Sentuhan Nakal Adik Iparku

Sentuhan Nakal Adik Iparku

last updateLast Updated : 2025-08-27
By:  Chocoberry pieUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
20views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Renxia tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang dosen terhormat sekaligus pria dewasa yang terlalu sempurna dan … terlalu sibuk. Pernikahan mereka adalah hasil perjodohan yang dijalani dengan dingin, tanpa gairah, dan tanpa sentuhan. Tapi semua berubah ketika Andre masuk dalam kehidupan rumah tangga mereka. Andre, adik ipar Renxia yang muda, liar, dan tak tahu sopan santun. Lelaki itu masuk ke rumah mereka seperti badai, menantang batas, dan menyentuh luka-luka dalam jiwa Renxia yang bahkan tak pernah diakui keberadaannya. Satu tatapan. Satu sentuhan. Satu kalimat sarkastik dari mulut Andre cukup untuk mengacak-acak seluruh pertahanan Renxia. Saat kesepian makin tajam dan suaminya terus menghilang tanpa kabar, Renxia terjebak dalam permainan berbahaya antara menjadi istri yang setia … atau wanita yang jatuh ke dalam pelukan dosa.

View More

Chapter 1

SNAI 1

Air hangat masih menetes dari rambut Renxia saat ia melangkah keluar dari kamar mandi. Handuk putih membalut tubuhnya, menempel erat di kulit lembap yang masih beruap. Dingin AC kamar menggerayangi pundaknya, membuat bulu-bulu halus di lengannya meremang.

Renxia menghela napas. Kamar itu terasa terlalu sunyi. Terlalu luas untuk dirinya sendiri. Sejak pagi, Johan tak terlihat batang hidungnya. Pria yang dinikahinya enam bulan lalu karena perjodohan keluarga. Tampan, mapan, dan dihormati, tapi jarang pulang, jarang bicara, dan terasa asing baginya. Lelaki itu memperlakukan Renxia seolah benda manis yang diletakkan di etalase pernikahan untuk sekedar dipamerkan.

Ia membuka lemari, hendak mengambil piyama. Tapi langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang tak biasa.

Matanya menyipit. Hatinya menegang saat merasakan aroma asing di udara. Seperti parfum pria yang maskulin, segar, tapi bukan milik suaminya.

Suara napas itu terdengar lirih dan dalam.

Renxia menoleh cepat ke arah kasur. Tak ada siapa pun.

“Johan?” panggilnya pelan, sedikit ragu.

Tak ada jawaban.

Dadanya berdebar saat ia melangkah ke sisi lain kamar.

“Johan? Kalau kamu pulang, kenapa nggak bilang? Aku—”

Tiba-tiba, dari sudut ruangan ia merasakan sebuah pergerakan.

Renxia menoleh cepat. Dan jantungnya nyaris meloncat keluar dari dadanya. Saat matanya menemukan seorang lelaki muda berdiri bersandar di dinding, menatapnya dengan pandangan tajam dan ... nakal.

Tubuhnya tinggi dan kekar, wajahnya setengah gelap karena bayangan, tapi mata itu, mata hitam gelap yang menyala seperti bara, jelas mengarah langsung ke tubuh Renxia yang hanya terbalut handuk.

Renxia mundur satu langkah, tangan menutupi dada.

“Kamu siapa? Kenapa masuk kamarku tanpa izin?” serunya panik, tapi suaranya bergetar, antara takut dan marah.

Lelaki itu hanya menghela napas, seolah kepergok mengintip bukanlah masalah besar. Ia melangkah santai melewati Renxia, tangannya dimasukkan ke saku celana jeans robeknya yang menggantung longgar di pinggul.

“Johan belum pulang,” suaranya dalam, santai, tapi ada sesuatu yang mengganggu di balik nada bicara itu, seperti pelancong yang masuk ke zona terlarang tapi tak takut dihukum. “Sepertinya dia nggak akan pulang malam ini.”

Renxia membelalak. “Apa maksudmu?”

Tapi lelaki itu tidak menjawab. Ia justru melangkah lebih dekat padanya.

Renxia merasa marah dan terhina. Dipandang seperti itu, dimasuki kamarnya tanpa izin, dan dianggap enteng.

“Hei!” serunya, melangkah cepat dan mendorong tubuh lelaki itu ke luar kamar. “Keluar! Aku nggak peduli kamu siapa, kamu tidak berhak masuk ke kamarku—”

Tapi lelaki itu tiba-tiba berbalik seperti sengaja mengelak disentuh.

Gerakan itu membuat tubuh Renxia goyah dan kehilangan keseimbangan. Ia hampir jatuh ke lantai, namun tangan lelaki itu dengan cepat menangkap pinggangnya.

Waktu seolah membeku.

Tubuh mereka bersentuhan. Nafas mereka saling bersilang. Dan lebih buruk lagi, handuk yang membalut tubuh Renxia terlepas, jatuh ke lantai begitu saja.

