Share

BAB 85. Ngidamnya Ibu Hamil

"Jika itu tanda-tanda jatuh cinta seperti yang kamu katakan. Itu berarti debaran, rasa rindu dan rasa mengebu ingin memiliki. Mungkin itu sebuah tanda kalau aku mencitamu ibu dari anaknya," ucap Ares tepat ditelinga Ririn.

Bibir Ririn tersenyum manis. Entah kenapa Ririn senang mendengar debarannya hatinya ini, saat Ares mengucapkan sebuah kata-kata manis. Sebuah debaran, dimana ia sudah faham akan isi hatinya. Ririn mengira debaran ini hanyalah karena sering melihat wajah tampan milik Ares. Tapi Ririn mengerti sekarang, kalau debaran ini karena perasaan cintanya tumbuh dan akan bermekar sebentar lagi.

Ririn menatap Ares, bibirnya tersenyum. "Mari kita menikah, setelah semua ini selesai."

Ares menatap wajah Ririn dalam-dalam, setelah indera pendengaran menangkap ucapan yang dikatakan oleh wanita yang sedang dirinya peluk dari belakang ini. Kali ini bibir Ares tersenyum, bukan senyuman tpis yang selalu diperlihatakan Ares. Tapi senyuman yang lebar yang menawan dengan mata yang berbinar-binar kebahagian.

Ares menarik dengan sangat lembut dagu Ririn. Bibir Ares mendekati bibir pink peach Ririn dan melumatnya dengan lembut dan perlahan-lahan. Tangan Ririn otomatis merangkul leher Ares, hingga membuat ciuman ini semakin dalam.

Sebuah ciuman tanpa adanya nafsu, Ciuman dimana Ririn dan juga Ares menyalurkan perasaannya yang paling dalam didalam sebuah ciuman ini. Sebuah perasaan yang tumbuh bermula dari pertemuan antara dua asing, yang terikat sebuah hubungan akibat malam panas.

Malam panas yang dimana membuat kedua manusia yang pernah merasakan sebuah luka, pengkhinatan dan ketidakpercayaan. Menjalin sebuah hubungan dan membuat luka-luka itu menjadi sembuh, bahkan perlahan-lahan mulai hilang dan hubungan itu semakin erat dengan kehadiran benih yang perlahan mulai membesar.

***

Pukul 8 pagi hari. Cuaca yang cerah tapi dengan udara yang menusuk dingin melingkupi ibu kota. Orang-orang mulai berlalu-lalang untuk melakukan aktifitas pagi harinya. Tapi lain halnya dengan kedua manusia yang tertidur di ranjang rumah sakit, dengan Ririn yang berada didalam pelukan prianya. Pelukan yang begitu hangat dan nyaman, membuatnya tak ingin melepaskan.

Tak.

Tak.

Suara sepatu yang melangkah untuk mendekati kamar rumah sakit yang ditempati oleh Ririn. Membawa sebuah bunga tulip yang memiliki banyak arti didalamnya, melangkahkan kakinya dengan wajah yang begitu senang.

Hingga suara sepatu itu tak terdengar melangkah, saat sudah berada tepat didepan pintu. Perlahan menyentuh knop pintu, tapi tak bisa terbuka. "Kenapa?" bingung pria itu yang tak lain adalah Miko.

Miko sudah berusaha untuk membuka pintu, tapi terkunci dari dalam. Bahkan Miko sudah meminta bantuan kepada salah satu perawat yang melintas, tapi tak ada yang berani membukanya. Itu semua karena pengaruh Ares, yang dirinya tak sangka mempunyai kekuasaan juga di rumah sakit ini.

"Pagi-pagi sekali elu sudah sampai disini."

Miko menoleh saat mendengar suara yang tak asing bagi dirinya. Suara yang bicara itu berasal dari Roy, yang tiba-tba datang ke rumah sakit. 

Roy menatap Miko dari atas hingga kebawah tubuhnya tersebut, melihat penamilan Miko yang sangat rapih dan terutama bunga itu sangat menarik perhatiann dirinya. "Kenapa datang?" tanya Roy sambil bersandar di dinding rumah sakit.

Bukannya menjawab apa yang dikatakan sama Roy, pria itu hanya diam saja dan malah memainkan poselnya tersebut. "Kau ingin masuk ke dalam?" 

Miko menoleh mendengat tawar tersebut. "Orang sepertimu bisa membuka pintu kamar yang ditempati Ririn?"

"Tentu saja. Mau lihat?" jawab Roy dengan pandangan matanya yang melihat ke arah pria yang sangat tak tau malu itu.

Roy memanggil staff rumah sakit dan staff itu memberikan kunci berbentuk card dan ditempelkannya di gagang pintu tersebut. Terbukalah pintu kamar Vvip ini dengan cara yang mudah.

"Aku adik dari Ares, jadi bisa melakukan apapun. Bukan seperti dirimu," kata Roy.

Miko menahan dirinya untuk tidak ribut dengan Roy, yang selalu saja mencari gara-gara saat bertemu. Entah bertemu dimana pun. Tapi Miko harus ingat tujuannya untuk datang kesini, karena dirinya ingin bertemu dengan Ririn. Miko tak ingin terjaid keributan, akibat ulah Roy yang selalu saja memancing amarahnya.

