Share

3. Sama Saja

Penulis: MAMAZAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 17:02:36

Eliza menguap lebar, rasa kantuk sudah mendominasi pikirannya setelah seharian melayani pelanggan yang membludak. Hari Minggu memang selalu menjadi hari yang sibuk, dan malam ini dia berencana untuk menginap di apartemen Dina, sepupunya.

Sebelum meninggalkan butik, Eliza menelpon Mamanya untuk meminta izin, "Mam, malam ini Eli mau nginap di tempat Dina, boleh ya? Tadi Dina minta bawakan beberapa pakaian ke apartemennya.”

"Baik, nak. Hati-hati di jalan, ya," balas Mama lembut.

Eliza memastikan butiknya sudah rapi, lalu mengambil beberapa pakaian pesanan Dina dan persediaan untuk dirinya sendiri. Selesai itu, ia mampir ke toko roti favorit untuk membeli cemilan untuk mereka berdua. Dalam perjalanan menuju basement, tak sengaja Eliza melihat Kevin juga tengah masuk ke mobilnya.

---

Setiba di basement apartemen, Eliza bertemu lagi dengan Kevin, kali ini di depan lift. Kevin baru saja akan naik ke apartemennya, sementara Eliza hendak menuju unit Dina dan Reno, sepupunya.

"Ehh, Om Kevin!" sapa Eliza ceria saat melihat sosok pria itu di depannya.

Kevin tersenyum, "Hai, tinggal di sini juga?"

"Nggak, Om. Aku cuma mau ketemu kakak," jawab Eliza, mencoba menjawab ringan.

“Hm, kakak… atau ‘kakak’?” pikir Kevin, mencoba menebak-nebak siapa sosok yang hendak ditemui Eliza. Namun, ia hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.

Sesaat kemudian, pintu lift berbunyi, keduanya keluar bersamaan menuju lorong yang sama.

"Mau ke unit mana?" tanya Kevin penasaran ketika mereka tiba di lantai yang sama, yang hanya terdiri dari tiga unit, satu miliknya, dan dua lainnya yang berhadapan langsung.

Eliza menunjuk ke salah satu unit di seberang. "Yang di sana, Om."

“Oh, begitu…” jawab Kevin sambil mengangguk. “Oh iya, jangan panggil Om, dong. Berasa tua banget!” protes Kevin, sedikit jengah.

"Hehe, lalu mau dipanggil apa?" goda Eliza sambil meletakkan jarinya di dagu dengan gaya berpikir, lalu berkata iseng, “Uncle Kevin?”

Kevin tertawa kecil dan tanpa berpikir panjang, mencubit pipi Eliza dengan gemas. "Gimana kalau Kak Kevin aja, sama kayak Angel?" balasnya, akhirnya melepaskan cubitan di pipi Eliza.

“Baiklah, Kak Kevin,” Eliza tersenyum kecil, merasa canggung, namun tak menyangka ketika tiba-tiba Kevin mendekat dan mendaratkan kecupan ringan di pipinya.

“K-Kak…?” suara Eliza tercekat, wajahnya merah karena kaget. Ia pun buru-buru melangkah mundur, sementara detak jantungnya terasa kacau balau.

Dalam keadaan syok, Eliza memencet bel apartemen Dina dan Reno. Saat pintu terbuka, Reno, suami Dina, menyambutnya dengan hangat, memberikan cium pipi kanan dan kiri, lalu merangkul bahunya mengajaknya masuk. Melihat pemandangan itu, Kevin merasa cemburu tanpa alasan yang jelas.

"Shit! Kenapa aku berharap lebih?” Kevin berujar pada dirinya sendiri, menarik napas panjang dan melangkah masuk ke apartemennya sendiri, mencoba menekan perasaan aneh yang mengganggu pikirannya.

---

“Kak Reno, Dina!” Eliza menyapa hangat keduanya, langsung mencium pipi Dina, sepupunya.

"Hai, sayang!" sambut Dina sambil memeluk Eliza. “Itu ada roti abon favorit Kak Reno dan kamu. Oh, dan ini pakaian pesanan kamu, beb,” ujar Eliza, menaruh paper bag di meja.

“Ya ampun, kamu tahu aja kesukaan Kakak, ya! Thank you, Eli sayang!” Dina meraih Eliza dengan pelukan lagi.

“Welcome, beb! Aku ke kamar dulu, ya, mau bersih-bersih dulu,” ujar Eliza dengan ekspresi sedikit canggung, masih teringat kejadian di lift tadi.

Sesampainya di kamar tamu, Eliza melemparkan dirinya ke kasur, memegangi pipinya yang sempat dikecup Kevin. “Astaga, apa-apaan tadi? Ngapain coba Kak Kevin pake nyium-nyium segala?!” gerutunya, merasa campur aduk. Setelah beberapa saat menggerutu, akhirnya Eliza berusaha menenangkan diri dan masuk ke kamar mandi, berendam di air hangat untuk menghilangkan rasa penat dan rileks dari kejadian yang mengejutkan.

