Share

Bab 102

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-08-01 13:08:41
Setelah perjalanan berjam-jam, Sofia dan Galtero akhirnya tiba di Kota Madrid.

Sofia yang sejak tadi terlelap damai, membuka matanya perlahan saat udara dingin menyentuh pipinya. Pandangannya langsung tertarik pada pemandangan jalan yang asri dan rapi, meski dedaunan di sepanjang trotoar mulai menguning.

“Apa ada hotel di sekitar sini?” tanyanya, pelan.

“Kalau ada, kamu tidak akan kubawa ke sini,” sahut Galtero, sembari membelokkan mobil ke jalur masuk rumah besar yang tertutup pagar besi dan sensor keamanan.

Sofia menoleh ke arah bangunan itu. Pintu gerbang otomatis terbuka, dan kamera di tiang besi seakan mengamati mereka dari balik dedaunan.

“Ini ... rumah siapa?” tanyanya lagi, dia curiga. Tempat sebesar ini tidak mungkin hanya rumah sewaan biasa.

“Menurutmu?” Galtero hanya melirik sebentar dan keluar dari mobil. Dia membuka pintu penumpang, lalu menuntunnya mendekati teras batu alam dengan tanaman menggantung rapi di sisi kanan pintu masuk serta air mancur kecil.

“Ap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 102

    Setelah perjalanan berjam-jam, Sofia dan Galtero akhirnya tiba di Kota Madrid. Sofia yang sejak tadi terlelap damai, membuka matanya perlahan saat udara dingin menyentuh pipinya. Pandangannya langsung tertarik pada pemandangan jalan yang asri dan rapi, meski dedaunan di sepanjang trotoar mulai menguning. “Apa ada hotel di sekitar sini?” tanyanya, pelan. “Kalau ada, kamu tidak akan kubawa ke sini,” sahut Galtero, sembari membelokkan mobil ke jalur masuk rumah besar yang tertutup pagar besi dan sensor keamanan. Sofia menoleh ke arah bangunan itu. Pintu gerbang otomatis terbuka, dan kamera di tiang besi seakan mengamati mereka dari balik dedaunan. “Ini ... rumah siapa?” tanyanya lagi, dia curiga. Tempat sebesar ini tidak mungkin hanya rumah sewaan biasa. “Menurutmu?” Galtero hanya melirik sebentar dan keluar dari mobil. Dia membuka pintu penumpang, lalu menuntunnya mendekati teras batu alam dengan tanaman menggantung rapi di sisi kanan pintu masuk serta air mancur kecil. “Ap

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 101

    Sementara itu di rumahnya di kawasan kompleks mewah, Isabel sedang memeluk perutnya yang berisik. Keroncongan sejak kemarin, dia bahkan hanya menelan air bening sambil terus memikirkan satu hal: bagaimana cara keluar dari rumah ini. Kabur. Karena dia tahu, waktunya sudah hampir habis. “Ini semua karena Nicolas. Bisa-bisanya dia menumbalkan aku. Dasar berengsek,” desisnya. Isabel melirik kanan kiri, ini terasa sunyi. Ponsel retaknya tergeletak miris di atas meja. Dia tidak menyerah. Dengan langkah pincang dan tubuh lunglai, dia mendekati jendela, mencoba memecahkannya dengan tangan kosong. “Terbuka, sialan! Argh!” Hanya saja kaca itu terlalu kuat. Tangannya berubah memerah. Teriaknya berubah menjadi isak. Sekelebat ingatan muncul, bagaimana dulu dia dimanja dan diratukan oleh Galtero. “Tapi ini bukan salahku,” bisiknya, memeluk diri sendiri. “Ini salahnya karena terlalu datar jadi lelaki. Aku juga cuma… main sebentar.” Matanya menatap potret Carlitos dari bayi hingga sekaran

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 100 

    “Dia tidak mau makan?” tanya Galtero melalui telepon. Pagi-pagi sekali, pria itu sudah direpotkan dengan Isabel yang bertingkah.Galtero memerintah Armando mengirim makanan ke rumahnya, tetapi Isabel menolak.“Benar, Tuan. Nona Isabel membuangnya. Beliau bilang akan makan jika Tuan datang sendiri ke sini,” terang Armando, suaranya agak gemetaran. Mungkin dia sudah siap dilahap bulat-bulat oleh Tuannya karena gagal menjalankan tugas.Galtero menarik napas dan memijat pelipis—padahal kepalanya tidak benar-benar pusing. Ia melirik ke belakang, menatap Sofia yang masih tidur, selimut membalut tubuhnya sampai ke leher.“Biarkan dia kelaparan,” ucapnya dingin dan menghujam, lalu menutup sambungan.Tanpa Galtero tahu, Sofia sebenarnya sudah bangun sejak tadi. Kehamilan membuatnya lebih sensitif terhadap suara dan gerakan. Dia mendengar semuanya.‘Apa yang dilakukan pada Isabel? Memangnya kenapa? Mereka ketemuan lagi?’ batin Sofia penuh tanya.Darahnya mendidih. Carlitos sudah tinggal bersama

