Share

2. Kecupan

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2025-06-12 17:02:36

Entah sudah berapa kali Eliza menguap lebar. Rasa kantuk sudah mendominasi pikirannya setelah seharian melayani pelanggan yang membludak di hari Minggu.

Setelah memastikan butiknya sudah rapi, Eliza bergegas pulang. Hari ini dia berencana untuk menginap di apartemen sepupunya.

Setibanya di basemen, Eliza tanpa sengaja melihat Kevin di depan lift. 

"Eh, Om Kevin!" sapa Eliza ceria saat melihat sosok pria itu di depannya.

Kevin menatapnya sembari tersenyum, "Hai, tinggal di sini juga?"

"Nggak, Om. Aku cuma mau ketemu kakak," jawab Eliza ringan.

Ekspresi Kevin tampak janggal, seolah tengah meragukannya. Namun, ia hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.

Sesaat kemudian, pintu lift berbunyi, keduanya keluar bersamaan menuju lorong yang sama.

"Mau ke unit mana?" tanya Kevin penasaran ketika mereka tiba di lantai yang hanya terdiri dari tiga unit, satu miliknya, dan dua lainnya yang berhadapan langsung.

Eliza menunjuk ke salah satu unit di seberang. "Yang di sana, Om."

“Oh, begitu,” kata Kevin. “Oh iya, jangan panggil Om, dong. Berasa tua banget!” protesnya sambil terkekeh.

"Hehe, lalu mau dipanggil apa?" goda Eliza sambil meletakkan jarinya di dagu dengan gaya berpikir, lalu berkata iseng, “Uncle Kevin?”

Kevin tertawa kecil dan tanpa berpikir panjang, mencubit pipi Eliza dengan gemas. "Gimana kalau Kak Kevin aja, sama kayak Angel?" balasnya, lalu melepaskan cubitan di pipi Eliza.

“Ba-baiiklah, Kak Kevin,” Eliza tersenyum kecil, merasa canggung atas afeksi barusan. 

Namun, hal yang lebih mengejutkan justru terjadi. Tiba-tiba Kevin mendekat dan menghapus jarak di antara mereka. Belum sempat Eliza bertanya, pria itu mendaratkan kecupan ringan di pipinya.

“Eh, K-Kak…?” suara Eliza tercekat, wajahnya merah karena kaget. Ia pun buru-buru melangkah mundur, sementara detak jantungnya terasa kacau balau.

Sementara itu, Kevin termangu. Dia sendiri terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Hanya saja, Kevin seolah tidak bisa menahan diri melihat Eliza yang tampak salah tingkah, sehingga ia bertindak impulsif.

Dalam keadaan syok, Eliza memencet bel apartemen sepupunya. Begitu pintu terbuka, gadis itu langsung masuk tanpa menoleh ke belakang.

Di dalam, Eliza menyapa sepupunya Dina, dan Reno—suami Dina, sekilas saja. Ia buru-buru masuk ke dalam kamar tamu dengan wajah merah padam, masih teringat kejadian di depan lift tadi.

Eliza melemparkan dirinya ke kasur, memegangi pipinya yang sempat dikecup Kevin. 

“Astaga, apa-apaan tadi? Kenapa Kak Kevin nyium-nyium segala?!” gerutunya, merasa campur aduk. Jantungnya masih berdegup tidak karuan.

Eliza berusaha menenangkan diri sejenak, lalu masuk ke kamar mandi dan memutuskan untuk berendam air hangat, berharap bisa rileks dari kejadian yang mengejutkan barusan.

“Sudah, Eliza… anggap aja nggak sengaja,” gumamnya, berusaha menenangkan diri, meskipun perasaan canggung dan jantungnya yang berdebar belum sepenuhnya hilang.

**

Di tengah hiruk-pikuk salah satu klub malam eksklusif di Jakarta, suasana terasa ramai dan penuh gairah. 

Lampu warna-warni berkedip-kedip diiringi dentuman musik dari DJ, menciptakan suasana semarak. Di berbagai sudut, terlihat pasangan muda saling mendekat, ada yang berdansa dengan menggoda, sementara yang lain bahkan tak segan berbagi ciuman panas di tempat umum. Asap rokok mengepul memenuhi ruangan, berpadu dengan aroma parfum mahal.

