“P—Pak,” Khanza begitu syok saat melihat tangan ditarik oleh Rajendra. Dengan cepat dia melepaskan pelukan lelaki itu, tapi sayangnya lelaki bukannya lepas justru semakin mengeratkan pelukannya. “Saya capek, Khanza.” Suara Rajendra begitu berat dengan matanya yang juga masih sayup. “Kalau capek istirahat, Pak.” Khanza terus berusaha melepaskan pelukan Rajendra. Ia sangat takut kalau sampai Arga bangun dan melihat Rajendra memeluknya. Setelah berhasil melepaskan pelukan lelaki itu, Khanza melangkah cepat meninggalkan kamar lelaki itu. Dia tidak peduli lagi tubuh majikannya itu yang langsung terduduk di lantai. Saat ini Rajendra masih dalam pengaruh alkohol, sehingga tanpa ia sadari langsung tidur di lantai. Khanza sudah kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamar. Tubuhnya gemetar hebat penuh ketakutan, ia benar-benar takut kalau sampai ketahuan oleh teman lelaki itu, bisa-bisa dia dibilang adalah orang ketiga yang juga merusak rumah tangga majikanya itu. Khanza melangkah ke ar
Setelah pertengkaran hebat di rumah, Rajendra putuskan untuk kembalikan Lidya pada orang tuanya.Rajendra dan Arga yang mengantar Lidya ke rumah orang tua wanita itu. Saat ini mereka sudah di kediaman orang tua Lidya.Palk!Plak!“Dasar wanita murahan!” Seorang pria paruh baya mendelik murka setelah melayangkan tamparan di wajah Lidya. Pria itu adalah Hendrik, Ayahnya Lidya. Ia marah besar saat Rajendra menunjukan semua bukti perselingkuhan Lidya dengan Chris dan juga beberapa lelaki lain yang dilayani oleh Lidya di atas ranjang. Dulu pernah Rajendra menunjukan bukti perselingkuhan Lidya pada mereka, tapi kala itu justru Rajendra diancam oleh lelaki itu dan juga keluarga besar Lidya. Tapi kali ini mereka tidak bisa berkutik, karena Rajendra sudah berdiri di atas kaki sendiri tanpa bantuan mereka lagi. “Ayah sudah berusaha mempertahankan pernikahan kamu dan Rajendra, tapi kau … Kau sendiri yang menghancurkan rumah tangga dengan berselingkuh dan melayani pria hidung belang di luar sa
Mendengar suara deru mobil Rajendra, dengan cepat Khanza melangkah ke arah pintu dan membukakan pintu untuk suami majikannya itu. Sesudah membuka pintu, Khanza kembali ke dapur.Arga dan Rajendra keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Dengan suasana hati yang kacau, Rajendra langsung membanting tubuhnya di atas sofa. Arga melangkah ke arah dapur meminta segelas air putih untuk Rajendra. “Mbak, tolong ambilkan segelas air putih untuk Rajendra,” pinta Arga pada Khanza. “Baik, Pak.” Khanza mengambil gelas dan isi dengan air putih. Kemudian dia berikan pada Arga. Arga kembali ke depan menemui Rajendra yang duduk sofa. Arga dan Rajendra adalah teman baik, mereka selalu bersama dalam suka maupun duka. Bahkan yang mengetahui perselingkuhan Lidya itu Arga, dan Arga mengirimkan semua bukti pada Rajendra. Awal Arga mengirim bukti perselingkuhan Lidya dan Chris, Rajendra tidak percaya dan tetap percaya kalau istrinya itu sangat profesional dalam melakukan pekerjaan. Tapi sem
Rajendra terlihat sangat murka saat ia mendapatkan pesan dari orang suruhannya yang dia minta untuk cari tahu hotel tempat penginapan hotel.“Aku harus ke sana, aku sudah mendapatkan alamat tempat tinggal wanita itu.” Rajendra bangkit berdiri bergegas pergi dari sana. “Aku ikut,” ucap Arga. Lelaki itu bangkit berdiri lalu melangkah mengikuti langkah Rajendra menuju mobilnya. Arga melarang Rajendra setir mobil, karena dia tahu saat ini temannya itu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Dia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan di antara mereka berdua. Kini dua lelaki itu sudah pergi dari kediaman Arga dengan menggunakan mobil milik Rajendra. Mereka akan datangi Lidya yang sedang menikmati liburan bersama selingkuhannya. Dalam perjalanan menuju tempat penginapan Lidya, Rajendra tak henti-hentinya mencaci maki dirinya sendiri karena terlalu bodoh mempercayai wanita ular itu berulang kali.Saat suasana lagi tegang ponsel Rajendra kembali berdering tanda ada pesan masuk. Ia m
Apa kau ingin melihat video istrimu? Aku rasa kau juga sangat ingin melihat wanitamu di gagahi lelaki lain,” ucap lelaki itu.Rajendra tetap diam tanpa menjawab apapun.Sedangkan Khanza, ia sangat syok dengan ucapan lelaki di seberang sana yang dia dengar dari ponsel Rajendra. Ia ikut merasa sakit hati mendengar berita bahwa majikannya itu ternyata suka bermain dengan banyak pria di luar sana.Setelah beberapa menit terdiam, bunyi notifikasi masuk di ponsel Rajendra. Beberapa pesan berupa video itu berderet pada aplikasi milik di ponsel Rajendra.“Selamat menonton Tuan Rejandra,” ucap lelaki itu dengan nada mengejek.Rajendra sama sekali tidak bersuara dan ia pun mengakhiri panggilan telfon dengan lelaki itu. dengan perasaan yang sangat memuakan, Rajendra membuka pesan video tersebut dan menontonnya. Ia tidak lagi terkejut melihat video tersebut, karena dia sendiri pernah menyaksikan secara langsung istrinya melayani atasannya di salah satu hotel. Kala itu ia ingin menggugat cerai ist
