Share

REN26

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-17 13:19:04

Renxia terperangah. Suara Johan yang kian dekat membuat jantungnya berpacu tak karuan. Ia mendorong dada Andre dengan panik, berusaha bangkit dari ranjang.

“Lepasin, Ndre! Itu kakak kamu —” desisnya terbata.

Tapi Andre jauh lebih cepat. Dengan sekali tarikan, tubuh ramping Ren terhuyung dan jatuh tepat ke pangkuannya. Posisi itu membuat napas Ren tercekat, matanya melebar marah sekaligus cemas.

“Ndre!” ia hendak berteriak, tapi suara itu langsung teredam.

Andre menekuk lehernya ke depan, menutup mulut Ren dengan ciuman panas yang dalam. Bibirnya menekan milik Renxia tanpa ampun, mengunci setiap protes, menghisap desahannya sampai lenyap.

Ren meronta, tangannya mendorong dada bidang itu, tapi justru semakin terjerat dalam dekapan Andre. Jemari kasar lelaki itu menahan tengkuknya agar tak bisa menoleh, membuatnya hanya bisa pasrah menerima lumatan yang semakin liar.

Suara langkah Johan semakin dekat, setiap hentakan terasa seperti dentuman palu di telinga Renxia. Tubuhnya gemetar di baw
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sentuhan Nakal Adik Iparku   REN40

    Langkah Ren menuruni tangga terasa berat, seolah setiap pijakan menyeret beban yang tak terlihat. Blouse sederhana dan celana jeans yang kini menempel di tubuhnya memang jauh lebih aman dibanding gaun tidur tipis tadi, tapi detak jantungnya masih kacau, berdebar seperti genderang perang. Jemarinya tak berhenti meremas strap tas selempangnya, menggenggam erat seolah benda itu satu-satunya pegangan dari badai yang mengacaukan kepalanya.Di benaknya, kalimat Andre terus bergema.“Kamu bagian dari semua yang dia rebut dariku. Dan aku nggak akan biarkan Johan menang lagi.”Ren menggigit bibir, menahan perih yang menjalar sampai ke dadanya. Pernikahannya dengan Johan yang semula ia kira berdiri di atas fondasi cinta, mendadak terasa seperti ilusi rapuh. Ia teringat bagaimana dulu ia sendiri yang jatuh hati lebih dulu, ia sendiri yang mendekat, sementara Johan hanya memberi tanda setuju, seolah sekedar menerima. Kini, dengan ucapan Andre barusan, semua itu membuatnya terguncang. Rasanya seak

  • Sentuhan Nakal Adik Iparku   REN39

    Ren berjingkat tiba-tiba, bibirnya nyaris mencapai wajah Andre, tapi justru mendarat di bahu bidang itu. Giginya menekan kulit hangat Andre, membuat lelaki itu mengerang lirih tertahan. Sekejap desakan Andre melemah, tubuhnya sedikit terhuyung dan Ren menggunakan celah itu.Dengan gerakan cepat, ia meraih handuk di atas meja dan membalut tubuhnya seadanya, sebelum bergegas membuka pintu kamar mandi. Hawa dingin bercampur aroma sabun segera menyeruak keluar.Mama Lani yang berdiri di ambang pintu, menatapnya lurus, penuh curiga. Ren menelan ludah, berusaha menata napas dan debaran jantungnya yang masih berantakan.“Johan sudah berangkat, Ma …” suaranya gemetar, tapi ia paksa terdengar tenang.Tanpa menunggu respon, Ren melangkah ke arah ranjang. Matanya menatap boxer gelap Andre yang masih tergeletak mencolok di lantai. Jemarinya gemetar saat meraihnya, lalu dengan gerakan cepat ia juga mengambil kemeja kotor Johan yang masih tersampir di sandaran kursi. Semuanya ia masukkan ke dalam k

  • Sentuhan Nakal Adik Iparku   REN38

    Andre menekan bibirnya lagi, kali ini lebih dalam, lebih mendesak. Lidahnya menelusup, menjarah setiap inci kelembutan Ren tanpa memberi kesempatan berpikir. Tangan kekarnya bergerak turun, merambat dari pergelangan yang tadi terkunci, lalu meluncur ke sisi wajah Ren, memaksanya menoleh, menelan seluruh keraguan dengan ciuman yang kian dalam.Ren bergetar hebat. Matanya terpejam rapat, napasnya tersengal di sela dekap yang menyesakkan. Otaknya berteriak untuk berhenti, untuk mendorong lelaki itu menjauh. Tapi tubuhnya … tubuhnya justru melemah, menyerah pada tiap rabaan, tiap desakan.“Jangan …” bisiknya lirih, tapi suara itu goyah, nyaris tenggelam oleh erangan kecil yang lolos ketika Andre menelusuri lehernya dengan bibir panas.Andre tersenyum miring, suaranya rendah menyusup di telinga Ren. “Kamu bilang nggak tahu harus bagaimana. Sekarang biarin aku yang tuntun kamu …”Tangannya merengkuh pinggang Ren, menariknya makin dekat hingga tak ada jarak yang tersisa. Tubuh Ren menegang,

