"Alana, ingat.... Jangan buat masalah.." Ucap Maria sebelum Alana berangkat.
"Iya Bu..." Teriak Alana. "Ya kalau dibutuhkan ya gimana lagi.." gumam Alana pelan dan tersenyum jahil.
Hari itu di sekolah ada praktek olahraga, awalnya murid-murid begitu khidmat memperhatikan guru olahraga.
Namun ketika Anak gendut itu mulai menjahili Alana, semua berubah.
Perkelahian pun terjadi.
"Dasar kau sigung jelek..." ucap Anak gendut itu.
"Dasar kau gendut...!" balas Alana.
"Apa kau bilang ?" Geram si Gendut sambil menyerang Alana.
"Aaaw..." Alana mengerang.
Alana membalas Anak gendut itu dengan jambakan rambut.
Anak-anak lain bersorak ria seakan sedang melihat pertarungan gulat.
"Ayo Kau gendut, jangan kalah sama si Sigung jelek itu....!" seru salah satu murid.
"Ayo Alana... Jangan kalah dengan si Gendut tukang makan yang hanya berisi lemak tak berguna itu..." seru yang lainnya.
Kedua anak itu saling menyerang satu sama lain, yang satu menyerang menggunakan lumpur lapangan, yang satu membalas dengan sampah, jambakan demi jambakan pun terjadi.
Priiiiiiiiiitttttt..... Priiiiiit.... Priiiiiit....
Terdengar peluit dibunyikan, guru olah raga pun tiba.
"Apa ini ? Alana... Peter.... Ikut Bapak ke ruang guru !" ucapnya.
"Kau yang akan di keluarkan dari sekolah" ancam Peter.
"Oh ya, Aku tidak takut.." tantang Alana.
"Kalian masih berani bertengkar dibelakang Bapak ?" ucap guru itu sambil melotot ke arah mereka.
Alana dan Peter tidak bisa menjawab, mereka tertunduk dan mengikuti langkah guru itu.
"Ada apa ini ?" tanya Kepala Sekolah. "Kau lagi Alana...!!" ucapnya kesal. "Ikut ke ruang Kepala Sekolah !" ucapnya lagi.
"Matilah aku.." gumam Alana.
"Kau akan mati hari ini..." tambah Peter.
"Kau yang memulainya anak gendut !" ucapku berteriak kecil.
"Aduuuuhh.... Pak dia menjewerku kencang sekali.." Peter berbohong.
"Dia bohong Pak.. Dasar tumpukan lemak bodoh !!"umpat Alana.
" Diaaaaaaaaaaammmmm ! "hardik Kepala Sekolah." Ini yang terakhir Alana ! Aku akan menelpon Ibumu."ucap Kepala Sekolah itu.
Setengah jam kemudian Maria tiba.
Tok... Tok... Tok...
"Selamat siang Pak.. "sapa Maria.
"Siang, silahkan masuk Nyonya Guvenc.. "ucap Kepala Sekolah.
"Alana..." ucap Maria.
"Maaf Bu... Aku melanggar janjiku.." ucap Alana."Dia yang duluan menyerangku Bu, tidak mungkin aku diam saja..." bela Alana.
"Nyonya Guvenc, anak anda sudah sangat melewati batasnya." ucap Kepala Sekolah.
"Tapi dia bilang, anak gendut itu yang menyerangnya terlebih dulu.." bela Maria.
"Namanya Peter Nyonya Guvenc.." Kepala Sekolah itu kesal.
"Maaf..." ucap Maria dengan wajah yang sengaja dia angkuhkan.
"Seharusnya Anda memberikan pengetahuan moral kepada anak Anda sebelum memasuki sekolah ini " ucap Kepala Sekolah.
"Apa ? Bapak jangan asal berbicara, anak saya sangat tahu dengan apa yang harus dia lakukan, jelas-jelas sekolah ini yang menerima anak-anak yang mempunyai latar belakang penindasan, makanya setiap hari selalu ada beberapa anak yang ditindas, namun hanya Alana yang berani melawan " bela Maria.
"Apa ? Apa Nyonya sadar dengan apa yang Nyonya katakan ?"
"Tentu saja saya sangat sadar Pak Kepala Sekolah yang terhormat.." ucap Maria.
"Kalau begitu..."
"Aku berhenti dari sekolah ini..." pukas Alana cepat.
"Kau keluar dari sekolah ini.." ucap Kepala Sekolah itu.
"Tidak Pak, anak saya yang sudah bilang duluan kalau dia yang keluar dari sekolah ini, jadi bukan Bapak yang mengeluarkannya.." bela Maria.
"Aku yang mengeluarkannya..." ucap Kepala Sekolah itu kesal.
"Tidak, aku yang duluan berkata keluar dari sekolah jelek ini.." Jawab Alana.
