"Kak! Kak Kevin!" Teriak Angel sambil mencari-cari sosok sang kakak di rumah luas dan elegan itu. Ia sudah lama tidak bertemu dengan Kevin, kakak yang dirindukannya, setelah lama berada di luar negeri.
"Hmm... Ada apa, Dek?" Kevin yang baru saja turun dari lantai dua menatap adiknya, tersenyum kecil melihat Angel yang berlari mendekat.
"Kak, Kakak mau ke mal, kan? Angel mau nebeng, ya? Sekalian mau ketemu teman di sana," ujar Angel dengan mata berbinar, menampakkan ekspresi manja.
Kevin mengangguk. "Boleh, Kakak juga cuma mau keliling mal dulu. Hari Senin baru resmi masuk kantor dan perkenalan staf," jawab Kevin sambil mengusap lembut kepala adiknya yang manja.
"Kalau begitu, Angel siap-siap dulu ya, Kak!" Angel pun langsung berlari kecil ke arah kamarnya.
Begitu sunyi kembali, ponsel Kevin bergetar, memperlihatkan sebuah nama yang dulu ia kenal sangat baik. Wajah Kevin langsung berubah dingin. Ia memandangi layar, lalu menolak panggilan itu. Namun panggilan berulang, dan Kevin pun akhirnya menjawab.
“Hm, kenapa?” suaranya dingin.
“Vin, aku mohon maaf. Itu cuma salah paham. Beri aku kesempatan untuk memperbaikinya... Aku masih sayang sama kamu, Vin…” ujar sebuah suara wanita dari seberang telepon.
“Habis sudah. Semua selesai di antara kita, Liliana. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan,” jawab Kevin tegas, mematikan telepon tanpa sedikit pun ragu.
Telepon itu datang dari Liliana, mantan kekasih yang pernah menjadi cinta besarnya saat di Singapura. Hubungan mereka kandas setelah sebuah pengkhianatan yang meninggalkan luka mendalam.
---
Suatu malam di Singapura, Kevin telah mempersiapkan sebuah kejutan untuk ulang tahun Liliana: cincin dan lamaran yang sudah lama ia rencanakan. Malam itu, ia sengaja membuat alasan tak bisa menemaninya, berpura-pura sedang di luar negeri. Namun, begitu ia masuk ke apartemen, Kevin terkejut mendapati Liliana bersama seorang pria, saling membelai di sofa.
“Ahh… uhh… Mark…” suara bisikan penuh gairah itu terdengar jelas saat Kevin memutar gagang pintu.
Seketika Kevin mendorong pintu dengan keras.
“LILIANA! APA-APAAN INI?!” Suara Kevin yang penuh emosi menggema di ruangan, menghentikan keduanya.
Liliana berhambur ke arah Kevin, wajahnya pucat saat menyadari situasi memalukan itu. “Vin, ini… ini cuma salah paham…” suaranya bergetar, berusaha mencari alasan.
Kevin menatapnya tajam. “Menjijikkan! Kau bukan siapa-siapa lagi buatku,” ucapnya dingin, melangkah pergi meninggalkan Liliana yang jatuh tersungkur, tersisa rasa sakit mendalam yang mengubah Kevin untuk selamanya.
---
Dalam perjalanan menuju mal, Angel sibuk bercerita dengan penuh antusias. "Kak, nanti Angel mau ketemu teman sebentar ya, habis itu kita makan siang bareng?”
Kevin tersenyum lembut. Setelah bertahun-tahun di Singapura untuk melanjutkan pendidikan dan mengurus bisnis keluarga, ia akhirnya bisa kembali menghabiskan waktu bersama adik kesayangannya.
“Tenang aja, Kakak akan menunggu. Apa pun buat adik cantik Kakak,” ucap Kevin, mengusap kepala Angel penuh sayang.
Begitu tiba di depan butik Eliza, Angel turun dengan semangat.
"Kak, jemput Angel di sini nanti ya?" ujar Angel riang.
"Ok, Dek. Kakak keliling sebentar." Kevin melemparkan senyum kecil sebelum meninggalkan Angel.
Kevin pun berjalan berkeliling di dalam mal, menatap gedung tempat kantor pusat yang akan ia pimpin. Namun, tanpa disangka, sesuatu yang lembut dan hangat menabrak dadanya.
“Maaf, Om!” suara seorang gadis terdengar serak namun lembut, dan Kevin mendapati seorang gadis muda dengan hidung merah dan wajah salah tingkah, tampak canggung di depannya.
Kevin sedikit tertegun melihat tingkahnya yang malu-malu. “Gak apa-apa. Tapi, kayaknya kamu yang kenapa-napa.” Ia merendahkan pandangannya, menyentuh ujung hidung gadis itu dengan iseng. Melihat wajah gadis itu memerah, ada sesuatu yang bergetar dalam diri Kevin—sensasi yang sudah lama tidak ia rasakan.
“Ah, iya, Om. Maaf ya…” jawab gadis itu, tersenyum kecil sebelum berlalu cepat, meninggalkan Kevin yang terdiam dalam perasaan asing yang tak jelas.