  • Sentuhan Nakal Adik Iparku   REN37

    Aroma kopi hangat memenuhi dapur. Uap tipis mengepul dari cangkir, tapi wangi itu terasa getir di hidung Ren. Ia memegang sendok terlalu erat, jemarinya bergetar halus sebelum ia letakkannya ke atas piring kecil. Tatapan kosongnya terarah ke permukaan kopi, namun pikirannya bukan di sana.Suara roda koper berderit membuat bahunya menegang. Johan masuk dengan langkah mantap. Kemeja putih rapi, dasi longgar melekat di tubuhnya yang tegak penuh karisma, jas tersampir di lengannya. Senyum kecil ia pasang seolah itu cukup untuk menutup jarak di antara mereka.“Aku berangkat dulu, ya,” ucapnya sambil melangkah mendekat, lalu menunduk hendak mengecup kening Ren.Ren cepat memiringkan kepala, pura-pura membetulkan posisi cangkir. Gerakannya halus tapi jelas kalau itu sebuah penolakan. Bibir Johan terhenti sejengkal dari kulitnya.“Kamu ini kenapa, hm?” Johan berusaha menegurnya ringan. Tangannya terulur hendak menyentuh bahu istrinya.Ren menahan napas. Tangan itu … tangan yang dulu ia lihat

  • Sentuhan Nakal Adik Iparku   REN36

    Ren baru saja selesai mematikan kompor terakhir di dapur. Uap dari kuah rebusan masih mengepul, menempel di wajahnya hingga rambut yang terurai sebagian melekat di dahi. Bau bumbu yang tajam bercampur dengan keringat yang merembes di tengkuk membuatnya ingin segera membasuh diri. Ia menghela napas panjang, menegakkan badan yang pegal setelah hampir satu jam mondar-mandir di dapur.Tangannya mengusap cepat noda bumbu di lengan, lalu ia menoleh ke arah tangga yang menjulang ke lantai atas. Niatnya sederhana. Mandi, mengganti pakaian, lalu bersiap ikut makan malam. Dengan langkah pelan ia menuju ke tangga.Namun, baru saja Ren menapakkan kaki di anak tangga pertama, telinganya menangkap percakapan dari ruang tamu. Ia berhenti, telinganya mendadak menangkap pembicaraan yang tak seharusnya di dengarnya. “Bagaimana kabar cabang pabrik garmen yang baru kita buka bulan lalu?” suara berat Papa Ronald terdengar jelas, tenang namun penuh wibawa.Sesaat suasana hening, lalu suara Johan kembali t

  • Sentuhan Nakal Adik Iparku   REN35

    Andre tiba-tiba meraih tubuh Ren, lalu menariknya ke dalam pelukannya dengan erat. Tubuh Ren sontak menegang, tangannya terkepal dan memukul dada bidang Andre dengan keras.“Lepasin, Ndre!” suaranya pecah, disertai desis napas yang kasar.Tapi pukulannya makin lama makin melemah. Bahunya bergetar hebat, jemarinya yang semula meninju kini hanya mencengkeram baju Andre. Hingga akhirnya, isakannya pecah di dada lelaki itu.Andre menunduk, dagunya menyentuh rambut Ren. Aroma lembut tercium dari rambut hitamnya yang panjang terurai. Ia mengusap punggung Ren pelan, gerakan telapak tangannya naik turun penuh kesabaran. “Sst … udah. Jangan nangis lagi.”Ren semakin tersedu, wajahnya terbenam di dada Andre. Tangisnya pecah tanpa bisa ia tahan, suaranya lirih tapi penuh perasaan. “Aku benci kamu …” katanya terisak, napasnya tersendat-sendat di sela dada bidang Andre.Andre menyentuh pipinya, ibu jarinya mengusap air mata yang terus jatuh. Tatapannya tajam tapi lembut. “Jangan buang air mata bu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status