Di tengah suasana meriah itu, Kevin melangkah menuju ruangan VVIP. Di sana, sahabat-sahabatnya—Rikki, Leon, dan Aldi—sudah menunggunya. 

Begitu Kevin masuk, ketiganya menyambut hangat dengan jabat tangan yang erat dan sentuhan bahu, khas pertemuan mereka yang maskulin.

"What's up, bro!" Aldi menyapa dengan semangat. "Akhirnya formasi F4 lengkap lagi!" kenangnya pada masa-masa SMA mereka.

Dulu, mereka berempat dijuluki "F4," sama seperti kelompok populer dari serial drama. Selain wajah yang rupawan, kulit bersih, dan tubuh atletis, mereka juga berasal dari keluarga terpandang di dunia bisnis Indonesia. Di sekolah, popularitas mereka tak tertandingi.

"Semua baik, bro!" balas Kevin sambil tersenyum, merasa nyaman bertemu sahabat-sahabatnya setelah sekian lama. Kejadian-kejadian yang mengganggu pikirannya tadi sore perlahan-lahan memudar.

"Mau minum apa, Vin?" tanya Rikki, mempersilakan Kevin.

“Cola aja, besok hari pertama di kantor,” jawab Kevin tenang, memilih untuk tidak minum alkohol malam itu.

“Oh, berarti lo yang bakal ngurus Mall XXX sekarang, ya?” tanya Leon, tertarik dengan perkembangan terbaru Kevin.

Kevin mengangguk. “Ya, begitu. Bokap minta aku balik ke Jakarta buat handle perusahaan. Katanya sudah mau pensiun.”

"Wah, berarti sekarang bakal sering ketemu si Aldi, nih!” ledek Leon ke arah Aldi, yang mengelola beberapa butik merek ternama di mal yang sama.

Kevin tertawa kecil mendengar itu. "Hmm… jadi si Aldi langsung kontrol ke butiknya sendiri, ya?" tanyanya bercanda, merasa penasaran.

Leon terkekeh. “Iya, soalnya ada gebetan baru di sana. Biasalah, target lagi, nih si Aldi.”

Kevin terdiam sejenak. Pikirannya langsung teringat Eliza, gadis pernah dilihatnya bersama Aldi.

Rikki tertawa mendengar cerita Leon. "Tumben nih, lama amat ngedeketin satu cewek? Biasanya langsung dapat, ya?" ejeknya.

Aldi hanya menggelengkan kepala, tampak kesal karena tak bisa mengelak. “Nih cewek beda, Bro. Barang branded gak mempan, digombalin juga susah. Biasanya kasih barang mewah langsung bisa dibawa ngamar!”

Rikki menimpali dengan tawa. “Makanya susah, karena lo lagi ngejar yang orisinil!”

"Orisinil?" tanya Kevin penasaran, makin ingin tahu siapa yang mereka bicarakan. Dari nada mereka, ia hampir yakin itu adalah Eliza.

“Yoi, Bro! Katanya nih cewek masih perawan. Makanya susah,” jawab Leon sambil menggeleng, merasa Aldi terlalu terobsesi.

Kevin terdiam, mengingat kejadian sore tadi. “Ah, siapa tahu dia cuma jual mahal,” ucap Kevin, berusaha menyembunyikan ketertarikannya yang mulai muncul sejak bertemu Eliza.

Rikki tiba-tiba mengalihkan topik. "By the way, Bro, lo bagaimana dengan Liliana?”

Kevin langsung terdiam, suasananya berubah canggung. 

Leon, yang tahu bagaimana kejamnya masa lalu Kevin dengan Liliana, segera menyikut Rikki, memberi isyarat untuk diam.

“Mati gue…” bisik Rikki lirik, merasa bersalah karena menyinggung topik sensitif.

"Aku cabut dulu, ya," Kevin mendadak berdiri, tak ingin mengingat masa lalunya yang penuh kekecewaan. Ia tahu, membahas Liliana hanya akan membuka luka yang belum sepenuhnya sembuh.

Rikki, Aldi, dan Leon saling berpandangan, merasa bersalah.

"Lo sih, Rik, pake nyebut-nyebut Liliana segala!” omel Leon sambil mengusap rambutnya dengan frustasi. Bagaimanapun, ia paling tahu bagaimana Kevin terluka oleh mantan kekasihnya itu.

