Share

Bab 113

Author: Mita Yoo
last update Last Updated: 2025-12-22 07:00:30

Suara di luar ruangan itu semakin keras dan terburu-buru sehingga Rendra langsung tersadar dari lamunannya. Dengan gerakan cepat, dia melepaskan Dara dan merapikan pakaiannya sendiri, sementara Dara dengan wajah memerah berusaha menenangkan diri.

Rendra membuka kunci pintu, membukanya selebar celah. Wajah Maya yang pucat dan bermata sembap langsung terlihat.

Rendra tetap mencoba berbicara tenang, dengan nada terdengar profesional, meski napasnya masih berat. “Ada apa, Maya? Aku sedang konsultasi tertutup.”

Maya memegang ponselnya erat-erat, tangannya gemetar. “Ini ... ini gawat, Pak Rendra. Masa depan klinik kita terancam. Lihat ... lihat ini!”

Dia menyodorkan ponselnya. Di layar, terbuka sebuah portal berita online. Dengan judul ditulis dalam huruf besar dan memancing emosi.

TERAPIS TOP RENDRA DEANDRO DIDUGA MANFAATKAN KLIEN? FOTO EKSKLUSIF PINTU TERKUNCI!!

Di baw
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 115

    Pulang ke rumah, yang biasanya merupakan pelarian, kini berubah menjadi medan pertempuran lain. Mobil Rendra disambut oleh kerumunan wartawan dan lensa kamera yang menyorot tajam dari balik gerbang. Lampu blitz kamera berkedip-kedip, menerangi wajahnya yang lelah namun tetap berada dalam ekspresi netral.Rendra dengan santai melangkah keluar mobil, mengabaikan teriakan pertanyaan wartawan yang saling tindih.“Pak Rendra, apa komentar Anda?”“Siapa wanita di foto itu?”“Apakah ini penyalahgunaan wewenang?”“Apa Anda mengakui penyalahgunaan kode etik?”Saat itulah, Riani muncul di pintu teras. Dia sudah bersiap. Berpakaian rapi namun tidak berlebihan, riasan wajahnya natural, senyumnya terlihat di bibir. Sebuah gambaran sempurna istri yang tegar dan mendukung.Dia melangkah turun menyambut Rendra di depan pintu, sebuah pertunjukan yang direncanakan untuk konsumsi publik.Sua

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 114

    Kalimat itu diucapkan Rendra seperti janji pada Dara, meski ia sendiri belum tahu bagaimana harus mengurus badai skandal yang begitu besar itu.Dara akhirnya mengangguk, mematuhi. Dia mengikuti Maya keluar dari ruangan, melirik sekali lagi ke arah Rendra yang berdiri sendirian di tengah kekacauan yang ia ciptakan.Begitu pintu tertutup, ketegangan di wajah Rendra runtuh. Dia menopang tubuhnya di tepi meja, kepalanya tertunduk. Suara bising dari telepon kantor yang mulai berdering terus-menerus memecah kesunyian. Dunianya yang rapi dan tertata dengan reputasi gemilang telah hancur berkeping-keping dalam sekejap.Dia menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. Pertempuran telah dimulai. Bukan lagi melawan Arkha secara personal, melainkan melawan opini publik, etika profesional, dan hukum. Dan di tengah semua ini, ada satu hal yang tidak akan ia lakukan.Ia tidak akan menyeret nama Dara lebih dalam ke dalam lumpur itu. Apa

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 113

    Suara di luar ruangan itu semakin keras dan terburu-buru sehingga Rendra langsung tersadar dari lamunannya. Dengan gerakan cepat, dia melepaskan Dara dan merapikan pakaiannya sendiri, sementara Dara dengan wajah memerah berusaha menenangkan diri. Rendra membuka kunci pintu, membukanya selebar celah. Wajah Maya yang pucat dan bermata sembap langsung terlihat. Rendra tetap mencoba berbicara tenang, dengan nada terdengar profesional, meski napasnya masih berat. “Ada apa, Maya? Aku sedang konsultasi tertutup.” Maya memegang ponselnya erat-erat, tangannya gemetar. “Ini ... ini gawat, Pak Rendra. Masa depan klinik kita terancam. Lihat ... lihat ini!” Dia menyodorkan ponselnya. Di layar, terbuka sebuah portal berita online. Dengan judul ditulis dalam huruf besar dan memancing emosi. TERAPIS TOP RENDRA DEANDRO DIDUGA MANFAATKAN KLIEN? FOTO EKSKLUSIF PINTU TERKUNCI!! Di baw

