Share

Bab 97

Author: Leona Valeska
last update Last Updated: 2025-12-24 21:28:33

Sore itu, suasana di hotel tampak lebih tenang dibandingkan siang hari. Cahaya matahari yang mulai condong ke barat memantulkan sinar keemasan di sela-sela dedaunan taman buatan yang tertata rapi di halaman belakang hotel.

John berjalan berdampingan dengan Sophia menyusuri jalan setapak yang membelah taman tersebut.

Langkah mereka pelan, seolah keduanya ingin memanfaatkan setiap detik ketenangan yang jarang mereka dapatkan belakangan ini.

John sesekali menoleh ke arah Sophia. Wajah wanita itu tampak lebih pucat dari biasanya, meskipun riasan tipis yang dikenakannya berusaha menutupi kelelahan batin yang masih jelas terlihat di matanya.

Sophia berjalan dengan pandangan lurus ke depan, namun pikirannya jelas tidak sepenuhnya berada di tempat itu. Ada kegelisahan yang mengendap di dalam dadanya, beban yang masih belum menemukan jalan keluar.

Setelah beberapa menit berjalan tanpa banyak percakapan, John mengajak Sophia untuk duduk di sebuah bangku panjang yang terletak tepat di hadapan ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 98

    Di kediaman rumah Raka. Pria itu sedang duduk di sofa panjang berwarna gelap dengan tangan terlipat di dada, wajahnya menunjukkan raut kesal yang tak kunjung mereda.Sejak tadi, dia terus menggerutu, mengeluhkan sikap John yang menurutnya semakin sulit diatur.Nada suaranya terdengar keras, sesekali diselingi helaan napas berat yang menunjukkan kekecewaan mendalam.Aruna berdiri tidak jauh dari sana, memperhatikan suaminya dengan sorot mata lelah.Wanita itu menghela napas panjang, seolah sedang menyiapkan kesabaran sebelum ikut masuk ke dalam percakapan yang ia tahu tidak akan mudah.Raka bukan tipe pria yang mudah menerima pendapat, terlebih jika menyangkut anak bungsu mereka yang selama ini selalu berada dalam pengawasannya.Aruna akhirnya melangkah mendekat dan duduk di samping Raka. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, lalu menoleh pelan ke arah suaminya.“Raka,” ucap Aruna dengan suara tenang namun tegas, “John sudah dewasa. Dan dia memiliki hak untuk menentukan pilih

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 97

    Sore itu, suasana di hotel tampak lebih tenang dibandingkan siang hari. Cahaya matahari yang mulai condong ke barat memantulkan sinar keemasan di sela-sela dedaunan taman buatan yang tertata rapi di halaman belakang hotel.John berjalan berdampingan dengan Sophia menyusuri jalan setapak yang membelah taman tersebut.Langkah mereka pelan, seolah keduanya ingin memanfaatkan setiap detik ketenangan yang jarang mereka dapatkan belakangan ini.John sesekali menoleh ke arah Sophia. Wajah wanita itu tampak lebih pucat dari biasanya, meskipun riasan tipis yang dikenakannya berusaha menutupi kelelahan batin yang masih jelas terlihat di matanya.Sophia berjalan dengan pandangan lurus ke depan, namun pikirannya jelas tidak sepenuhnya berada di tempat itu. Ada kegelisahan yang mengendap di dalam dadanya, beban yang masih belum menemukan jalan keluar.Setelah beberapa menit berjalan tanpa banyak percakapan, John mengajak Sophia untuk duduk di sebuah bangku panjang yang terletak tepat di hadapan ta

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 96

    Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi ketika cahaya matahari menembus tipis celah tirai kamar hotel.Udara pagi terasa hangat dan tenang, menyisakan keheningan yang nyaman setelah malam panjang yang mereka lewati bersama.Kamar itu masih dipenuhi aroma samar parfum dan linen bersih, menjadi saksi kebersamaan yang membuat keduanya lupa sejenak pada dunia di luar sana.John membuka matanya perlahan. Dia lalu menoleh ke samping dan menemukan Sophia masih terlelap dengan napas teratur.Wajah wanita itu tampak damai, jauh dari bayang-bayang ketakutan yang selama ini sering menghantuinya.John tersenyum kecil, hatinya menghangat melihat pemandangan itu. Dengan gerakan hati-hati, dia mendekat dan mengecup bibir Sophia dengan kecupan hangat dan singkat cukup untuk membangunkannya tanpa membuatnya terkejut.Sophia menggeliat pelan. Ia meregangkan kedua tangannya, lalu membuka matanya perlahan.Pandangannya bertemu dengan tatapan John yang lembut, membuat sudut bibirnya terangkat membentuk senyum

