LOGINArthur langsung turun dari ranjang setelah napasnya mulai tenang.Ia ambil baju yang sudah tergeletak di lantai dan ia pakai kembali dengan buru-buru. Setelah ia selesai berpakaian, pria itu mengambil dalaman Rose dan memakaikan ke tubuh Rose karena gadis itu tidak sadarkan diri setelah mereka sama-sama mendapatkan klimaks bersamaan.Arthur pakaikan jaket untuk menutupi tubuh atas Rose karena baju gadis itu sudah sobek. Arthur langsung mengendong Rose dan membawa gadis itu keluar dari dalam kamar.Buru-buru ia bawa Rose ke bawah menggunakan tangga.Saat tiba di lantai satu, Arthur bertemu dengan Ken. Di sana juga ada Jessica yang tangannya sudah di ikat serta David yang dalam kondisi mengenaskan tergeletak di lantai. Bahkan pria itu masih menggunakan celana boxer ketat saja. Rio juga berada di sana. Sama mengenaskan seperti David. "Ken, aku menyerahkan sisa di sini padamu dan Agam. Aku harus membawa Rose ke rumah sakit. Rose harus segera mendapatkan perawatan medis.""Baik Tuan. Sera
Arthur langsung naik ke atas ranjang. Tubuh Rose bergetar karena rasa panas yang ia rasakan seolah membakar seluruh tubuhnya.Melihat Arthur sudah berada di atas ranjang, tanpa rasa malu Rose langsung membuka bajunya hingga ia benar-benar naked di depan Arthur. Arthur juga melakukan hal yang sama. Ia lepaskan semua baju yang menempel di tubuhnya. Ia sadar mereka sedang berada di tempat yang tidak seharusnya melakukan hubungan intim, tapi ia harus menyelamatkan Rose.Arthur akan berusaha menyelesaikan dengan cepat. Yang penting kondisi Rose harus stabil."Pa-panass... Papa..." rintih Rose sambil memegang sepasang gunung kembarnya.Arthur langsung mengungkung Rose dan menyerang Rose dengan ciuman yang menggebu-gebu. Walaupun ia ingin menyelesaikan dalam waktu yang singkat, tapi Arthur tidak serta merta langsung ke bagian inti. Ia harus membuat tubuh Rose rileks. Fore play tidak mungkin dilewatkan oleh Arthur. Ia tidak ingin menyakiti Rose.Dilumatnya bibir Rose dengan terburu, menyes
DOORR!"Aaarrkkhhh...."Arthur terkejut saat melihat Rio tiba-tiba memekik kesakitan karena tangannya di tembak oleh Zumi, senjata yang di tangan Rio pun terlempar. Ken langsung mengambil senjata Rio yang terlempat tidak jauh darinya.DOORR!Zumi kembali menembak kaki Rio hingga pria itu kembali memekik kesakitan."Zumi, kamu... Aarrkkhhh...""Zumi..." ucap Arthur yang masih terkejut."Cepat selamatkan Rose di dalam, Pa. Papa harus segera menyelamatkan Rose, jika tidak Papa akan menyesal. Rose berada di kamar di lantai tiga yang pintunya bercat putih." Zumi tetap mengarahkan senjatanya ke arah kepala Rio. Napas pria itu naik turun karena ia juga merasa tegang yang luar biasa."Kamu...""Cepat Pa. Nanti saja aku menjelaskan semuanya. Biarkan di depan aku yang urus. Rose memerlukan Papa sekarang."Arthur menoleh ke arah Ken dan Agam. Ken ikut dengan Arthur sedangkan Agam tetap berada di depan rumah. Arthur dan Ken langsung berlari menuju tangga untuk ke lantai tiga.Sementara itu dalam
Mobil rombongan Arthur mulai masuk ke jalan yang sepi. Di sekeliling mereka hanya ada hutan saja. Karena malam Arthur tidak begitu melihat di sekeliling. Dia fokus menatap layar ponselnya yang memperlihatkan titik lokasi keberadaan Rose semakin dekat."Tuan, kita sudah sampai." Agam langsung mematikan mesin mobil saat mereka berhenti di jarak yang aman dari rumah tiga tingkat yang berdiri sendirian di tengah lahan luas, merupakan titik lokasi keberadaan Rose."Senjata kalian apakah sudah siap?" tanya Arthur."Sudah Tuan," jawab Ken serta yang lain."Untuk orang-orang kita di mobil lain juga sudah siap, Tuan." Agam menoleh ke belakang ke arah Arthur.Agam juga memberikan alat komunikasi yang akan mereka gunakan saat menyelamatkan Rose nanti. Lala mereka memasang alat komunikasi itu di telinga mereka masing-masing."Kalian bebas membunuh siapa pun yang membuat kalian dalam bahaya. Walaupun tujuan utama kita menyelamatkan Rose. Tapi aku minta sama kalian untuk menjaga diri kalian juga. A
Di ruang kerja yang ada di rumah milik David yang berada di pinggir kota.Rose memang di bawa ke rumah David yang ada di pinggir kota. David, Jessica, Zumi dan Rio sedang duduk di sofa yang ada di ruangan itu."Aku ingin semua rencana yang sudah kita susun sejak lama harus berhasil. Sudah lama aku menunggu moment ini hingga banyak yang sudah aku korbankan," ucap David.Jessica memegang gelas yang berisi cairan merah tersenyum ke arah David. "Aku yakin rahasia kita akan berhasil. Rencana kita sudah sangat sempurna. Jumlah kita juga lebih banyak. Sungguh mustahil kita akan gagal."Lalu Jessica menyesap cairan merah itu. Di atas meja memang tersaji wine berkualitas yang memang sudah ciri khas mereka setiap mereka berkumpul seperti ini pasti ada wine yang menemani mereka."Sama seperti kalian, aku juga yakin rencana kita akan berhasil. Aku sangat tahu Arthur seperti apa. Jika dalam keadaan khawatir dia akan bertindah sangat gegabah. Untuk menghancurnya memang harus melalui titik kelemaha
Plaaaak!Satu tamparan dari Rio hingga membuat sudut bibir Rose terluka dan mengeluarkan darah.Mendengar ucapan Rose yang mengatakan Arthur akan menghancurkan mereka membuat emosi Rio tersulut karena sejak kecelakaan yang ia alami dulu membuat ia sulit mengontrol emosinya jika berkaitan dengan Arthur.Rose mengusap bibirnya yang berdarah dan menatap tajam ke arah Rio tapi bibirnya tersenyum. Rose sengaja melakukan seperti itu seolah ia sengaja memancing emosi Rio.Sejak melihat kedatangan mereka ke dalam kamar ini, Rio dan Jessica yang terlihat mudah tersulut emosinya. Rose mengabaikan rasa takutnya karena ia memang ingin melakukan itu."Aku yakin bukan Papa yang hancur tapi kalian!" ucap Rose kembali."Diam kamu gadis jalang!"Plaaak!Rose kembali mendapatkan tamparan di pipinya. Rasa sakit langsung menjalar ke wajahnya. Ia yakin saat ini pasti wajahnya sudah memerah. Bahkan ia yakin tulang pipinya pasti retak karena ia merasakan sakit yang luar biasa.David, Zumi dan Jessica hanya