"Ya, Alana yang berkata terlebih dulu.."
"Nyonya Guvenc......" Kepala Sekolah itu kesal sambil mencoret-coret buku kedisiplinan milik Alana.
Lalu mereka keluar sambil tertawa-tawa.
"Biarkan Kepala Sekolah jelek itu meras kesal.." ucap Maria.
"Haha.. Ibu bisa juga berbuat nakal ya..." goda Alana.
"Demi Anakku.." jawabnya lembut.
Selama berada di rumah, Alana sibuk dengan hobi menggambarnya, banyak pola-pola baju Alana yang sangat membuat kagum Maria. Dan Maria membuat pola baju Alana menjadi nyata. Baju desain Alana sangat menarik perhatian banyak orang. Banyak orang yang berani membayar mahal untuk satu baju Alana.Tiba-tiba..."Heh.... Seenaknya saja kau membuka usahamu tanpa minta ijin dariku..." ucap seseorang yang tiba-tiba datang.Wajahnya sangat seram dan berkumis, badannya besar dan berotot kekar, membuat Maria takut."Kenapa Aku harus meminta ijin padamu ? Siapa kamu ?" tanya Alana gugup."Hahaha..." lelaki itu tertawa terbahak. "Kau tidak tahu siapa aku Nona manis ?" jawabnya sambil mendekati Maria dengan wajah mesum dan tangannya menyentuh wajah Maria."Menjauh dari Ibuku.." sergah Alana sambil mendorong lelaki itu."Dasar anak kecil bodoh..!" umpat lelaki itu.Lelaki itu menghempaskan Alana sampai terjatuh."Alana.." Teriak Maria.&nb
Beberapa tahun telah berlalu, Maria dan Alana membuka sebuah butik yang diberi Nama Guvenc Boutique. Alana kini tumbuh menjadi remaja yang cantik, dia mengubah warna rambutnya menjadi seperti warna rambut Maria. Mereka terlihat seperti saudara, karena paras Maria yang cantik dan awet muda."Terimakasih Alana.." ucap Maria suatu hari."Kenapa Bu..?" jawab Alana heran."Kamu sudah menjadi anugrah yang paling indah yang Tuhan berikan kepada Ibu." jawab Maria.Alana bangkit dari duduknya dan memeluk Maria."Terimakasih telah sabar denganku, dan mau menerima aku apa adanya Bu, kamu adalah orang yang paling aku sayang di dunia ini." ucap Alana.Dan mereka saling berpelukan.Sepanjang berjalannya waktu, Guvenc Boutique telah mulai di kenal di telinga penikmat fashion, dimulai dari warna dan model baju yang indah dan Unik.Onem Boutique adalah salah satu butik yang beridi sejak lama dan tak ada yang berani bersaing dengannya, namun den
Keadaan keluarga Guvenc semakin memburuk, berita - berita konyol yang tersebar membuat kesehatan Maria semakin memburuk.Ketika itu, tengah malam, saat Alana hendak ke dapur mengambil minum, terdengar hawar Maria berbicara kepada seseorang di telepon."Kumohon hentikan ini semua ! Apa kau setega itu ? Harimau pun tak memangsa anaknya sendiri.." hawar suara Maria."Ibu sedang berbicara kepada siapa ya ?" gumam ku heran."Demi ketenaranmu, kau tega sekeji ini..!" hawar Maria lagi. "Demi Tuhan kau akan mendapat balasannya."Itulah kata terakhir yang Alana dengar. Alana sangat penasaran sekali, tapi dia mengurungkan niat ya untuk pergi melihat Maria."Mungkin besok akan aku tanyakan.." gumam Alana.Pagi itu cuaca sangat dingin dan mendung, Maria melihat dengan sendu langit yang sama-sama sedang pilu."Bu.... Boleh aku masuk ?" tanya Alana lembut."Ya sayang..." jawab Maria lemas."Apa Ibu baik-baik saja ?" tanya
Saat tersadar, Alana sudah berada dalam jeruji besi."Apa ? Apa-apaan ini ? Penjaga !!! Kenapa aku ditangkap ? Atas dasar apa ?" tanya Alana emosi.Salah satu penjaga menghampirinya dan me jawab sinis, "Kau telah membakar rumahmu sendiri dan membuat Maria Ibumu terkena serangan jantung dan akhirnya meninggal.""Tuduhan yang bodoh ! Siapa yang membayarmu ? Onem ?" sanggah Alana."Jangan kurang ajar kau Bocah ingusan !"timpal petugas itu emosi." Sini kau, berhadapan denganku !"ucap Alana menantang.Tantangan itu berhasil membuat petugas itu emosi dan membuka pintu jeruji Alana. Ketika melihat kesempatan itu, Alana langsung memukul petugas itu dan melarikan diri, Dia berlari sekencang mungkin dan bersembunyi pada truk barang yang sedang parkir di dekat situ. Didalam truk barang itu dia menangis sejadi-jadinya sampai dia tertidur. Dan dia tak peduli kemana truk barang itu membawanya pergi.Saat truk itu berhenti d
