Selama berada di rumah, Alana sibuk dengan hobi menggambarnya, banyak pola-pola baju Alana yang sangat membuat kagum Maria. Dan Maria membuat pola baju Alana menjadi nyata. Baju desain Alana sangat menarik perhatian banyak orang. Banyak orang yang berani membayar mahal untuk satu baju Alana.
Tiba-tiba...
"Heh.... Seenaknya saja kau membuka usahamu tanpa minta ijin dariku..." ucap seseorang yang tiba-tiba datang.
Wajahnya sangat seram dan berkumis, badannya besar dan berotot kekar, membuat Maria takut.
"Kenapa Aku harus meminta ijin padamu ? Siapa kamu ?" tanya Alana gugup.
"Hahaha..." lelaki itu tertawa terbahak. "Kau tidak tahu siapa aku Nona manis ?" jawabnya sambil mendekati Maria dengan wajah mesum dan tangannya menyentuh wajah Maria.
"Menjauh dari Ibuku.." sergah Alana sambil mendorong lelaki itu.
"Dasar anak kecil bodoh..!" umpat lelaki itu.
Lelaki itu menghempaskan Alana sampai terjatuh.
"Alana.." Teriak Maria.
Ketika Maria hendak mendekati Alana, lelaki itu menarik tangan Maria sampai tubuh Maria menempel pada lelaki itu.
"Mmm...aroma yang sangat wangi.." ucap lelaki itu.
"Lepaskan..." Teriak Alana sambil meronta.
Setelah berusaha agak lama Maria meronta tak kunjung berhasil, Maria menggigit tangan lelaki itu.
"Aaaa... Dasar wanita bodoh !" ucapnya sambil menghempaskan Maria ke lantai. "Kau harus membayar padaku setiap minggunya sebesar 500.000 !" ucapnya lagi. "Kalau tidak, lihat saja apa yang akan aku lakukan pada kalian.." ancamnya sambil pergi dari tempat itu.
Maria menghampiri fan memeluk Alana.
"Kau tidak apa-apa Nak..?" tanya Maria.
"Tidak Bu.." jawab Alana.
"Kita harus pergi dari tempat ini, tempat ini tidak baik.." ucap Maria.
"Kita mau kemana Bu ?" tanya Alana.
"London.." ucap Maria.
Malam itu Maria dan Alana bersiap-siap untuk pergi. Namun sebelum pergi, Maria berhenti di persimpangan.
"Kau tunggu disini, jangan Kemana-mana dan jangan membuat ulah.." ucap Maria memperingatkan.
"Iya Bu.." jawabnya.
Maria pun keluar dari mobil dan berjalan menuju satu boutiq yang mewah.
Alana mulai bosan menunggu, dan tak sengaja dia melihat orang-orang yang masuk ke boutiq itu mengenakan gaun yang indah, Alana mulai penasaran dan mulai terkesan.
" Maafkan aku Ibu, aku tidak akan lama.." gumamnya sendiri.
Alana keluar dari mobil dan mengikuti arah masuk orang-orang bergaun indah itu.
"Waaaaaaah....!" Alana berdecit kagum melihat dunia fashion yang sangat dia idam-idamkan.
Dia berputar, melihat ratusan gaun yang terpampang di galeri itu.
"Suatu saat, aku akan menjadi seperti ini, bahkan lebih dari ini.." gumamnya.
Lalu dia melihat Ibunnya sedang berbicara kepada seseorang, sepertinya Ibunya sedang meminta pertolongan orang itu. Orang itu sepertinya wanita yang egois dan sombong, terlihat dari gerakan tubuh dan carabicaranya.
"Ibu..." panggil Alana.
Maria menoleh dan mencari arah suara Alana. Wanita yang sedang bersama nya pun menoleh bersamaan.
Namun mereka tak menemukan Asal suara Alana, karena Alana terdorong oleh orang-orang yang berbondong - bondong yang masuk ke galeri itu.
" Maaf permisi.. Maaf..." ucap Alana sambil berjalan menembus pagar orang-orang yang berkerumun itu.
Alana melihat Ibunya selesai berbicara dengan wanita itu, lalu Alana pun pergi menuju Mobil Maria kembali.
