Share

Bab 32

Penulis: Mommy_Ar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-25 17:22:32

“Ra, aku mau ajak kamu makan siang?” tawarnya santai, seakan-akan tidak ada masalah di antara mereka.

Ara sedikit terkejut, bibirnya sempat terbuka namun tak ada kata keluar.

“Raf, aku…” ia ragu, menunduk, mencari alasan untuk menolak.

Namun Rafi tak memberinya kesempatan. “Ayolah! Udah lama kita nggak makan bareng,” ujarnya sambil menepuk pelan meja Ara.

Sebelum Ara sempat menyanggah, tangan Rafi sudah lebih dulu merangkul bahunya. Gerakan itu cepat, tiba-tiba, membuat beberapa pasang mata di ruangan menoleh.

Bisik-bisik langsung terdengar.

“Eh, itu Pak Rafi, kan? Sama Ara…”

‘’Oh dia kan sekertarisnya pak Aga kan?’’

‘’Iya bener!’’

‘’Nah pak Rafi bukannya temen pak Aga?’’

‘’Wah jangan jangan—”

‘’Jangan jangan apa ?’’

‘’Aku curiga deh—‘’

Ara bisa mendengar semua bisikan itu, jantungnya berdebar. Wajahnya terasa panas karena malu, namun ia tidak bisa mendorong Rafi keras-keras di depan semua orang.

“Raf, jangan gini, semua oran
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
enur .
hahaha berarti Mom mau juga
goodnovel comment avatar
Mommy_Ar
antri weh antri
goodnovel comment avatar
enur .
Ara ,, kamu mau2 ny di ajak Rafi , itu Aga mau di kemanain oyy ,, buat aq aj deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 37

    Malam itu, suasana rumah keluarga Indri tidak lagi terasa hangat. Lampu ruang tamu menyala terang, tapi hawa yang mengendap di sana penuh dengan emosi. Mama Indri duduk di sofa, wajahnya tegang dan penuh amarah. Di pangkuannya, ponsel terus ia genggam erat. Sementara Ana duduk di sampingnya, tubuhnya sedikit bersandar ke ibu mereka. Pura-pura masih terisak, ia sesekali mengusap pipinya dengan tisu. Namun sorot matanya, yang sayup-sayup tampak dari sela bulu mata yang basah, menyimpan kemenangan.“Dia harus tahu rasa,” gumam Mama Indri, jari-jarinya gemetar menekan tombol di layar ponsel. Setelah beberapa kali nada sambung, akhirnya suara lembut Ara terdengar di seberang.“Halo, Ma?” suara itu terdengar lelah, namun sopan.“Arabella!” bentak Mama Indri, keras hingga membuat Ara refleks menjauhkan ponselnya dari telinga. “Kamu pulang sekarang juga! Mama gak mau dengar alasan apa pun. Pulang malam ini juga!”‘’Mama kenapa sih?’’‘’Ara pulang seka

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 36

    Di tempat berbeda, rumah Mama Indri terasa begitu hening sore itu. Jam dinding sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Biasanya, di jam seperti ini, Mama Indri duduk santai menonton acara televisi sambil menikmati teh hangat dan kue kecil. Namun kali ini, suasana itu pecah begitu pintu rumah terbuka perlahan.Ana masuk dengan wajah berantakan. Rambutnya kusut, matanya sembab, dan pipinya tampak memerah seperti baru saja ditampar atau menangis lama. Dia berjalan pelan, menyeret langkah, seolah seluruh tenaga hilang dari tubuhnya.“Ana?” panggil Mama Indri yang langsung berdiri dari sofa. Ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya. “Kamu kenapa, Nak?”Ana berhenti sejenak, menatap ibunya dengan mata berkaca. Bibirnya bergetar seperti ingin bicara, tapi tak ada suara keluar. Lalu, tiba-tiba ia berlari kecil, langsung memeluk tubuh ibunya erat-erat. “Mama…” isaknya pecah, tubuhnya bergetar keras.Mama Indri terkejut. Tangannya refleks mengu