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 99

    Sementara Sofia masih dengan kebingungannya, Isabel sibuk menghubungi Nicolas. Namun, nomor telepon itu mendadak tidak aktif. Begitu pula asistennya. “Nicolas sialan, jawab aku!” umpatnya. Tangan Isabel gemetar memegang ponsel. Matanya menyapu ruangan, dan panik … sebab semua pintu dan jendela terkunci rapat. “Galtero Torres berengsek!” geramnya sambil memukul pahanya sendiri hingga nyeri. “Argh!” Dia mencoba membuka seluruh pintu. Tidak bisa. Bahkan berteriak pun percuma. Rumah itu terlalu sunyi. Bahkan memang sengaja dididirikan kedap suara. Benar-benar menjaga privasi pemiliknya yang tidak ingin tersentuh apa pun. “Sofia Morales ... kamu mengambil semuanya. Masa depanku,” lirih Isabel, memelototi dinding kosong seolah itu wajah musuhnya. Dan senyum Sofia ada di sana. Satu pesan masuk. Bukan dari Nicolas, melainkan dari berondong simpanannya. [Kamu belum bayar jasaku. Kirim sekarang, atau aku jual video hubungan intim kita.] Mata Isabel membelalak. Jarinya dengan cepat membal

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 98: 

    Jeep Grand Cherokee hitam Galtero berhenti di halaman rumah yang tidak terlalu luas dan tanpa gerbang itu. Ia turun, langkahnya menghentak lantang, penuh amarah yang sudah terlalu lama dia kubur.Tidak sulit baginya membuka pintu rumah. Sidik jarinya masih terdaftar di sistem. Tentu karena hunian itu pemberian darinya.Rumah itu bercahaya redup, khas Isabel yang sedang menjerat pria. Aroma bunga kering bercampur sesuatu yang lebih menyengat.Hentakan kaki begitu cepat terdengar dari arah tangga.“Gal?” Isabel muncul sambil merapikan rambut yang berantakan. “Kenapa kamu datang ... umm … mendadak?”Galtero tidak menjawab. Dia justru mendekat, menarik rambut Isabel, dan mencium lehernya. Ini basah. Bukan karena air setelah mandi.“Aku memberimu belas kasih karena kamu sendirian membesarkan Carlitos,” desisnya. “Tapi apa balasanmu?”“Aduh, Gal ... sakit.”“Aku bilang jangan sentuh Sofia!” bentaknya, dengan mata Galtero yang menyala penuh amarah.Isabel berkaca-kaca. “Aku tidak begitu! Me

  • Sentuhan Berbahaya Tuan Muda   Bab 97 : Sang Pendusta Yang Melindungi

    Mereka memutuskan langsung pulang tanpa membeli crema catalana. Sofia masih menggigil, dan Galtero belum mengenakan apa-apa selain celana panjang. Bentley abu-abu yang dikemudikan Galtero membelah jalanan malam Barcelona. Lampu kota memantul di kaca jendela, menciptakan bayang-bayang kelabu di wajah Sofia yang diam menatap ke luar. Monte Sereno Nomor 1 menyambut mereka dalam kesunyian. Begitu mesin mati, Galtero langsung melepas sabuknya, lalu sabuk Sofia. Dia turun, mengitari mobil, dan membuka pintu untuknya. Sofia baru saja menurunkan satu kaki, masih mengambang di udara, ketika tubuhnya kembali terangkat. “Galtero…,” bisik Sofia pelan. Pria itu tidak menjawab. Hanya membawa Sofia masuk ke dalam dengan langkah panjang. Di dalam kamar, dia tidak menurunkan Sofia ke tempat tidur. Malah berjalan terus ke kamar mandi, menyalakan keran dan menyiapkan air panas. Butir-butir uap segera mengisi ruangan. “Air hangat bisa bantu merilekskan pembuluh darah,” kata pria itu, kini sudah dud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status