"Aku tidak pernah menceritakan ini karna aku berpikir ini tidak penting dan hanya sekelabat saja dari perjalanan hidupku sebelum bertemu kamu.""Tapi ternyata aku salah, seharusnya dari awal aku ceritakan semuanya ke kamu... Mungkin karena aku terlalu takut bagaimana pandanganmu ke Kevin yang dulu. Kevin sebelum mengenal Eliza..." Lanjut Kevin dengan tatapan sayu."Pesan yang tadi kamu baca adalah pesan dari salah satu wanita yang biasanya aku bayar untuk memuaskan hasratku..." ucap Kevin begitu pelan.Eliza menutup mulutnya terkejut."Dulu aku begitu bodoh, karena merasa di khianati oleh wanita yang aku percaya selama ini. Dengan begitu cepat aku menilai semua wanita sama seperti dia... Semua wanita hanya menginginkan uang dan akan rela menyerahkan dirinya!" sambung Kevin."Ja... di..?!" akhirnya Eliza bersuara dengan nada tersendat. Dia tahu semuanya hanya masa lalu suaminya. Tapi setidaknya dia ingin tahu semuanya walaupun mungkin akan sedikit perih di hatinya pada saat tahu kejuju
Selama ini Eliza tidak terlalu memerdulikan masalah desain Apartemen Kevin. Selama dia nyaman dia tidak ingin merubah apapun. Padahal Kevin memberikan akses penuh ke Eliza untuk merombak habis desain apartment mereka."Ngapain di rombak sayang? Aku suka sama desain kamu, sangat nyaman... palingan aku beli beberapa perlengkapan dapur dan alat untuk membersihkan rumah!" Hanya itu yang di katakan Eliza.Namun sekarang, dia mendapatkan hadiah hunian yang begitu indah."Masih ada beberapa kejutan..! Ayo naik...!" Bukannya berjalan ke arah tangga yang tadi dilihat Eliza melainkan Kevin menuntun Eliza ke sisi tangga dan terdapat sebuah lift."Oh my sayang...!" kejut Eliza dan menggeleng kecil kepalanya."Kenapa harus ada tangga, kalau kamu buat lift sayang..!" ucap Eliza sedikit protes."Lift ini khusus untuk istri dan anakku..!" tukas Kevin tidak mau dibantah."Hahahha... dasar posesif..!" seru Eliza kemudian mengecup pipi Kevin sekilas. Hatinya begitu bahagia. Tiap hari Kevin selalu member
Tiga bulan kemudian...."Andri semua sudah rampung..?" tanya Kevin ke Assistent Pribadinya itu"Sudah Tuan.. Ini kuncinya..." jawab Andri dan meletakkan kunci di atas meja Kevin."Ok! Thank you Andri!""Sama-sama Tuan.”"Kosongkan jadwalku untuk hari ini!" seru Kevin."Baik Tuan."Setelah Andri keluar ruangan, Kevin dengan cepat mengambil ponselnya.'Hai sayang...!' (Kevin)'Halo sayang..?!' (Eliza)'Kamu siap-siap ya... Aku jemput kamu sekarang...' (Kevin)'Mau kemana sayang?' (Eliza)'Hmm... hanya jalan-jalan... Hari ini aku mau menyenangkan hati istri dan anakku!' (Kevin)‘Hahha... ok sayang...’ (Eliza)Setelah memutuskan panggilan telpon. Kevin bergegas menjemput istrinya.Bip bip bipKevin tersenyum melihat istrinya yang sudah begitu cantik tapi duduk santai selonjoran di karpet.Semenjak perutnya kian membesar. Eliza lebih suka duduk di atas karpet yang empuk dan meluruskan kakinya.Hanya dengan berbalut baju dan celana putih khusus ibu hamil dilengkapi cardigan berwarna nude. M
Dua minggu kemudian... Dengan segala pertimbangan. Rubi memberanikan diri untuk menghubungi Aldi. Biar bagaimana pun anak ini adalah anak Aldi."Aku tidak akan memintamu bertanggung jawab sesuai janjiku!" batin Rubi sambil menghela nafas dalam.Ring Ring Ring"Sayang... Ponselmu bunyi!" seru Liliana dari dalam kamar, sedangkan Aldi sedang berada di dalam kamar mandi."Angkat aja yank!" sahut Aldi.Seminggu lalu Aldi mengenalkan Liliana ke keluarga besarnya dan di sambut baik oleh kedua orang tua Aldi.Mama Aldi sangat menyukai pembawaan Liliana. Dan kedua orang tua Aldi sudah menyuruh Aldi dan Liliana melangsungkan pernikahan.Namun Aldi dan Liliana menunda pernikahan untuk menata kehidupan dan hati mereka. Masih banyak yang harus mereka berdua selesaikan.Tapi orang tua Aldi memaksa Aldi dan Liliana untuk menikah. Karena saat ini mereka berdua sudah tinggal serumah. Untuk menghindari gosip dan zina.Mama Aldi memberikan pilihan kalau mau menunda, Liliana dan Aldi harus pisah rumah.T
tanya Liliana tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Bukannya menjawab, Aldi langsung saja melumat bibir Liliana dan dengan perlahan mendorong tubuh Liliana ke belakang hingga berbaring."Entah sejak kapan pikiranku hanya terfokus padamu Lili!" ucap Aldi di sela-sela lumatannya di payudara Liliana."Ahh...""Aku menjadi ke kanak-kanakan hanya untuk mencari perhatian mu!"Kini Aldi berpindah ke tengkuk leher Liliana dan menjilatinya dengan lembut."All... ahh..!""Aku gelisah setiap kamu keluar rumah!"Aldi kembali menghisap payudara Liliana dan meremas gunung kembar itu bergantian. Lalu mengigit lembut putingnya yang mencuat."Ahh... "Desahan demi desahan keluar dari bibir Liliana.Sentuhan dan ungkapan perasaan Aldi membuatnya tidak bisa berbicara. Liliana terbuai begitu dalam. Pandangan matanya begitu berembun dan sayu."Aku selalu ingin tidur di sampingmu dan memelukmu dengan erat sambi
"Dan terima kasih sudah sabar selama ini berada di sisiku Liliana, menghadapi sikap kasarku selama ini..." ucapan Aldi terhenti karna Liliana melumat bibir Aldi dengan begitu dalam hingga Aldi tidak dapat berbicara."Kamu membalas perasaanku itu sudah lebih dari cukup Aldi. Maaf wanita hina ini sudah lancang mencintaimu!" ucap Liliana yang langsung mendapatkan tatapan murka dari Aldi.Aldi menggendong Liliana naik ke atas meja bar yang lumayan lebar. Nafas mereka saling memburu."Jangan pernah menyebut dirimu seperti itu! Aku akan sangat marah! Paham?" setelah berkata seperti itu. Aldi kembali melumat bibir Liliana. Lumatan demi lumatan. Sesapan demi sesapan begitu panas. Saliva yang saling bertukar. Bibir kemerahan karena hisapan mereka. Deru nafas saling berhembus. Lidah mereka menyeruak bergantian, saling mengabsen mulut mereka. Lidah yang menari begitu indah."Ahhh..!" Desahan pertama Liliana karena hisapan kuat di lehernya. Tanda kebiruan tercetak be