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 35

    Langkah Ara terasa berat ketika kembali ke kantor. Nafasnya masih belum stabil, jemarinya bergetar meski sudah ia sembunyikan di dalam genggaman. Sepanjang jalan menuju ruangannya, pikiran Ara dipenuhi gambar-gambar yang tadi diperlihatkan Rafi. Jantungnya berdetak kencang, seperti dihantam rasa takut yang tak berkesudahan.Setibanya di lantai kantor, Ara langsung menunduk, berusaha menghindari tatapan orang-orang. Rasanya ia tak punya tenaga untuk berpura-pura tersenyum atau terlihat normal. Saat melewati koridor, pandangannya menangkap sosok Aga yang baru saja keluar dari ruang meeting.“Ara?” panggil Aga pelan, keningnya berkerut melihat wajah pucat Ara.Ara menahan napas. Ia mencoba tersenyum, tapi gagal. Air matanya justru nyaris tumpah. Tanpa bisa mengontrol dirinya, ia melangkah cepat dan langsung menghampiri Aga.“Aga…” suaranya lirih, bergetar.Aga terdiam sejenak, hatinya langsung terenyuh melihat kondisi Ara. Ia segera menggenggam tangan Ara

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 34

    “A—apa maksud kamu?” tanya Ara dengan suara serak, tubuhnya menegang. Jemarinya tanpa sadar mencengkeram ujung meja, berusaha mencari pegangan.“Ra, aku tahu apa yang kamu lakuin sama Aga di belakangku!” ucap Rafi lantang, mencondongkan tubuhnya ke depan. Tatapan matanya tajam, penuh tuduhan, seakan menelanjangi setiap rahasia yang Ara coba sembunyikan.Mata Ara langsung membesar, pupilnya bergetar. Wajahnya mendadak pucat, bibirnya bergerak-gerak namun sulit merangkai kata.“A—aku sama Aga… k—kami…” suara Ara bergetar. Kata-katanya menggantung, seakan tercekik di tenggorokan.Rafi mengulurkan tangan dan langsung menggenggam jemari Ara, menahannya di atas meja. Pegangannya kuat, seakan Ara adalah miliknya yang tak boleh lepas. “Sayang, aku sakit loh. Aku cemburu. Tapi aku sadar, kita ini sama. Aku masih sayang sama kamu. Kita bisa memulai semuanya lagi. Plis, kasih aku kesempatan…” suaranya melembut, tapi sorot matanya tetap keras.“Lepass!” Ara meronta, tubuhnya menggeliat gelisah.

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 33

    “Sayang, kamu mau pesan apa?” tanya Rafi dengan suara dibuat semanis mungkin. Tatapannya lembut, tapi sorot matanya berusaha meneliti reaksi Ara.Mereka duduk di sudut kafe yang cukup ramai siang itu. Beberapa karyawan kantoran duduk sambil bercengkerama, bunyi mesin kopi dan denting sendok beradu dengan gelas terdengar di antara obrolan. Aroma kopi dan pastry memenuhi udara. Dari luar, kafe tampak nyaman, tapi di meja Ara dan Rafi, suasananya justru penuh ketegangan.Ara bersandar ke kursinya, kedua tangan terlipat di dada, ekspresi wajahnya datar. Ia bahkan tidak menoleh ke arah Rafi, hanya menatap lurus ke depan dengan mata dingin.“Gak usah basa-basi, Raf. Kamu mau ngomong apaan?” suaranya tegas, tanpa keraguan.Rafi terdiam sebentar, tersenyum tipis, mencoba menjaga wibawa. “Sayang, kita makan dulu ya. Jangan bikin suasana kaku begini.”“Raf,” potong Ara cepat, nadanya dingin. “Bisa gak jangan manggil aku kayak gitu? Jujur aja, panggilan itu malah bikin aku makin jijik sama kamu

  • Sentuhan Panas Sahabat Pacarku   Bab 32

    “Ra, aku mau ajak kamu makan siang?” tawarnya santai, seakan-akan tidak ada masalah di antara mereka.Ara sedikit terkejut, bibirnya sempat terbuka namun tak ada kata keluar. “Raf, aku…” ia ragu, menunduk, mencari alasan untuk menolak.Namun Rafi tak memberinya kesempatan. “Ayolah! Udah lama kita nggak makan bareng,” ujarnya sambil menepuk pelan meja Ara.Sebelum Ara sempat menyanggah, tangan Rafi sudah lebih dulu merangkul bahunya. Gerakan itu cepat, tiba-tiba, membuat beberapa pasang mata di ruangan menoleh.Bisik-bisik langsung terdengar.“Eh, itu Pak Rafi, kan? Sama Ara…”‘’Oh dia kan sekertarisnya pak Aga kan?’’‘’Iya bener!’’‘’Nah pak Rafi bukannya temen pak Aga?’’‘’Wah jangan jangan—”‘’Jangan jangan apa ?’’‘’Aku curiga deh—‘’ Ara bisa mendengar semua bisikan itu, jantungnya berdebar. Wajahnya terasa panas karena malu, namun ia tidak bisa mendorong Rafi keras-keras di depan semua orang.“Raf, jangan gini, semua oran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status