---
Tak lama kemudian, Kevin menerima sebuah pesan dari seseorang di ponselnya.
“Aku sudah di VVIP Room, sayang,” demikian pesan itu berbunyi.
Kevin menuju ruang karaoke VVIP yang berada di salah satu sudut mal. Begitu ia membuka pintu, seorang wanita berpakaian minim segera menghampirinya. Tanpa aba-aba, wanita itu menyambutnya dengan pelukan erat, bibirnya menempel ke bibir Kevin, lalu melumatnya dengan panas. Kevin membalas ciuman itu sambil mengarahkan wanita itu menuju sofa yang empuk.
Dalam waktu singkat, pakaian yang dikenakan mereka berdua sudah berserakan. Wanita itu terbaring di bawahnya, sementara Kevin melumat lehernya, membiarkan tangannya menjelajah kulitnya yang lembut. Tangan Kevin mulai mengangkat rok mini wanita itu, melirik untuk memastikan ia siap.
“Kevin…” desah wanita itu serak, menikmati setiap sentuhan Kevin.
Kevin mengarahkan dirinya dengan cekatan, tubuhnya semakin dalam menjelajahi wilayah-wilayah tersembunyi sang wanita, memenuhi ruangan dengan suara napas mereka yang semakin cepat.
"Ahh… Kevin…" gumam wanita itu saat mencapai puncak kepuasan. Kevin tersenyum tipis, membersihkan tangannya, lalu segera membereskan pakaiannya.
"Transferan sudah masuk, kan?" ucap Kevin tanpa basa-basi, seraya mengambil jasnya.
Wanita itu mengangguk, tersenyum puas sambil melirik layar ponselnya yang menunjukkan saldo besar masuk ke rekeningnya. “Tentu saja, sayang.”
Kevin berlalu tanpa berkata apa-apa lagi, membiarkan wanita itu dalam ruangannya. Bagi Kevin, semua hanyalah rutinitas biasa—tanpa perasaan, tanpa makna.
---
Kevin tiba kembali di depan butik Eliza untuk menjemput Angel, namun mendapati pintu terkunci. Ia melihat Eliza tengah berbicara dengan seorang pria yang dikenalnya, Aldi. Tanpa sadar, Kevin berdiri dan mendengar pembicaraan mereka dari jauh. Tak lama kemudian, telepon Eliza berdering dan Kevin mendengar Eliza berbicara dengan nada yang membuatnya salah paham.
“Wanita macam apa ini, baru saja bersama sahabatku, sekarang sudah ada pria lain?” pikir Kevin, matanya menyipit penuh sinis. Kenangan buruk tentang Liliana muncul kembali dalam pikirannya.
“Kalau itu maumu, Eliza,” gumamnya penuh amarah. Ia berbalik dan melangkah pergi, menyusun rencana di dalam pikirannya yang penuh dendam dan godaan yang kini berubah menjadi keinginan membalas perasaannya yang tak terbalas.
Kini Angel sudah berada di kamar bersalin dan sudah melakukan pemeriksaan. Angel kini sudah masuk pembukaan ke tiga.Pengecekan yang sempat terjadi drama karena ada seorang dokter pria yang ingin membantu melakukan tugas pemeriksaan. Karena Dokter yang menangani Angel sedang melakukan operasi ke pasien lain.Tentu saja Leon langsung menepis tangan Dokter Pria itu dengan kasar karena berani menyentuh istrinya. Untungnya tidak sampai menimbulkan keributan. Karena sosok suami seperti ini pernah Dokter itu alami lima bulan yang lalu.Eliza dan Kevin yang mendengar Angel akan melahirkan langsung bergegas dan menyiapkan keperluan Kenzo. Karena tidak memungkinkan membawa Kenzo ke Rumah Sakit. Apalagi waktu melahirkan yang belum pasti. Membuat Eliza harus menitipkan Kenzo ke Mama Vina. Apalagi oma dan opa nya itu sudah sangat merindukan sang cucu."Kenzo sayang... Jangan rewel di rumah Oma dan Opa ya?!" ucap Eliza gemas melihat sang putra sedang tertidur setelah dirinya selesai memakaikan pak
Leon yang sedang asik membalas pesan chat di grup yang berisikan Kevin, Rikki, Aldi dan dirinya. Langsung memberhentikan aktifitasnya ketika Angel menghampiri dirinya."Sayang, tolong dong... gatel banget..." pinta Angel tiba-tiba datang menghampiri dirinya sambil mengangkat baju dasternya. Memperlihatkan payudara Angel yang begitu besar dan menggoda. Baju daster adalah pilihan Angel selama masa kehamilannya. Apalagi berada di rumah seharian."Hm, sini sayang!" ucap Leon sambil tersenyum dan menepuk ranjang.Semenjak kandungan Angel masuk sembilan bulan. Bagian areola Angel sangat sering gatal, sudah konsultasi ke Dokter Obgyn dan Dokter menjelaskan itu hanya pengaruh hormon.Leon dan Angel mendapatkan solusi ketika Angel terus menggaruk kecil bagian dadanya yang gatal sampai memerah. Leon yang melihatnya memiliki ide dengan menghisap puting Angel sambil menggigit kecil dengan cukup lama hingga rasa gatalnya pun hilang.Akhirnya sampai sekarang hampir tiap hari Angel pasti mendatangi