"Alana..." ucap Maria mencari Alana ketika sampai di mobil. "Oh Tuhan, dia akan membuat keributan lagi..." ucap Maria lagi.
"Ayo Bu.." ucap Alana yang tiba-tiba muncul dibelakangnya dan langsung masuk kedalam mobil.
"Alana, dari mana kamu barusan..?" tanya Maria sambil masuk kedalam mobil.
"Melihat kedalam, mengikuti Ibu. Aku Penasaran dengan gaun-gaun indah yang mereka pakai Bu.. Suatu saat aku akan seperti pemilik butik itu, bahkan aku akan lebih sukses dari dia.." Ucap Alana bersemangat.
"Ibu Doakan kamu berhasil selalu.." ucap Maria lembut.
Tak sampai dua jam, Maria dan Alana telah sampai di Kota London.
"Nah sayang, ini kediaman orang tua Ibu.." ucap Maria.
"Waaaaaaah... Indah sekali Bu rumahnya.." ucap Alana kagum
"Sekarang kita akan tinggal disini dan membuka usaha baru.." ucap Maria.
"Guvenc boutique.." gumam Alana dengan mata berbinar.
"Gila ! Guru konseling kali ini bisa beladiri Bro !" ucap Frans."Santai Bro... 13 guru konseling udah kita usir dari sekolah ini, yang ini juga pasti bisa..." jawab Badar dengan santai."Guru konseling itu...." ucap Erik tidak selesai."Loe kenal ?" tanya Ervan menyelidik."Enggak, gue gak kenal.." jawab Erik.Padahal Erik baru saja kemarin bertemu dengannya, dia yang mengejar Erik waktu itu, ketika ketahuan mencuri di sebuah toko kaset."Sial !" gumam Erik perlahan."Alaaaah ! Cewe kerempeng gitu mah gampang.... Tinggal sentil, mental dah tuh !" ucap Badar menyepelekan.Lalu mereka semua tertawa, kecuali Erik."Gue cabut duluan ya ! Mau cari angin." ucap Erik sambil berjalan meninggalkan mereka."Napa tu bocah ?" tanya Badar."Biarin aja lah...lagi be-te pasti..." jawab Frans."Woooiiii !" Seru Frans sambil melemparkan bantal pada Adam yang sedari tadi hanya bermain game saja di ponselnya."
Selesai bertemu dengan klien, Junos menuju rumah Glyn, dia penasaran dengan keadaan Glyn sekarang. Tak butuh waktu lama, Junos sudah tiba di depan rumah Glyn. Dia melihat keadaan rumah yang sepi, Junos memarkirkan motornya terlebih dahulu lalu perlahan Junos masuk dan melihat Glyn yang tengah tertidur di sofa. Dalam benak Junos ada niatan untuk menjahili Glyn. Junos merogoh air yang ada di dalam pot bunga didekatnya, lalu dia mencipratkan air itu ke wajah Glyn. Glyn mengernyitkan wajahnya, didalam mimpinya dia sedang berada ditengah hujan deras dan tiba-tiba keadaan menjadi banjir. "Banjiiir...banjiiir !" teriak Glyn sambil terbangun. Junos tertawa terbahak-bahak melihat Glyn yang bermimpi. "Kau ? Dasar kau !" ucap Glyn sambil melemparkan bantal sofa ke arah Junos dan memukulnya berkali-kali. "Aw..aw...aw..." erang Junos sambil tertawa. Dengan refleks Junos memegang kedua tangan Glyn dan menatapnya. Glyn terdiam dan berkata, "Apa ?" Sambil men
Pagi ini Glyn berencana untuk mencari pekerjaan, Karena ia tidak mungkin terus merepotkan ayahnya."Aku cari kerja dimana ya ? Apa kira-kira ya ? Aku tidak mau lagi menjadi designer, Aku ingin melupakan itu semua." gumam Glyn sendirian. Mungkin dia bisa membantuku " gumam Glyn lagi dengan berfikir Junos akan membantunya. "Tapi, dimana Aku bisa menemukannya ? Aku tak tahu dia tinggal dimana, huh ! Merepotkan sekali."Baru saja dia berfikir tentang Junos, tiba-tiba terdengar seperti suara motor yang berhenti didepan rumahnya."Apa mungkin itu dia ?." gumam Glyn sambil berlari ke jendela dan melihatnya. "Benar itu dia.." gumam Glyn lagi dengan senang. Lalu dia turun dan menemui Junos."Hai, Aku bawakan sarapan." ucap Junos.Glyn Masih terdiam menatap Junos, karena dia masih berfikir tentang pribadi Junos dan siapa dia."Kenapa kau baik padaku ? Kita tidak saling kenal, Aku tidak mengenalmu sama sekali." ucap Glyn menyelidik."Karena aku