"Aku tidak mau menjadi pencuri..."Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Alana, namun berbeda dengan sekarang, dia mulai menikmati pekerjaan itu, walau kadang dia suka beradu mulut dengan Renata.Sejak awal Renata memang tidak menyukai kedatangan Alana, Renata hanya takut kalah bersaing dengan Alana. Dan pada intinya Renata menyukai Mike, dia takut Mike menyukai Alana, karena Renata melihat ada pandangan yang berbeda pada diri Mike kepada Alana.Malam itu Alana sedang duduk di balkon, menatap hiruk pikuk jalan raya dari atas gedung itu."Kopi..?" tawar Mike tiba-tiba muncul."Ya, terimakasih.." jawabku sambil menerima kopi itu dan menikmatinya."Apa yang kamu lihat ?" tanya Mike."Jalanan itu, dengan lampu-lampunya, indah, aku senang dengan pemandangan ini, dan aku rindu Ibuku.." jawab Alana."Ibuku pasti sangat kecewa kalau dia tau aku menjadi seperti ini.." tambahnya lagi."Apa kau merasa malu bergabung bersama kami ?"tanya Mike."Tid
"Malam tadi kita gagal melakukan operasi di rumah kakek tua itu, padahal barang-barang yang dia miliki cukup berharga.. "ucap Renata." Dan ini semua gara-gara gadis bodoh itu..!"lanjutnya lagi.Alana memandang Renata, dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Renata seraya berkata," Apa ? Gara-gara aku ? Bukannya kau yang sengaja mendorongku !.""Tuduhan yang bodoh, mana mungkin aku melakukannya !" bela Renata."Sudah... Sudah....! Malam tadi memang bukan malam keberuntungan kita, jangan saling menyalahkan...!" pukas Leo."Aku mau keluar dulu..!"Alana berpamitan."Kemana...?" tanya Mike.Namun Alana terus saja berjalan tidak menghiraukan Mike."Kau ini kenapa sih Renata ?" tanya Mike."Kita kan keluarga.. Janganlah seperti ini ?""Kenapa kau terus saja membela dia ? Apa kau suka padanya ?"tanya Renata." Dan apakah kau cemburu ?"pungkas Tama mengejek."Diam kau gendut..!" ucap Renata."Oh Tuhan... Aku tersin
Hari ini Alana sangat senang sekali karena mendapatkan pekerjaan baru, pagi itu dia sangat bersemangat. Namun ketika dia datang ketempat itu, alangkah terkejutnya dia karena ternyata dia dipekerjakan di bagian cleaning service. "Ya tuhan, aku pikir aku akan bekerja bersama dengan mereka diruangan itu.." gumam Alana sambil melihat ke ruangan para desainer. Setiap hari Alana harus membersihkan toilet, pantry, dan ruangan kerja mereka, namun sesekali Alana suka memperhatikan desain-desain mereka. "Hei Patricia, bagaimana dengan desainku yang ini ? Apa modelnya bagus ?" tanya wanita itu. "Entahlah, sepertinya ada yang kurang, tapi akupun sudah tidak ada ide lagi, coba kau cari saja referensi lain, mungkin bisa menambahkan sesuatu yang lebih modis.." jawabnya. "Akupun sudah kehabisan ide.."jawabnya. "Jangan menyerah Elina.. Keep moving.. "ucapnya memberi semangat. "Harus aku apakan lagi baju ini ?" gumam Elina. "Kau bisa men
"Tolong panggilkan cleaning service yang bernama Alana kemari.." ucap Patricia pada teleponnya.Tak lama kemudian Alana pun datang.Tok.. Tok.. Tok.."Nona memanggil saya ?" ucapnya."Ya, masuklah..!" ucap Patricia yang sedang duduk dikursi putarnya."Saya minta maaf soal mute-mute itu, saya sangat greget sekali ingin menempelkan aksen itu ke gaun tadi.." ucap Alana menyesal."Itu ide yang sangat bagus sekali Alana, bagaimana kau bisa ?" tanya Patricia."Dulu aku dan mendiang Ibuku sering membuat baju dan menjualnya, kami hidup dari situ, tapi sekarang Ibuku sudah tiada.." ucap Alana meredup."Aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengungkit itu. Kau lihat tumpukan kain di sudut sana ? Kira-kira apa yang bisa kau lakukan dengan tumpukan kain itu ?" uji Patricia.Alana menghampiri kain-kain itu, dia melihat warna dan merasakan tekstur dari kainnya. Lalu tak lama memudian dia membuat pola, mengguntingnya, dan menjahitnya, da