"Ughh Sayang..!" gumam Kevin ketika Eliza memasuk kan miliknya ke dalam mulut Eliza yang hangat. Lidah Eliza terus bermain di dalam dan dengan gerakan cepat Eliza keluar masukkan miliknya.Kevin pun tidak tinggal diam, ia membuka bibir kewanitaan Eliza dan memasukkan lidahnya, kembali menggelitik liyang Eliza dengan begitu dalam. Kemudian Kevin memasukkan telunjuknya membuat Eliza mengerang kenikmatan."Sayang...!!" seru Eliza menghentikan permainan kemudian berdiri. Tidak tahan untuk memasukkan milik Kevin ke dalam dirinya.Kevin tersenyum melihat posisi Eliza yang bersiap-siap memasuk kan miliknya. Eliza memegang milik Kevin dan turun perlahan, hingga. Blesh..."Ah..." desah mereka berdua. Eliza memperbaiki posisinya, kemudian dengan perlahan Eliza bergerak maju mundur. Membuat Kevin mengerang dan menggigit bibir bawahnya."Cium aku sayang!" seru Kevin, dan Eliza langsung menunduk melumat bibir suaminya.Eliza langsung merubah ritme permainannya dari maju mundur ke naik turun dengan
"Ugh! Sayang! Enakk banget..." gumam Kevin yang terus memacu dirinya semakin dalam menabrak dinding rahim Eliza. Eliza merasa dirinya di gelitik sampai area terdalamnya tidak bisa berhenti mendesah dan meracau mengeluarkan kata-kata menggoda."Kevin! Suamiku! Eung! Faster sayang...!" seru Eliza meminta lebih dan lebih.Kevin mempercepat hujamannya, mengikuti kemauan istrinya memompa tubuhnya keluar masuk hingga mengeluarkan suara berisik akibat gesekan kejantanannya dan dinding kewanitaan Eliza akibat milik Eliza yang sangat basah."Sayang... kalau seperti ini aku bisa keluar dengan cepat!" seru Kevin sambil menggigit bibir bawahnya dan memegang pinggang Eliza dengan erat karena merasa mili nya berdenyut begitu kuat."Keluarkan sayang! Aku juga sudah tidak tahan!!" seru Eliza yang mulai mengangkat pinggulnya sehingga milik Kevin semakin dalam menyentuh miliknya."Tapi... aku masih mau lama-lama yank!" protes Kevin yang tidak rela permainan panas mereka berakhir dengan cepat."Kita bis
"Buka untuk ku sayang!" seru Kevin yang kini sudah tepat berada di bagian yang sangat dia rindukan satu bulan lebih ini.Eliza dengan gerakan nakal membuka kedua kakinya dengan lebar.."Seperti ini sayang?" Eliza bertanya dengan suara seksinya.Kevin yang melihat aksi nakal sang istri menjadi gila dengan nafsunya saat ini. Deru nafasnya naik turun. Tatapan matanya begitu lapar menatap sang istri.Kaki jenjang nan putih mulus Eliza di raihnya dan di kecupnya dengan begitu lembut. Mulai dari jemari Eliza di jilatinya membuat Eliza mengerang dan mendesah akibat sensasi yang dia rasakan."Kevin... Oh my! Apa yang kamu lakukan sayang..." gumam Eliza di sela-sela desahannya."Aku hanya ingin membuatmu enak sayang..." balas Kevin yang tidak melepas jilatannya yang kini sudah berada di betis kemudian paha Eliza yang membuat Eliza mengangkat pinggulnya akibat geli teramat sangat.Melihat Eliza mengangkat pinggulnya, Kevin dengan cepat menahan pinggul Eliza yang terangkat kemudian menjilati bib
"Sayang..." seru Kevin sambil memeluk pinggang Eliza dari belakang. Kini Eliza sedang sibuk membersihkan karpet dengan mainan barunya.Setelah selesai menidurkan baby Kenzo, Eliza selalu menyempatkan diri untuk berbersih mansion yang baru mereka tempati kurang satu bulan ini."Iya sayang..." balas Eliza mematikan vacum cleaner yang dipegangnya."Kamu kan bisa minta tolong ke bibi asistent rumah tangga...." protes Kevin melihat istrinya yang selalu saja mengerjakan pekerjaan rumah."Aku suka sayang, seru aja... apalagi para bibi kan sudah bersihin tadi pagi. Sekarang mereka juga sudah pada balik... jadi biar aku yang berbersih di sore hari buat Baby Kenzo juga..." jelas Eliza."Tapi..."Cup...Eliza mengecup bibir Kevin agar berhenti protes dengan hobi barunya dengan vacum cleaner yang baru seminggu ini dia beli karena melihat salah satu aktris korea favoritnya memakainya di salah satu drama.Kevin tertegun mendapatkan kecupan tiba-tiba dari sang istri. Walaupun mereka sudah memiliki s