Home / Romansa / Senja di ufuk barat / 2. Mulai Sekolah

Share

2. Mulai Sekolah

Author: Tataya Gamboa
last update Last Updated: 2021-07-02 16:17:48

Hari ini adalah hari besar untuk Maria, karena hari ini Alana akan masuk sekolah, mendapatkan sahabat baru, lingkungan yang baru, serta pelajaran yang baru.

"Apa kau mau memakai topi ini ?" Tanya Maria.

"Tidak usah Bu, aku akan jadi diriku sendiri.." Jawabnya percaya diri.

"Ingat, jangan membuat masalah, berbaurlah dan..."

"Jangan berkelahi..." Sela Alana ketika Maria belum selesai dengan ucapannya.

"Iya kamu benar.." Ucap Maria sambil mengecup kening Alana.

Alana mulai berjalan memasuki gerbang sekolah.

"Ibu akan menjemputmu nanti..." teriak Maria. "Sampai jumpa.." ucapnya lagi dengan girang.

"Hai..." Sapa Alana ramah.

Namun orang-orang melihatnya dengan aneh.

"Halo..."Sapa Alana lagi sambil berjalan menuju ruang kelasnya.

Tiba-tiba...

"Jangan halangi jalanku sigung kecil..." Ucap lelaki gendut itu kasar seraya menabrak Alana sampai jatuh.

Alana tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan berdiri kembali.

"Hai, aku Anita.. Jangan hiraukan mereka.." Ucapnya sambil memegang bahuku.

"Aku tidak akan menghiraukan mereka, tapi mungkin sebentar lagi..." Jawab Alana tersenyum jahil.

Dan benar saja, ketika makan siang tiba, Alana menjahili anak gendut tadi.

Dia sengaja menumpahkan jus jeruk kepadanya.

"Ups.... Maaf, aku tidak sengaja..." Ucapku sambil pergi.

Kurang ajar !!!"Anak gendut itu berteriak.

Alana hanya tertawa mendengar kekesalan anak gendut itu.

Namun ketika pulang sekolah, anak gendut itu membalas Alana, dia menyuruh gengnya untuk menggendong Alana dan menjatuhkannya ke tempat pembuangan sampah dibelakang sekolah.

"Tidaaaaaaaaaak !" teriak Alana kesal.

"Ya Tuhaaaaan..." Maria kaget karena Alana sangat kotor dan bau.

"Anak gendut itu pelakunya..." Ucap Alana.

"Ibu kan sudah bilang, Biarkan saja mereka.. Jangan buat masalah.." Ucap Maria sambil membersihkan Alana.

"Aku tidak bisa seperti Ibu... Jiwaku pemberontak.." Jawab Alana.

"Buang sifat pemberontakmu..." Ucap Maria lagi.

Kring....kring....

Suara telepon berbunyi. Maria Mengangkat telepon itu dan...

"Baik Pak saya mengerti, besok saya akan kesekolah.." Ucap Maria.

"Pasti Kepala Sekolah botak itu.." Sela Alana.

"Tidak boleh begitu sayang..." Kata Maria.

"Kepala Sekolah botak itu memang tidak suka padaku sejak awal Bu..." Ucap Alana seraya pergi.

"Alana..."Ucap Maria pelan.

"Silahkan duduk Nyonya Guvenc.., Puti Anda benar-benar keterlaluan, emosinya harus diberi perhatian lebih.."

"Tapi anak gendut itu yang duluan menyerangku.." Bela Alana.

Kepala Sekolah itu tidak menjawab melainkan menandai buku Alana dengan tinta hitam.

"Buku disiplinmu tercoreng satu" Ucapnya.

"Tapi Pak..."

"Dua..." Sela Kepala Sekolah itu sambil menandai dua Kotak dengan tinta hitam.

Alana pergi keluar dengan kesal.

"Nyonya Guvenc..." Gerutu Kepala Sekolah itu.

"Maafkan saya, saya akan bicara dengannya..." Ucap Maria berpamitan.

"Tiga...." Ucap Kepala Sekolah itu.

Maria agak kesal juga dibuatnya.

"Selamat Siang.." ucap Maria sambil membanting pintu.

"Nyonya Guveeeenc...." Teriak Kepala Sekolah itu dari ruangannya.