"Masuklah dan lihat." Roy dengan raut wajah yang tersenyum puas. 

Miko membuka pintu kamar VVip ini. Tubuhnya membeku, saat matanya melihat pemandangan yang membuat tangannya terkepala kuat saking murkanya. Amarahnya bergejolak, rasa cemburunya bangkit saat melihat Ares dan Ririn tidur bersama didalam satu ranjang yang sama.

"Bajingan itu," gumam Miko.

Bagaimana Miko tak marah mereka tampak sangat seperti suami-istri dan hal itu membuat dirinya sangat kesal. Miko dengan amarah cemburunya, melangkah mendekati Ares yang masih berada di atas ranjang rumah sakit tersebut.

Sedangkan Roy yang tau akan terjadi hal yang menyenangkan. Hanya duduk saja di sofa, sambil memakan cemilan yang dirinya beli, sebelum tiba dirumah sakit. Roy sengaja tak memisahkan mereka berdua kali ini.

Roy saking kesalnya kepada Miko, yang sudah berani mecelakai calon keponakan imutnya. Jadi biarkan hari ini terjadi perang. Agar dirinya puas bisa melihat Miko yang pasti akan dihajar oleh Ares. Tenang saja, ia sudah memerintahkan staf rumah sakit untuk tidak mencampuri hal ini, jadi tak boleh ada yang masuk. Sebelum peperangan antara dua pria itu selesai.

"Action," ucap Roy dengan semangat yang membara.

Miko berjalan mendekati Ares, agar bisa menarik tangan pria itu kasar. Agar menjauh dari Ririn, ia sudah terbakar api cemburu. Melihat hal menjijikan diantara Ririn dan juga Ares.

Tapi sebelum tangan Miko menyentuh tangan Ares. Pria itu sudah terbangun dan mencekal tangan yang sudah berani sekali mengusiknya di pagi hari seperti in. Ares perlahan-lahan menarik dirinya dari pelukan Ririn yang erat. Untung saja wanita hamil ini tak terbangun.

Ares bangkit untuk berdiri dan melihat Roy yang sedang duduk. Pandangan matanya berahli meliha ke arah pria yang benar-benar ingin sekali, dirinya hilangkan dari muka bumi. Tapi Ares tak bisa melakukan hal tersebut.

"Pergilah, jangan membuat wanitaku terbangun," ucap Ares dengan nada yang masih baik-baik.

"Bajingan!!" teriak Miko seraya menarik kerah pakaian yang dikenakan sama Ares.

"Berani sekali tangan ini menyentuh diriku," gumam Ares.

Pandangan mata Ares menatap tajam Miko. Tangan kekar dan kuat Ares, mencengkram kuat tangan yang sudah berani sekali menyentuh dirinya. "Gue bisa saja patahkan tangan elu hari ini juga. Tapi bukan hari ini gue melakukannya," ucap Ares sambil mendorong tubuh Miko kuat agar menjauhi dirinya.

"Ares."

Ares sontak saja menoleh dan melihat Ririn terbangun dari tidurnya tersebut. "Keparat," umpat Ares kepada Miko, karena ulahnya tersebut membuat Ririn terbangun tidurnya.

Ririn terbangun dari tidurnya karena mendengar suara yang sangat berisik sekali dan dirinya melihat kalau Miko adalah orang yang telah dirinya terganggu. Tatapan mata Ririn berubah saat melihat waja Miko. Tatapan penuh kebencian, tak ada lagi rasa kasihan.

Ririn hanya menatap Miko dengan tatapan benci. Tentu saja benci, karena pria itu sudah membuat seorang ibu marah besar, akibat berani menyentuh anaknya. Tapi Ririn berusaha untuk mengendalikan dirinya.

"Rin."

"Hai Miko?" Ririn yang membalas menyapa Miko.

"Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan lembut.

"Tentu saja," jawab Ririn.

Ares menatap Ririn yang tiba-tiba saja sangat peduli kepada Miko. Ada rasa tak senang, karena Ririn masih saja menjawab apa yang keparat itu katakan.

"Kau tampak jauh lebih baik sekarang."

"Tentu, karena dirimu."

Ares mendekati Ririn, karena tingkah wanita hamil ini. "Apa yang kau lakukan," bisik Ares.

"Siang nanti aku akan keluar dari rumah sakit. Mau ikut makan siang bersama?" tawar Ririn diserati dengan senyuman manis.

Ares sontak saja marah mendengar apa yang dikatakan Ririn. "Apa yang kau lakukan?"

"Buat dirinya melayang, lalu menjatuhkannya. Seperti pria itu lakukan kepadaku dulu. Aku yang akan menghukumnya, wanita jika marah akan jauh lebih sadis terutama menyakut keluarganya," bisik Ririn.

"Sudah aku katakan jangan melakukan apapun, Ririn."

"Tidak, aku ingin sekali melakukannya. Anggap saja sebagai ngidam ibu hamil."

Ares menepuk jidatnya. Sungguh ia pusing sekali dengan tingkah Ririn yang selalu saja berubah-ubah. 

"Sepertinya anakmu yang berada didalam rahim Ririn, memiliki sifat seperti dirimu," kata Roy yang sudah berada disamping kakaknya itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status