?” Profesor Lim bertanya dengan suara tenang tanpa ada tekanan.

Bibir tipis Angel sedikit gemetar. Jemarinya sengaja meremas tangan Chou dengan kuat. Perlahan dia menghela napas, membuangnya perlahan. Setelah dia cukup tenang, keberaniannya mulai muncul.

“Saya mengakui kesalahan dan kecerobohan saya, Prof. Tapi, itu semua karena saya betul-betul tidak tahu. Saya mengira D13 sama dengan kurungan lainnya. Maafkan saya. Kalau ada yang harus bertanggung jawab, sayalah orangnya,” ucap Angel dengan suara bergetar.

Kalau saja Chou tidak memberinya kekuatan moril, dia tidak tahu apa jadinya.

“Ceritakan secara detail, apa yang sebenarnya terjadi hari itu,” perintah Doktor Guan.

“Bukankah sudah jelas di rekaman tadi?” tukas Tuan Xiao.

“Aku melihat, tapi aku ingin tahu mengapa dia melakukan itu? Pasti ada alasannya, bukan?” ucap Doktor Guan.

“Bagaimana, Nak? Bisa kau katakan pada kami apa alasanmu melakukan itu?” kata Profesor Kim yang sedari tadi diam.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status