Maria seakan tak perduli dengan teriakan itu, dia melangkah dengan bebas menuju gerbang sekolah.

"Ayo Alana kita pulang.." Ajak Maria.

"Kenapa Ibu begitu senang ? Apa yang terjadi di dalam ?" Tanya Alana penasaran.

"Ibu melakukan apa yang seharusnya Ibu lakukan. Memberontak..." Jawab Maria terkekeh.

Maria dan Alana kembali kerumah dengan perasaan senang, mereka melakukan aktifitas mereka seperti biasanya.

"Ingat Alana, besok janji jangan buat masal ah lagi.. Oke...?" Ucap Maria.

Alana tidak menjawab.

"Alana..." Panggil Maria.

"Iya Bu..." Jawab Alana pelan.

"Ibu tidak dengar..."

"Ibuuuuu...."Alana kesal.

"Hahaha.." Maria tertawa senang melihat Alana kesal.

Alana mengerucutkan bibirnya yang merah sambil menggerutu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Senja di ufuk barat   19. Tawuran

    "Gila ! Guru konseling kali ini bisa beladiri Bro !" ucap Frans."Santai Bro... 13 guru konseling udah kita usir dari sekolah ini, yang ini juga pasti bisa..." jawab Badar dengan santai."Guru konseling itu...." ucap Erik tidak selesai."Loe kenal ?" tanya Ervan menyelidik."Enggak, gue gak kenal.." jawab Erik.Padahal Erik baru saja kemarin bertemu dengannya, dia yang mengejar Erik waktu itu, ketika ketahuan mencuri di sebuah toko kaset."Sial !" gumam Erik perlahan."Alaaaah ! Cewe kerempeng gitu mah gampang.... Tinggal sentil, mental dah tuh !" ucap Badar menyepelekan.Lalu mereka semua tertawa, kecuali Erik."Gue cabut duluan ya ! Mau cari angin." ucap Erik sambil berjalan meninggalkan mereka."Napa tu bocah ?" tanya Badar."Biarin aja lah...lagi be-te pasti..." jawab Frans."Woooiiii !" Seru Frans sambil melemparkan bantal pada Adam yang sedari tadi hanya bermain game saja di ponselnya."

  • Senja di ufuk barat   18. Hari pertama

    Selesai bertemu dengan klien, Junos menuju rumah Glyn, dia penasaran dengan keadaan Glyn sekarang. Tak butuh waktu lama, Junos sudah tiba di depan rumah Glyn. Dia melihat keadaan rumah yang sepi, Junos memarkirkan motornya terlebih dahulu lalu perlahan Junos masuk dan melihat Glyn yang tengah tertidur di sofa. Dalam benak Junos ada niatan untuk menjahili Glyn. Junos merogoh air yang ada di dalam pot bunga didekatnya, lalu dia mencipratkan air itu ke wajah Glyn. Glyn mengernyitkan wajahnya, didalam mimpinya dia sedang berada ditengah hujan deras dan tiba-tiba keadaan menjadi banjir. "Banjiiir...banjiiir !" teriak Glyn sambil terbangun. Junos tertawa terbahak-bahak melihat Glyn yang bermimpi. "Kau ? Dasar kau !" ucap Glyn sambil melemparkan bantal sofa ke arah Junos dan memukulnya berkali-kali. "Aw..aw...aw..." erang Junos sambil tertawa. Dengan refleks Junos memegang kedua tangan Glyn dan menatapnya. Glyn terdiam dan berkata, "Apa ?" Sambil men

  • Senja di ufuk barat   17. Teman baru

    Pagi ini Glyn berencana untuk mencari pekerjaan, Karena ia tidak mungkin terus merepotkan ayahnya."Aku cari kerja dimana ya ? Apa kira-kira ya ? Aku tidak mau lagi menjadi designer, Aku ingin melupakan itu semua." gumam Glyn sendirian. Mungkin dia bisa membantuku " gumam Glyn lagi dengan berfikir Junos akan membantunya. "Tapi, dimana Aku bisa menemukannya ? Aku tak tahu dia tinggal dimana, huh ! Merepotkan sekali."Baru saja dia berfikir tentang Junos, tiba-tiba terdengar seperti suara motor yang berhenti didepan rumahnya."Apa mungkin itu dia ?." gumam Glyn sambil berlari ke jendela dan melihatnya. "Benar itu dia.." gumam Glyn lagi dengan senang. Lalu dia turun dan menemui Junos."Hai, Aku bawakan sarapan." ucap Junos.Glyn Masih terdiam menatap Junos, karena dia masih berfikir tentang pribadi Junos dan siapa dia."Kenapa kau baik padaku ? Kita tidak saling kenal, Aku tidak mengenalmu sama sekali." ucap Glyn menyelidik."Karena aku