“Sudah, Eliza…anggap aja cuma kebetulan,” batinnya, berusaha menenangkan diri, meskipun perasaan canggung dan jantungnya yang berdebar belum sepenuhnya hilang.

---

Sementara itu, Kevin tengah bersiap-siap di apartemennya. Setelah seharian mengelilingi mal untuk mengamati kondisi bisnis yang akan ia pimpin, ia memutuskan untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya di klub milik Aldi.

Ponselnya bergetar, menandakan panggilan masuk.

"Bro, aku udah otw ke klub Aldi. Lo jadi ikut, kan?” suara Rikki, salah satu sahabatnya, terdengar di seberang.

"Tentu, Bro. Gue juga baru mau jalan,” balas Kevin, tersenyum kecil sambil memandangi pakaian yang ia kenakan.

Kevin menutup panggilan, mengenakan jaketnya, lalu melangkah keluar dengan perasaan bergejolak. Di satu sisi, ia terganggu oleh pertemuannya dengan Eliza yang entah kenapa meninggalkan kesan mendalam, sementara di sisi lain, ia berusaha menutup perasaan itu dan menganggapnya tak lebih dari sebuah ketertarikan sesaat.

---

Di tengah hiruk-pikuk salah satu klub malam eksklusif di Jakarta, suasana terasa ramai dan penuh gairah. Lampu warna-warni berkedip-kedip diiringi dentuman musik dari DJ, menciptakan suasana semarak. Di berbagai sudut, terlihat pasangan muda saling mendekat, ada yang berdansa dengan menggoda, sementara yang lain bahkan tak segan berbagi ciuman panas di tempat umum. Asap rokok mengepul memenuhi ruangan, berpadu dengan aroma parfum mahal.

Di tengah suasana meriah itu, Kevin melangkah menuju ruangan VVIP. Di sana, sahabat-sahabatnya—Rikki, Leon, dan Aldi—sudah menunggunya. Begitu Kevin masuk, ketiganya menyambut hangat dengan jabat tangan yang erat dan sentuhan bahu, khas pertemuan mereka yang maskulin.

"What's up, bro!" Aldi menyapa dengan semangat. "Akhirnya formasi F4 lengkap lagi! Haha!" kenangnya pada masa-masa SMA mereka.

Dulu, mereka berempat dijuluki "F4," sama seperti kelompok populer dari serial drama. Selain wajah yang rupawan, kulit bersih, dan tubuh atletis, mereka juga berasal dari keluarga terpandang di dunia bisnis Indonesia. Di sekolah, popularitas mereka tak tertandingi.

"Semua baik, Bro!" balas Kevin sambil tersenyum, merasa nyaman bertemu sahabat-sahabatnya setelah sekian lama. Kejadian-kejadian yang mengganggu pikirannya tadi sore perlahan-lahan memudar.

"Mau minum apa, Vin?" tanya Rikki, mempersilakan Kevin.

“Cola aja, Bro, besok hari pertama di kantor,” jawab Kevin tenang, memilih untuk tidak minum alkohol malam itu.

“Oh, berarti lo yang bakal ngurus Mall XXX sekarang, ya?” tanya Leon, tertarik dengan perkembangan terbaru Kevin.

Kevin mengangguk. “Ya, begitu. Bokap minta aku balik ke Jakarta buat handle perusahaan. Katanya sudah mau pensiun.”

"Wah, berarti sekarang bakal sering ketemu si Aldi, nih!” ledek Leon ke arah Aldi, yang mengelola beberapa butik merek ternama di mal yang sama.

Kevin tertawa kecil mendengar itu. "Hmm… jadi si Aldi langsung kontrol ke butiknya sendiri, ya?" tanyanya bercanda, merasa penasaran.

Leon terkekeh. “Iya, soalnya ada gebetan baru di sana. Biasalah, target lagi, nih si Aldi.”

Kevin terdiam sejenak. Pikirannya langsung teringat Eliza, gadis yang tadi siang dilihatnya bersama Aldi.

“Gebetan yang dimaksud itu… Eliza, kan?” batinnya sambil mengamati ekspresi Aldi.

Rikki tertawa mendengar cerita Leon. "Tumben nih, lama amat ngedeketin satu cewek? Biasanya langsung dapat, ya?" ejeknya.

Aldi hanya menggelengkan kepala, tampak kesal karena tak bisa mengelak. “Nih cewek beda, Bro. Barang branded gak mempan, digombalin juga susah. Biasanya kasih barang mewah langsung bisa dibawa ngamar!”

Rikki menimpali dengan tawa. “Makanya susah, karena lo lagi ngejar yang orisinil!”

