Share

Senyum Bahagia Maharani
Senyum Bahagia Maharani
Penulis: tresnoasih

My Name Is...

“ assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuuh”. 

 “Mari kita mulai rapat ini dengan membaca basmalah”. Seisi ruangan mengikuti instruksi Haji Mahmud malam ini. 

 “ Sebelum kita memulai pembahasan kita pada rapat bulanan, perkenalkan ada pengasuh baru di asrama kita yang berasal dari dataran tinggi. Untuk lebih lengkapnya silahkan memperkenalkan diri. Padanya saya persilahkan pengasuh baru”.

 Haji mahmud meghentikan pembicaraannya kemudian dilempar ke aku. 

 Huuuh main lempar aja nih, kaya kiper memberikan bola ke temannya. 

 Ok. Baik!

 Tarik nafas dalam dalam… dan keluarkan perlahan. Tapi jangan sampai keluar dari bawah. 

 "Huft baru kali ini aku memperkenalkan diri di hadapan banyak orang setelah dulu memperkenalkan diri pas acara mos. Biasanya memperkenalkan diri di depan satu orang. Paling mentok tiga orang nggak lebih". Sambil memajukan mulut beberapa centi, Maharani menggerutu dalam hati.

 Lah ini, lebih dari sepuluh orang dan pemirsanya bukan orang biasa. Melainkan setara dengan Haji Mahmud semua. Setara maksudnya orang-orang berpangkat semua gitu.

 Yaaah… keluar nih yang namanya mahluk grogi. Paling tersiksa kalau lagi grogi. Semua isi yang ada di otak hilang. Sekalian otak otaknya, lenyap di bawa kabur yang namanya grogi.

 Deg..deg….deg…

 Jantungku rasanya lebih cepat sepuluh persen dari biasanya. 

 Mulai. 

 Nama saya “ Saraswati Maharani, saya dari Temanggung”. 

 Cukup!

 Dua kalimat saja yang aku keluarkan tidak banyak. Takut nanti otaknya hilang kalau kelamaan. 

 Tarik nafas lagi…..ambil dan….. keluarkan yzng pasti tidak dikeluarkan dari belakang dong ya… 

 Tentunya ku sisipi senyum termans yang bisa kupersembahkan. Senyum itu adalah senyum termanis sepanjang masa. Hahaha

 Howeeek muntah mungkin mereka seisi ruangan kalau denger hehee.

 Rapat dilanjutkan dengan membahas sesuatu yang aku sendiri tidak tahu maksud dan tujuannya. Karena aku baru dan butuh adaptasi. 

***

 Udara malam kali ini sangat menusuk. Dingin banget. Meski rapat di dalam ruangan, angin berhembus masuk tanpa permisi. Satu persatu peserta rapat menghangatkan tubuhnya masing dengan caranya masing-masing pula. 

Malam semakin larut.

Jam dinding mengarahkan jarum panjangnya di angka enam dan jarum pendek berada di tengah-tengah angka sebelas dan sepuluh. 

 Huuups.. jam segini aku belum tidur. Ngantuk berat om. 

 Biasanya jam tujuh udah sampai ameriki.  

 Ibarat batre hp, tinggal sepuluh persen. Redup banget. Tapi kok ya… belum selesai-selesai. 

 Ditengah-tengah ngantuk beratku, ada mas-mas yang menatap ke arahku. Tanpa sengaja aku membalas tatapan itu. Dan… senyum pun tersungging dari bibirnya. 

 Eits… jangan ge er dulu cin, siapa tahu mas-masnya senyum sama sampingmu. Nah lho…. Mati kutu lu…

 Sejurus kemudian mbak-mbak sampingku membuka percakapan. Mungkin penangkal ngantuk kali ya....

 “Namanya siapa mbak tadi aku datang terlambat”. Tanya mbaknya untuk memulai pembicaraan. 

 “Panggil aja Rani mbak”. 

 “Kalau mbaknya siapa namannya?”. Balasku.

 “Laras”. Jawabnya singkat.

 Cukup sampai disitu perkenalan aku dan mbak Laras. Kirain mau ngobrol banyak banget eeee ternyata udah sampai disini. 

 “Alamat. Ngantuk lagi”. 

 Setelah ngantuk tingkat dewa hinggap dimataku, akhirnya kata-kata

 “Mari kita tutup dengan bacaan hamdalah”, kudengar juga. rapatpun selesai.

 Sudah menjadi tradisi di APPI (Asrama Perguruan Putra Putri Islam) kalau sebelum rapat makan dulu, sisanya di akhir rapat yang belum makan masih diberi kesempatan. 

 Kata mbak-mbak sampingku tadi biasanya yang sering makan terlambat adalah pengawas asrama. Jabatannya lebih tinggi dari Haji Mahmud. 

 “ Oh”, mengangguk sedikit paham.

 Setelah semua selesai makan, beres-beres deh. Itu artinya waktunya  cuci piring. 

 Ditengah-tengah beres-beresku, ada bapak-bapak setengah baya yang sengaja ingin tahu tentang aku. 

 “Mbak e baru?”

 “Iya pak”.

 “Asalnya mana, Temanggung?”

 “Iya pak”.

 “Wah, tembakau dong… beesok bawa yang banyak ya.. satu karung mungkin. Atau satu truck”. Hehehe sambil tertawa renyah. 

 “Hehehe iya pak”. Jawabku enteng.

 “Garuk-garuk kepala sambil melirik. tembakau satu truck? tembakaunya siapa yang mau ku culik? tembakau pak lurah?. Pak lurah aja nggak panen tembakau. 

 “Temanggung pemandangan alamnya bagus banget lho, di Posong”. Terdengar suara dari arah belakangku. Setelah ku toleh bapak-bapak setengah baya juga. ada sedikit kumis tipis yang bertengger di bawah hidungnya. 

 “Oh, iya pak, bagus banget. Apalagi kalau pagi dan sore hari”. Jawabku sok tahu. 

 Nggiiiingggg….. nggiiiinggg….Pluuuk……

nyamuk lewat didepanku takkan kubiarkan berumur lebih panjang. 

 Nyengir. Bapaknya yang bukan orang Temanggung sudah pernah ke Posong. Aku yang lahir Temanggung tulen belum pernah lihat langsung seperti apa sih posong itu. Haduh mengenaskan. Kaya gini mau jadi duta wisata. Nggak laku. 

 “Mbak e kuliah?”.  Pak kumis tanya lagi.

 “Inysaallah masuk tahun ini pak”.

 Setelah semua selesai, saatnya kembali ke pulau kapuk dan bermimpi indah. Selamat malam duania baru.  

 Yah. Ini duniaku sekarang. Menjadi pengasuh salah satu asrama yang ada di Yogyakarta. Sebuah kebanggan tersendiri. Pastinya aku akan mendapatkan pengalaman baru. Pengalaman itu belum pernah aku rasakan sebelumnya. 

 Konon anak-anaknya bervariasi, yah, namanya juga anak-anak. hehehe, nggak sanggup membayangkan kedepannya nanti. Hidup bersama anak-anak dan membimbingnya. 

 Mudah-mudahan kuat dan berhasil amin.

 Tidur dulu. Hoamzz 

 Zzzzzzzzz 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status