  • Senja di ufuk barat   16. Indonesia

    "Ayah, Aku akan mulai menjalankan rencanaku, aku akan melamar pekerjaan di tempatku dulu bekerja." Ucap Alana. "Baiklah, itu keputusanmu Alana." Jawabnya. "Mulai sekarang, panggil Aku Glyn Ayah..." Ucapnya. Sang dokter tua itu terkejut mendengar pernyataan Alana. Sekaligus senang, akhirnya anaknya benar-benar hidup kembali. "Doaku selalu menyertaimu Nak, semoga jalan yang kau pilih, tidak menyesatkan hatimu.." ucap Ayahnya itu. Perkataan itu sedikit membuat Glyn tidak enak hati. "Ayah tenang saja, Aku akan baik-baik saja." Jawabnya. "Besok pagi, Aku akan pergi pagi-pagi sekali." Tambahnya lagi. "Baiklah, Aku akan siapkan sarapan dimeja besok pagi."jawab Ayahnya. "Terimakasih..." Ucap Glyn Andrea. Malam itu, entah apa yang terjadi pada Glyn, selintas dia berfikir untuk pergi saja dari negara itu. Satu negara yang telah menorehkan banyak Luka untuknya. Negara yang ingin dia tuju, adalah negara kelahira

  • Senja di ufuk barat   15. Identitas Baru

    Pagi itu Alana mulai berhenti memusuhi dokter tua itu."Terimakasih..."ucap Alana pada Pak Tua itu yang sedang membereskan meja makan."Tidak masalah putriku..apapun akan ayah lakukan untukmu.."jawabnya dengan senyum."Siapa nama putrimu ?"tanya Alana padanya.Dokter tua itu, menghela nafas dan kembali duduk di meja makan itu."Maafkan aku karena telah mengubah wajahmu seperti ini, aku hanya ingin melihat wajah putriku yang telah tiada itu kembali, aku melakukan ini karena aku tahu, luka bakarmu yang sangat parah, bagaimanapun juga, wajahmu tidak akan kembali normal, itulah kenapa aku melakukan ini padamu. Tapi sungguh tidak ada maksud lain, tinggalah disini sebagai putriku..."ucapnya sendu dan menahan tangis.Aku masih diam seribu bahasa, namun dalam hatiku, aku paham tentamg perasaan yang dirasakan oleh dokter tua itu. Lalu dia beranjak dari meja makan."Aku harus ke rumah sakit, lakukan apa yang kau mau disini.."ucapnya.Setelah dia pergi

  • Senja di ufuk barat   14. Kebakaran yang di rencanakan

    Selsesainya acara fashion itu, Alana berniat berbicara dengan Patricia tentang kejadian gaun itu.Tok...tok...tok...Pintu ruang Patricia diketuk oleh Alana. Namun Patricia tidak meresponnya."Boleh aku masuk ?"tanya Alana ragu.Patricia hanya menolehnya sebentar, dan dia berpura-pura melihat-lihat buku sketsanya."Dengarkan penjelasanku, aku bersumpah tidak melakukan itu..."ucap Alana bersungguh-sungguh. "Coba pikirkan, untuk apa aku melakukan itu ? Apa untungnya bagiku ?"ucap Alana lagi.Patricia mulai menoleh Alana, dia menarik nafas yang sangat berat."Jika kau ingin branchmu sendiri, silahkan, aku tidak akan melarang, tapi jangan melakukan hal sekotor ini..."ucap Patricia menyelidik."Kau tidak tahu tentang aku, dulu aku mempunyai butik sendiri atas namaku sendiri, aku tidak perlu melakukan hal itu, aku bisa mengenalkan kembali butikku tanpa harus melakukan hal sepicik itu..."jawab Alana.Keras Patricia berfikir, na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status