"Orisinil?" tanya Kevin penasaran, makin ingin tahu siapa yang mereka bicarakan. Dari nada mereka, ia hampir yakin itu adalah Eliza.

“Yoi, Bro! Katanya nih cewek masih perawan. Makanya susah,” jawab Leon sambil menggeleng, merasa Aldi terlalu terobsesi.

Kevin terdiam, mengingat kejadian sore tadi. “Ah, siapa tahu dia cuma jual mahal,” ucap Kevin, berusaha menyembunyikan ketertarikannya yang mulai muncul sejak bertemu Eliza.

Rikki tiba-tiba mengalihkan topik. "By the way, Bro, lo bagaimana dengan Liliana?”

Kevin langsung terdiam, suasananya berubah canggung. Leon, yang tahu bagaimana kejamnya masa lalu Kevin dengan Liliana, segera menyikut Rikki, memberi isyarat untuk diam.

“Mati gue…” batin Rikki, merasa bersalah karena menyinggung topik sensitif.

"Aku cabut dulu, ya," Kevin mendadak berdiri, tak ingin mengingat masa lalunya yang penuh kekecewaan dengan Liliana. Ia tahu, membahas Liliana hanya akan membuka luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Rikki, Aldi, dan Leon saling berpandangan, merasa bersalah.

"Lo sih, Rik, pake nyebut-nyebut Liliana segala!” omel Leon sambil mengusap rambutnya dengan frustasi. Bagaimanapun, ia paling tahu bagaimana Kevin terluka oleh mantan kekasihnya itu.

Liliana, wanita yang Kevin dulu sayangi sepenuh hati dan hormati, akhirnya menghancurkan kepercayaannya. Kevin yang dulu menjaga hubungannya, memastikan mereka tidak melampaui batas, mendapati Liliana ternyata mengkhianatinya demi pria lain. Hubungan yang semula dihiasi komitmen dan rasa hormat hancur berkeping, meninggalkan rasa sakit yang dalam.

Rikki hanya mengangkat bahu dengan ekspresi polos. “Yah, maaf, Bro! Lupa eike,” ucapnya sekenanya, berusaha mencairkan suasana.

Leon dan Aldi saling menatap, lalu memukul bahu Rikki sambil tertawa kecil. Mereka memang kocak, tapi persahabatan ini selalu bisa melengkapi satu sama lain.

Rikki, si cuek dan humoris.

Leon, bijak dan berempati.

Aldi, sang playboy yang penuh pesona.

Kevin, sosok dingin dan pendiam, tapi setia pada sahabat-sahabatnya.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   17. Meminta Restu

    Eliza yang melihat Angel ada didepan pintu sambil menatapnya langsung melepas genggaman tangan Kevin."Kenapa??" tanya Kevin karena kaget tangannya dilepas dengan kasar. Eliza hanya diam dan menatap lurus ke depan.Kevin menoleh dan melihat Angel melotot dengan wajah tertekuk seratus sambil bertolak pinggang.Kevin pun paham. "Hai Dek.. Papa dan Mama dimana?" sapa Kevin sambil mencium pipi adik kesayangannya itu."Di dalam.." ketus Angel singkat."Pagi.. Angel.." sapa Eliza, yang hanya di balas Hmmm oleh Angel lalu berbalik masuk ke rumah.Kevin menyapu punggung Eliza dan berkata, "It’s ok.. kasih Angel waktu.. hmm?"Eliza hanya mengangguk pelan.Kevin dan Eliza berjalan masuk menyusul Angel."Pagii Pa... pagi Ma..." sapa Kevin ke kedua orang tuanya yang sedang asik nonton netf

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   15. Bibir Yang Manis

    Angel begitu gelisah setelah menerima telpon dari Kevin. Dia tidak berhenti mondar-mandir di dalam kamar. Badannya yang kemarin masih sakit akibat demam. Tiba-tiba sembuh otomatis. "Apa kabarnya Eliza ya? Mana Kak Kev belum ngabarin.. Ishhh!!!" Kesel Angel. "Semoga Eliza baik-baik saja!!" gumamnya lagi. Ringgg ringgg Ponsel Angel berbunyi. Dengan cepat dia meraih ponselnya ketika melihat nama Eliza yang menelpon. "Eliiiii....!!" teriak Angel setelah menekan tombol hijau. "Iyah?" balas Eliza. "Kamu kenapa? Kak Kevin semalam nelpon... Katanya kamu mau di celakai. Siapa Ell? Sekarang kondisi kamu gimana?? Mau ke rumah sakit??" bertubi-tubi pertanyaan keluar dari mulut Angel. "Njelll... tenangg..." Eliza menenangkan sahabatnya ini. "Gimana bisa tenanggg!!" sahut Angel tak mau kalah. "Iy