"Ayah, Aku akan mulai menjalankan rencanaku, aku akan melamar pekerjaan di tempatku dulu bekerja." Ucap Alana. "Baiklah, itu keputusanmu Alana." Jawabnya. "Mulai sekarang, panggil Aku Glyn Ayah..." Ucapnya. Sang dokter tua itu terkejut mendengar pernyataan Alana. Sekaligus senang, akhirnya anaknya benar-benar hidup kembali. "Doaku selalu menyertaimu Nak, semoga jalan yang kau pilih, tidak menyesatkan hatimu.." ucap Ayahnya itu. Perkataan itu sedikit membuat Glyn tidak enak hati. "Ayah tenang saja, Aku akan baik-baik saja." Jawabnya. "Besok pagi, Aku akan pergi pagi-pagi sekali." Tambahnya lagi. "Baiklah, Aku akan siapkan sarapan dimeja besok pagi."jawab Ayahnya. "Terimakasih..." Ucap Glyn Andrea. Malam itu, entah apa yang terjadi pada Glyn, selintas dia berfikir untuk pergi saja dari negara itu. Satu negara yang telah menorehkan banyak Luka untuknya. Negara yang ingin dia tuju, adalah negara kelahira
Pagi itu Alana mulai berhenti memusuhi dokter tua itu."Terimakasih..."ucap Alana pada Pak Tua itu yang sedang membereskan meja makan."Tidak masalah putriku..apapun akan ayah lakukan untukmu.."jawabnya dengan senyum."Siapa nama putrimu ?"tanya Alana padanya.Dokter tua itu, menghela nafas dan kembali duduk di meja makan itu."Maafkan aku karena telah mengubah wajahmu seperti ini, aku hanya ingin melihat wajah putriku yang telah tiada itu kembali, aku melakukan ini karena aku tahu, luka bakarmu yang sangat parah, bagaimanapun juga, wajahmu tidak akan kembali normal, itulah kenapa aku melakukan ini padamu. Tapi sungguh tidak ada maksud lain, tinggalah disini sebagai putriku..."ucapnya sendu dan menahan tangis.Aku masih diam seribu bahasa, namun dalam hatiku, aku paham tentamg perasaan yang dirasakan oleh dokter tua itu. Lalu dia beranjak dari meja makan."Aku harus ke rumah sakit, lakukan apa yang kau mau disini.."ucapnya.Setelah dia pergi
Selsesainya acara fashion itu, Alana berniat berbicara dengan Patricia tentang kejadian gaun itu.Tok...tok...tok...Pintu ruang Patricia diketuk oleh Alana. Namun Patricia tidak meresponnya."Boleh aku masuk ?"tanya Alana ragu.Patricia hanya menolehnya sebentar, dan dia berpura-pura melihat-lihat buku sketsanya."Dengarkan penjelasanku, aku bersumpah tidak melakukan itu..."ucap Alana bersungguh-sungguh. "Coba pikirkan, untuk apa aku melakukan itu ? Apa untungnya bagiku ?"ucap Alana lagi.Patricia mulai menoleh Alana, dia menarik nafas yang sangat berat."Jika kau ingin branchmu sendiri, silahkan, aku tidak akan melarang, tapi jangan melakukan hal sekotor ini..."ucap Patricia menyelidik."Kau tidak tahu tentang aku, dulu aku mempunyai butik sendiri atas namaku sendiri, aku tidak perlu melakukan hal itu, aku bisa mengenalkan kembali butikku tanpa harus melakukan hal sepicik itu..."jawab Alana.Keras Patricia berfikir, na