Liliana, wanita yang Kevin dulu sayangi sepenuh hati dan hormati, akhirnya menghancurkan kepercayaannya. Kevin yang dulu menjaga hubungannya, memastikan mereka tidak melampaui batas, mendapati Liliana ternyata mengkhianatinya demi pria lain. Hubungan yang semula dihiasi komitmen dan rasa hormat hancur berkeping, meninggalkan rasa sakit yang dalam.

Rikki hanya mengangkat bahu dengan ekspresi polos. “Yah, maaf, Bro! Lupa eike,” ucapnya sekenanya, berusaha mencairkan suasana.

Leon dan Aldi saling menatap, lalu memukul bahu Rikki sambil tertawa kecil. 

Mereka memang kocak, tapi persahabatan ini selalu bisa melengkapi satu sama lain.

Rikki, si cuek dan humoris.

Leon, bijak dan berempati.

Aldi, sang playboy yang penuh pesona.

Kevin, sosok dingin dan pendiam, tapi setia pada sahabat-sahabatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   222. Part Tian Nita #70 (TAMAT)

    Malam semakin larut, dan para tamu mulai berpamitan. Nita yang berdiri di samping Tian, merasakan kelelahan yang menyenangkan.Tian menunduk, bibirnya berbisik parau ke wanita yang kini resmi menjadi istrinya. "My wife?"Nita menoleh, senyum manis terukir di bibirnya. Matanya memancarkan gairah yang sama. "Yes, my husband?"Tian tersenyum penuh kemenangan. Tian dan Nita meninggalkan para tamu dan keluarga yang masih berada di ballroom. Mereka hanya melambaikan tangan singkat, tidak peduli dengan tradisi pelemparan bunga. Raja dan Ratu malam itu menghilang di antara kerumunan pengiring dan bodyguard yang sigap mengawal mereka menuju private elevator.Beberapa detik kemudian, lift membawa mereka langsung ke puncak hotel.Ceklek! Suara pintu kamar Presidential Suite terbuka, menyambut mereka.Nita memekik tertahan. “Oh my…”Kamar itu sangat luas, dengan langit-langit tinggi dan jendela kaca penuh dari lantai ke langit-langit yang menawarkan pemandangan gemerlap kota London. Ruangan itu m

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   221. Part Tian Nita #69

    Dua minggu berlalu dalam sekejap mata. Dua minggu penuh dengan persiapan gila-gilaan, ciuman curian di ruang rapat, dan Tian yang selalu berhasil membuat Nita melupakan segala hal kecuali kehadirannya.Dengan segala persiapan dalam waktu singkat, hari yang dinantikan pun tiba. Hari di mana Nita Clarissa Winston akan resmi menjadi Nyonya Christian Alexander, Ratu dari The Golden Star.Semua tamu VIP London, mulai dari kalangan bisnis, politik—tentu saja yang bersih—hingga sahabat dekat, berkumpul di ballroom hotel termewah yang disewa penuh oleh Tian.Seluruh ruangan disulap menjadi taman surgawi yang dominan warna putih bersih dan emas. Alih-alih dekorasi yang ramai, Tian memilih sentuhan elegan yang sangat berkelas.Ribuan kuntum mawar putih yang melambangkan kemurnian cinta, lily putih yang elegan, dan bunga-bunga daisy kecil yang memberikan sentuhan kesederhanaan Nita, bertebaran di setiap sudut, di meja-meja bundar, hingga menara bunga di atas altar. Aroma wangi bunga segar memenu

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   220. Part Tian Nita #68 (21++)

    Yah, Tian memilih menuju kantor karena jarak kantor lebih dekat dari pada mereka harus menghabiskan waktu 45 menit untuk tiba di rumah. Ia tidak memiliki kesabaran sepanjang itu. Begitu melihat Nita memakai gaun pengantin, semua kendali Tian hilang."Oh my, Tian." Nita tersenyum, ia menjatuhkan asal tasnya ke lantai dan melingkarkan kedua tangannya di leher Tian. Ia tahu Tian berada di ambang batas.Sialnya, gerakan halus itu membuat Tian semakin panas, membuat pria itu hilang akal. "You make me crazy, love!" geram Tian yang kembali melumat bibir ranum Nita. Ciuman itu kuat dan liar, menuntut pembalasan atas setiap detik yang mereka buang di butik tadi.Nita membalasnya tak kalah liar. Tian terlalu hebat, mengajarnya begitu cepat untuk menjadi seorang yang ahli dalam ciuman.Bibir mereka beradu dengan ciuman yang dalam, lidah, dan saliva saling bertukar, memabukkan. Tian mengangkat tubuh Nita, kaki Nita secara naluriah mengunci pinggangnya, menggendongnya ala koala. Pria itu berjalan