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   18. Cinta Tak Bisa Dipaksakan

    "Habis makan siang ini pa. Rencana Kevin mau ke rumah Eliza untuk ngomong, Kevin mau selesaiin semuanya.." jawab Kevin dengan mantap."Hmm.. baguslah! Kalau sudah, tinggal kabarin Papa dan Mama agar datang ke rumah Eliza untuk melamar..." ujar Papa Putra."Ok Pa!""Kalau gitu Kevin ke kamar dulu pa.. ma.. Mau ambil beberapa barang Kevin yang ketinggalan..”"Iyah.. ""Yuk ikut.." Kevin menarik tangan Eliza.Eliza minta izin ke Mama Silvi dan Papa Putra. Dan ke dua orang tua itu mengangguk sambil tersenyum, "Ikut aja sayang.." ucap Mama Silvi."Baik Tante,” jawab Eliza."Stop panggil Tante!! Sekarang panggil Mama dan Papa!! Ok ??!" protes Mama Silvi."Iya tann.. Ehh Ma.." ujar Eliza. Kevin melihat Eliza yang berada disisinya begitu bersyukur.Kevin dan Eliza pun berjalan ke arah kamar."Ikuuuuttttt !!!!" Teriak Angel, belum sempat melangkah tangannya langsung di tarik kembali oleh Mama Silvi."Kamu sini aja! Gak usah gangguin Kakak kamu..!" seru Mama pengertian.Angel mengerucutkan bibi

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   13. Will You Marry Me? (21+)

    "Eliza... Will you marry me?" Kevin berkata serius dan menatap tajam manik indah Eliza."Kakk??" Eliza sungguh kaget dengan lamaran tiba-tiba dari Kevin. Bukannya ini terlalu singkat? Mereka baru kenal beberapa hari ini."Ya Eli sayang ?? Aku serius, aku mau langsung melamarmu.... hmm? Jadilah istriku, pendamping hidupku, aku tak akan membiarkan seorang pun menyakitimu..." ucap Kevin yang kini menggenggam kedua tangan Eliza.Eliza hanya mengangguk mengiyakan atas pertanyaan dan pernyataan Kevin..."Benarkah sayang???" sungguh Kevin begitu bahagia."I-iyaa kak..." jawab Eliza memperjelas apa yang ingin Kevin dengar dari bibirnya.Dalam hati Eliza sekarang, jujur dia juga sungguh bingung dengan perasaannya saat ini.Namun yang dia yakini, sejak awal ia juga jatuh hati terhadap pria didepannya ini, tapi ia berusaha menepis segalanya. Bersama

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   12. Keputusan Kevin

    "What...!!! "Angel tersontak sadar dari ngantuknya."Iya, Eliza hampir saja celaka, hmm... nanti kaka ceritakan... Saat ini, tolong hubungi Mama dan papa Eliza. Tolong bantu Kakak, kamu paham kan dek?? Jangan membuat orang tua Eliza khawatir!" ujar Kevin."Baiklah kak... Tolong jaga Eliza kak..." ucap Angel dan langsung menutup telponnya.Dengan cepat dia menelpon Mama Eliza untuk meminta izin, kalau Eliza malam ini tidur di rumahnya.Kembali ke Kevin dan Eliza..Setelah Kevin selesai menelpon. Dia menuju ke kamar mandi luar untuk membersihkan diri dan mendinginkan tubuhnya.Dia tahu ada yang tidak beres pada tubuhnya. Sepertinya dia meminum apa yang diminum Eliza. Tadi ia pikir tubuhnya panas karena amarahnya pada Aldi. Tapi saat ia bersentuhan dengan Eliza, akhirnya ia paham apa yang menyebabkan hal itu terjadi.Bersyukur tadi dia sempat melepas emos

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   11. Berengsek

    Kevin yang sedari tadi gelisah tidak bisa mengalihkan pandangannya dari ruangan yang ditempati Eliza dan Aldi.Rikki dan Leon yang sedang bercerita tidak dapat dia dengar dengan baik."Betul gak Kev...??"tanya Rikki."Kev..." panggil Rikki.Kevin mengerutkan keningnya, "Elizaa?" gumam Kevin yang melihat Eliza keluar dari ruangan dengan rambut berantakan dan berlari dengan tertatih-tatih."Eliza??" tanya Leon dan Rikki yang mendengar Kevin menyebut nama Eliza.Namun, Kevin tidak menjawab dan langsung berlari ke arah Eliza."Eliza... elizaa..." gumam Kevin, ia berlari dengan perasaan khawatir melihat gadis yang dari tadi memenuhi pikirannya."Oiii Kevvv!!" Teriak Leon yang kaget dengan gerakan tiba-tiba Kevin, ia pun ikut mengejar Kevin.Rikki pun tak ketinggalan ikut mengejar Kevin dan Leon.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status