Keduanya membeku. Mata mereka bertemu.

Mata Renxia melebar menyadari tubuhnya terekspos begitu saja di depan lelaki asing yang bahkan bukan suaminya. Dengan panik, ia segera menutup dadanya. Tangannya gemetar, wajahnya langsung memerah.

“Keluar dari kamarku!” jeritnya, kini dengan suara yang pecah karena malu dan marah bercampur jadi satu.

Lelaki itu tidak tertawa. Ia menunduk, mengambil handuknya dan menyerahkannya kembali, matanya tetap mengunci pandangan Renxia.

Dengan tenang ia berkata, “Tenang aja. Aku nggak tertarik sama istri kakakku.”

Deg!

Darah Renxia seperti membeku.

“Kamu … Andre?”

Lelaki itu menyeringai tipis, lalu membuka pintu dan keluar tanpa menjawab.

Renxia berdiri terpaku dengan tubuh setengah telanjang, gemetar dari ujung kaki sampai ujung rambut. Bukan karena udara dingin, tapi karena cara Andre menatapnya tadi, seperti lelaki yang tahu persis … di mana titik lemah seorang perempuan yang kesepian.

Renxia berdiri cukup lama di depan cermin, berusaha menghapus rasa panas dan malu yang masih melekat di pipinya. Walau handuk sudah terganti dengan blus satin berwarna gading dan celana longgar, tapi tubuhnya masih terasa seolah belum terlindungi. Masih terasa jejak tatapan nakal itu … menyusup lewat kulit dan tinggal di balik benaknya.

Ia menarik napas panjang, lalu berjalan menuruni anak tangga. Rumah itu sunyi. Terlalu sunyi. Hanya terdengar denting garpu dan sendok dari ruang makan. Suara yang biasanya ia rindukan dari Johan.

Renxia menghentikan langkahnya di ambang pintu ruang makan. Ia melihat Andre duduk di sana.

Lelaki muda itu duduk di sana dengan kaki terentang malas. Kaos oblongnya yang menempel ketat memperlihatkan garis perutnya yang terlatih. Tangan kirinya menggenggam garpu, mulutnya sibuk mengunyah daging steak dengan gaya seenaknya. Sama sekali berbeda dengan Johan yang selalu sopan, rapi, penuh tata krama. Pria ini duduk seolah rumah itu miliknya.

Renxia menahan diri untuk tidak meracau. Ia duduk di ujung meja, menegakkan punggung, mencoba mengabaikan keberadaan lelaki itu.

Suara Andre lebih dulu memecah diam. “Aku cuma ambil charger tadi.”

Nadanya ringan, nyaris cuek. Seolah tidak ada hal serius yang terjadi sebelumnya. Seolah dia tidak baru saja memandangi tubuh kakak iparnya tanpa kain sehelai pun.

Renxia mengangkat wajahnya perlahan. Matanya menyipit masih dengan perasaan kesal yang kentara. “Dengan masuk tanpa izin?”

Andre menoleh. Tak sedikit pun terlihat bersalah. Justru ada senyum sarkastik yang mengaduk emosi Renxia.

“Tapi aku nggak tahu … kalau ternyata kakak iparku doyan keliling rumah cuma pakai handuk.”

Renxia membeku. Rahangnya mengeras. Pipinya kembali memanas, bukan karena malu, tapi karena amarah yang dibungkus rasa terhina.

“Oh … jadi kamu adiknya Johan.” Suaranya tajam, namun tetap tenang.

Andre mengangguk ringan, menyilangkan alat makannya di atas piring, lalu berdiri. Gerakannya santai, hampir terlalu santai untuk pria yang baru saja menyaksikan momen paling memalukan dalam hidup Renxia.

“Kamu...” Renxia bersuara lagi, nadanya getir. “Sama sekali nggak seperti yang Johan ceritakan.”

Andre menoleh setengah. “Aku juga nggak nyangka kakakku bakal nikah sama gadis semanis kamu.” Matanya menatapnya dari kepala hingga dada. “Lucu. Rapuh. Tapi ternyata galak juga.”

“Keluar,” desis Renxia.

Andre tertawa pendek, lalu berjalan menjauh.

Langkahnya terdengar menjauh, lalu lenyap. Tapi hawa keberadaannya masih tertinggal. Masih menguar di antara aroma makanan hangat dan dinginnya AC ruang makan.

Renxia menggeram pelan. Ia menatap piring di depannya tanpa selera. Rumah yang selama ini kosong tiba-tiba dipenuhi aroma liar dari seorang Andre.

Renxia tak bisa menahan pikirannya melantur. Bayangan kejadian di kamar tadi berputar kembali. Tatapan mata Andre … sentuhan cepat di pinggangnya … handuk yang melorot … dan cara dia menyebutnya “kakak ipar” dengan nada yang terlalu intim.

Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gemuruh yang mulai kembali mendesak dari dalam.

Renxia meremas sisi meja. Dia harus menghindari lelaki itu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status