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 95

    Makan malam pun berlangsung penuh percakapan ringan, tawa kecil, dan godaan yang berbalut manja.Namun di balik semua itu, ada ketegangan erotis yang menggantung dan semakin pekat dari menit ke menit.Hingga akhirnya, Sophia menaruh garpu dan pisaunya dan menyandarkan punggung ke kursi dengan ekspresi puas. “Hh. Perutku sudah kenyang sekali, John.”Kata-kata itu seperti bel tanda akhir pertandingan yang sudah lama ditunggu.John menegakkan tubuhnya menatap Sophia dengan tatapan yang tak lagi bisa disembunyikan. Hasrat yang sejak tadi ia tahan, kini menyeruak keluar tanpa malu.“Bagus,” gumamnya dengan suara berat dan parau. Ia mencondongkan tubuh ke meja dan kedua tangannya bertumpu kuat.“Sekarang ... giliranku. Kau sudah membuat aku menggila sepanjang makan malam ini, Sophia. Jadi ....”Ia berdiri perlahan lalu berjalan memutari meja dengan langkah mantap.Sophia menatapnya tanpa berkedip sementara jantungnya berdegup dengan kencang. Setiap detik terasa panjang, seakan udara di ruan

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 94

    Waktu menunjuk angka sebelas malam dan John mengajaknya ke sebuah restoran mewah. Restoran itu tampak berkilau di bawah cahaya lampu kristal yang menggantung megah di langit-langit.John sengaja memilih tempat yang jauh dari hiruk-pikuk, sebuah restoran mewah dengan pelayanan privat yang menjamin ketenangan.Ia bahkan menyewa satu ruang VIP tertutup, memastikan Sophia merasa aman, nyaman, dan tidak perlu cemas dengan tatapan orang lain.Sophia melangkah masuk dengan gaun sederhana berwarna krem yang membingkai tubuhnya dengan anggun.Rambutnya tergerai rapi, dan matanya menelusuri ruangan itu dengan sedikit heran. Meja makan ditata elegan, lilin-lilin kecil menyala lembut, dan alunan musik klasik terdengar samar.“Kenapa mendadak sekali?” tanya Sophia begitu mereka duduk berhadapan. Nada suaranya lembut, namun jelas mengandung rasa penasaran. “Kau bahkan tidak memberiku waktu untuk bersiap-siap.”John tersenyum tipis. Senyum yang selalu membuat dada Sophia terasa hangat tanpa alasan j

  • Sentuh Aku, Pak Mentor   Bab 93

    Tiga hari kemudian, suasana di ruang kerja John terasa jauh lebih berat dari biasanya.Tirai jendela setengah tertutup, membiarkan cahaya pagi masuk samar, seolah ikut menyesuaikan diri dengan suasana hati penghuninya.Di atas meja kerjanya, sebuah map tebal berwarna cokelat tergeletak rapi, penuh dengan dokumen, grafik, dan laporan rinci yang baru saja diserahkan oleh tim audit independen yang ia tugaskan.John duduk bersandar di kursinya, kedua tangannya terlipat di depan dada. Tatapannya tajam menelusuri wajah dua orang auditor yang duduk di hadapannya.Sejak pagi tadi, ia menahan diri untuk tetap tenang, meski dadanya terasa sesak oleh firasat buruk yang sejak awal tak pernah benar-benar ia sangkal.“Kami sudah menyelesaikan penelusuran alur dana yang diberikan oleh Sophia delapan bulan lalu,” ucap salah satu auditor, seorang pria paruh baya dengan kacamata tipis dan suara datar profesional.John mengangguk. “Mulai dari awal,” katanya singkat.Auditor itu membuka map, menarik satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status