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   219. Part Tian Nita #67

    Kata-kata seduktif Tian spontan membuat wajah Nita memanas. Ia masih belum terbiasa dengan sisi Tian yang blak-blakan dan mendominasi seperti ini. Ia memukul pelan bahu Tian."Sayang! Aku hanya ingin membuat kejutan kecil..." jawabnya dengan nada manja."Kejutan kecil sudah cukup membuatku gila," balas Tian, matanya berkobar penuh gairah."Dang!" Tian kembali melumat bibir Nita begitu dalam, menciumnya dengan intensitas yang tinggi, seolah tak peduli mereka berada di butik mewah. Ia merengkuh pinggang Nita erat-erat, membenamkan Nita dalam pelukannya.Tepat saat ciuman mereka semakin memanas, Ms. Evelyn membuka pintu tanpa aba-aba, hendak memberikan daftar pengukuran terakhir. Ia terkesiap, segera menutup matanya."Ma-maaf..." ujarnya tidak enak dan kembali menutup pintu, memberikan waktu untuk calon pengantin. Wajah Ms. Evelyn memerah, ia tidak menyangka fitting baju bisa seintim ini.Blush! Wajah Nita merona merah hingga ke telinga. "Sayang..." Nita memukul dada Tian dengan gemas.T

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   218. Part Tian Nita #66

    Tidak lama kemudian, Nita masuk ke dalam ruangan Tian. Ia terlihat cantik dan segar, mengenakan dress kasual yang rapi. Tian yang melihat kekasihnya datang langsung berdiri dan membuka kedua tangannya.Nita tertawa bahagia dan berlari kecil, langsung masuk ke dalam pelukan Tian. Ia menghirup dalam-dalam aroma tubuh Tian yang maskulin."I miss you so bad!" Tian mengeratkan pelukannya, mengecup puncak kepala kekasihnya dan turun menciumi bibir ranum Nita dengan ciuman yang singkat namun penuh hasrat."Kita bertemu setiap hari, Tian!" jawab Nita, usai Tian melepaskan bibirnya. Ia memukul pelan dada Tian karena gombalannya yang berlebihan.Tian hanya menjawab dengan menaikkan bahu acuh. "Aku tahu. Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa aku merindukanmu setiap detik.""Gombal," Nita tertawa. "By the way, aku melihat Sir Geoffrey di luar, dan dia terlihat... kacau?" tanyanya, keningnya berkerut. Nita sempat melihat Geoffrey di lobi, dan penampilan pria tua itu benar-benar menyedihkan.Tian ter

  • Sentuhan Panas Berujung Menikah   217. Part Tian Nita #65

    Tiga hari berlalu. Segala persiapan pernikahan kilat Nita dan Tian sudah berjalan serba cepat dan mulus. Selama tiga hari ini, Tian tidak pernah sedetik pun meninggalkan Nita sendirian.Saat ini, Tian sedang berada di kantornya, The Golden Star. Ia tampak tenang, menyelesaikan beberapa berkas penting yang berhubungan dengan transfer aset Sir Geoffrey—memastikan seluruh jaringan Edward dan ayahnya benar-benar lumpuh.Tiba-tiba, suara pintu ruangannya dibuka dengan kasar, bahkan nyaris terhantam dinding. Sir Geoffrey, Ayah Edward, masuk dengan wajah panik, lusuh, dan putus asa. Pria yang dulunya angkuh dan berkuasa itu kini terlihat seperti pria tua yang rapuh. Ia sudah tidak memiliki kekuasaan dan pengaruh, kini hanya seorang ayah yang mencari anaknya yang menghilang.Sir Geoffrey mendekat ke meja Tian, nadanya memohon, bergetar. "Tuan Alexander! Edward... Edward menghilang! Dia tidak bisa dihubungi! Kau pasti tahu di mana anakku, bukan?"Tian bersandar di kursi executive-nya, ekspresi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status