“Aku harus gunakan kesempatan ini untuk berlibur. Sebelum Khanza berhenti kerja,” ucap Lidya sambil berjalan mondar mandir.“Sekarang aku harus telfon Chris minta untuk mempercepat liburan kami,” ucap Lidya. Dia mengambil ponselnya dan langsung menghubungi atasannya sekaligus selingkuhannya. Setelah panggilan terhubung dengan Chris, Lidya pun mulai berbicara dengan lelaki itu. “Halo, sayang? Aku mau liburan kita dipercepat,” ucap Lidya saat sambungan telfon terhubung dengan Chris. “Bisa saja, sayang. Aku ikut mau kamu saja,” jawab Chris dari seberang sana. “Baiklah, bagaimana kalau besok saja kita berangkat liburan? Soalnya ini ART di rumahku ini sudah mau berhenti kerja. Aku takutnya nanti kalau dia sudah berhenti kerja aku akan sibuk urus mas Rajendra dan bakalan susah untuk ketemuan sama kamu.” “Baiklah, kalau begitu aku langsung booking saja tiket untuk ke kita berdua ke Bali.” “Iya, Mas. Malam ini aku juga mau meminta izin sama mas Rajendra. Aku mau cari alasan agar mas Raj
Malam sudah semakin larut, Lidya terbangun dari tidurnya karena merasa ingin buang air kecil. Wanita bangun dan cepat dia turun dan berjalan ke arah toilet. Sekitar lima menit kemudian dia keluar dari toilet dan kembali ke tempat tidur. ia menghentikan langkahnya saat ia hendak naik ke atas tempat tidur. Lidya memicingkan matanya menatap heran suaminya yang tidak ada di atas tempat tidur.Dengan penuh penasaran, Lidya melihat ke arah kamar mandi, pikirnya mungkin suaminya itu sedang buang air kecil sana. Tapi saat ia menunggu cukup lama di samping tempat tidur, suaminya itu tak kunjungan keluar.Lidya melangkah kakinya ke arah kamar mandi dan mengetuk pintu kamar mandi. “Mas Rejan?” panggilnya.Tidak ada suara sahutan sama sekali dari dalam kamar mandi. Lidya yang takut terjadi sesuatu di dalam kamar mandi, ia pun membuka pintu, namun saat pintu terbuka ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana.“Di mana mas Rajendra?” ucap Lidya.Dengan rasa khawatir, wanita itu melangkah cepat kelu
Lidya sampai lebih dulu di rumah. Wanita itu sama sekali tidak memperlihatkan wajah lelahnya seperti orang kerja pada umumya. Ia terlihat sangat segar dan sangat bersemangat. “Selamat sore,” ucapnya saat menghampiri Khanza di dapur. “Selamat sore juga, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Khanza, ramah. “Tidak ada, Za. Apa mas Rajendra belum pulang?” Lidya menanyakan suaminya yang saat ini belum menampakan batang hidungnya. “Belum, Bu.” “Oh, ya, sudah saya kembali ke kamar dulu.” Lidya meninggalkan dapur dan langsung melangkah menuju kamarnya. Saat kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Ia merasa mual dan dengan cepat ia membuka pintu dan berlari ke dalam kamar mandi. Wanita itu memuntah isi perutnya di wastafel. Hoek! Hoek! Hoek!Suara Lidya memuntahkan semua isi perutnya di dalam kamar mandi. Wanita itu sampai terlihat pucat dan keringat dingin hanya karena memuntah. “Apa aku salah makan?” gumamnya pelan. “Tapi tadi aku… Aku rasa aku tidak salah makan. Semua makanan yang
Khanza tidak percaya kalau semalam itu kedua majikannya kembali lagi ke rumah. Dia baru menyadari saat melihat Rajendra yang tidur di bersamanya di kamar. Suami majikannya itu sudah benar-benar buat dia jantungan. “Maaf, Bu, semalam saya tidak dengar Ibu panggil.” Khanza meminta maaf pada Lidya. “Tidak apa-apa, Khanza. Salah saya juga karena sudah mengabari kamu kalau saya dan suami tidak jadi pulang, tapi tiba-tiba mas Rajendra di telfon sama klien. Kalau pagi ini mereka akan meeting jam 9, makanya kamu pulang lagi. Suami saya takut telat ketemu klien kalau menginap di sana.” Lidya tidak memarahi Khanza, karena dia tahu itu salah dia dan suaminya yang sudah lebih dulu mengabari Khanza. Syukurnya semalam mereka bawa kunci cadangan, kalau tidak mereka pasti bakalan tidur di luar. “Tapi tadi kata mas Rajendra mereka tidak jadi meeting,” ucap Lidya lagi. Khanza hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia kembali ke dapur.“Khanza tolong kamu buatkan kopi untuk mas Rajendra, ya