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 112

    Ponsel di tangan Arkha bergetar, menampilkan notifikasi pesan masuk. Sebuah foto. Saat dia membukanya, dunia seolah runtuh dan kemudian menyala dalam api amarah yang bisa membakar dirinya. Foto itu diambil dari jarak cukup jauh, tetapi cukup jelas. Sangat jelas menampilkan wajah orang yang dikenalnya. Sosok Rendra yang tak salah lagi, menarik seorang wanita masuk ke dalam sebuah ruangan. Siluet wanita itu, gaya rambutnya, bentuk tubuhnya—Arkha mengenalinya bahkan dalam mimpi buruk sekalipun. Dialah istrinya. Dara. Dan pintu yang terkunci. Dia yang semula ingin menyerah oleh sikap dingin dan keheningan Dara di rumah, seketika mendidih. Rasanya seperti tenggorokannya terbakar. Foto itu bukan lagi kecurigaannya. Foto itu juga bukan lagi pertengkaran mulut antara mereka. Foto itu adalah sebuah bukti visual. Rendra tidak hanya melanggar batas, dia menginjak-injaknya den

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 111

    Hari itu di klinik Rendra terasa seperti hari biasa. Konsultasi dengan pasien, catatan medis, lalu ruang kerja yang dipenuhi keheningan. Hingga, saat dia hendak mengambil dokumen dari ruang kerjanya yang terletak di ujung koridor, matanya tertumbuk pada pemandangan yang membuat jantungnya berhenti berdetak sejenak.Dara.Berdiri di depan pintu ruang kerjanya, tubuhnya terlihat lebih kecil dan rapuh dalam jaket denim sederhana. Wajahnya pucat, mata yang masih menyimpan bayangan kesedihan, tetapi ada sesuatu yang berbeda di matanya. Seperti sebuah ketegasan, atau mungkin keputusasaan, yang memancar darinya.Refleks Rendra lebih cepat bergerak dari pikirannya. Tanpa memeriksa sekeliling, tanpa memperhatikan lorong kosong atau sudut-sudut yang mungkin menyimpan pengintai, tangannya meraih lengan Dara dengan lembut namun pasti. Dengan gerakan cepat, dia menariknya masuk ke dalam ruangan yang aman, menjauh dari pandangan antrean pasien lainnya.

  • Sentuh Aku Lagi, Sayang!   Bab 110

    Kalimat terakhir yang diucapkan Dara terdengar seperti cambuk. Arkha tersentak, seolah baru tersadar bahwa selama ini ia hanya menjadi hakim dan penuntut, tanpa pernah mengerti posisi Dara yang selalu disalahkan dalam rumah tangganya sendiri.Arkha menarik napas pelan. Akhirnya, dia bersuara, meski lemah dan terpojok. “Aku ... aku cuma berusaha jadi yang terbaik untuk kita ….”Dara menyela, lalu tertawa getir. “Yang terbaik menurut kamu, Arkha! Bukan menurut aku! Yang terbaik itu kalau kita berdua bahagia, bukan cuma kamu yang merasa semuanya sudah beres! Aku nggak bahagia! Sudah lama aku nggak bahagia! Dan kamu terlalu sibuk dengan duniamu sendiri sampai nggak bisa lihat!”Setelah mengucapkan semuanya, energi Dara seolah terkuras habis. Dia terduduk lemas di lantai, punggungnya bersandar pada dinding dapur, menangis tersedu-sedu. Tangisan yang melelahkan.Arkha masih terduduk di kursinya, namun kini wajahnya tidak lagi hanya p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status