Share

Senyuman Pandemi
Senyuman Pandemi
Penulis: Adrian Wahyudi

Rahasia Kesuksesan

Januari 2020. 

Semua sibuk di meja makan. Waktu istirahat yang hanya tersedia satu jam tersebut, mereka manfaatkan sebaik mungkin. Semua duduk dengan lingkaran kantor masing-masing.

Arkana, pegawai baru PT. Alfa Foods yang baru bekerja sebulan, masih mematung dan bingung harus dimana ia duduk dan membawa makanan yang baru saja ia beli. Sejak tadi kepalanya sudah bergerak seperti kipas angin yang melirik dari kiri ke kanan, dan dari kanan ke kiri, mencari tempat untuk menyelesaikan makan siangnya. Arkana akhirnya melirik sebuah meja di sudut ruangan. Sepertinya menyendiri juga tidak ada salahnya, pikirnya. Tapi, ketika hendak berjalan ke spot incarannya tersebut, seseorang memanggilnya dengan suara melengking.

"Kim!" teriak seorang pria dari tengah kantin. 

Karena kondisi kantin yang begitu ribut, hanya Arkana yang menoleh. Jadi tidak akan ada yang mendengar teriakan tersebut, kecuali sang pemilik nama. Ternyata suara itu berasal dari Rusditeman satu divisinya. Divisi administrasi data. 

"Mari sini duduk," teriak Rusdi girang sambil menggerakkan tangannya. 

Arkana pun datang menghampiri meja Rusdi tersebut. Ternyata di meja itu juga teman-teman satu divisinya telah berkumpul. 

"Panggil Arkana saja," celetuk Arkana sebelum duduk. 

Arkana memiliki nama lengkap Kim Arkana. Dia tahu betul nama Kim sangat asing di negara ini, bahkan terdengar aneh. Dirinya bahkan tidak suka dipanggil Kim, karena serasa hanya dia sendiri yang memiliki nama itu di negara ini. Hal itu terkadang membuat dirinya tidak nyaman. Seandainya mengganti nama mudah, ia bahkan berniat menghapus kata Kim dalam namanya. Tapi, nyatanya tidak semudah itu. Mau tidak mau, ia harus memakai nama keluarganya itu. 

"Ah iya, maaf soalnya namamu sangat keren," jawab Rusdi asal. 

"Hei, Arkana. Namamu Kim Arkana, kan? Berarti apakah Kim Jong-Un adalah saudaramu?" celetuk Nando. Teman satu divisinya yang lain. 

Lelucon Nando tersebut lantas membuat orang-orang yang satu meja dengan mereka pecah gelak tawa. 

"Haha." Arkana memaksa tawanya. Bukan karena ia sakit hati dengan lelucon tersebut. Lelucon itu lucu menurut Arkana, mengingat siapa Kim Jong-Un. Tapi, lelucon tersebut sudah dilontarkan kepadanya mungkin hampir seribu kali dari setiap orang yang mengenalnya. Sehingga ia sudah mati rasa dengan lelucon tersebut. Terkadang, ia sampai berharap cepatlah presiden Korea Utara tersebut terganti atau lengser, agar lelucon tersebut tidak bisa lagi digunakan. 

"Selamat siang pemirsa. Berimbas karena virus corona, China mulai hari ini resmi memberlakukan lockdown," ucap seorang pembawa berita dari televisi satu-satunya yang terpampang di kantin tersebut. 

Arkana menyantap makanannya sambil terus fokus kepada televisi tersebut. Beberapa orang juga terfokus dengan berita yang disampaikan sambil mendongak ke televisi yang menggantung. Tapi, beberapa yang lain cuek dan kurang tertarik. Mereka fokus dengan makanan dan gosip terhangat yang sedang terjadi di kantor.

Virus corona akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan setelah kemunculannya pertama kali pada Desember 2019 di kota Wuhan, China. Beberapa bagian dunia sangat panik atas kemunculan virus tersebut, karena kabarnya lebih mematikan manusia daripada sejarah pandemi sebelum-sebelumnya. Tapi, beberapa bagian dunia yang lain masih tidak terlalu menganggap serius virus tersebut, termasuk WHOorganisasi kesehatan terbesar dunia.

"Lihat-lihat, China sudah melakukan lockdown," celetuk Rusdi sangat antusias sambil menunjuk televisi. 

"Tidak heran mereka terkena virus mematikan tersebut mengingat masyarakat China memakan semua yang seharusnya tidak dimakan," balas Nando.

"Benar! Kemarin aku mendengar virus ini berasal dari kalelawar. Masyarakat China khususnya Wuhan, sangat suka mengonsumsi binatang tersebut,"

"Wah ada-ada saja. Itu berarti kualat karena terlalu rakus."

"Eh, tapi, apakah virus ini bisa sampai ke negara kita juga?" tanya Rusdi menatap seluruh teman satu divisinya serius.

"Menurutku sih tidak. Masyarakat kita kan tidak makan yang aneh-aneh," jawab Nando.

"Ya benar benar," ucap teman-temannya yang lain mengangguk membenarkan ucapan Nando. 

Arkana hanya menyimak pendapat teman-temannya tersebut. Ia memang bukan pribadi yang aktif dalam sebuah lingkaran pertemanan. Terlebih lagi teman baru yang ia kenal seperti mereka. Sambil menyimak Arkana membuka gawainya, mencari tahu sebenarnya apa arti dari lockdown itu? Ia begitu penasaran.

Sebuah artikel yang didapat Arkana dari mesin pencari menjelaskan, lockdown adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu upaya pengendalian penyebaran infeksi. Ketika lockdown diberlakukan, tidak ada yang boleh beraktivitas keluar rumah. Baik itu orang bekerja, bersekolah, apalagi hanya sekedar mencari hiburan. Pusat-pusat hiburan, pabrik dan kantor ditutup sebab diberlakukan work from home atau bekerja dari rumah. Bahkan efek terbesarnya adalah pengurangan jumlah karyawan.

Setelah membaca artikel tersebut Arkana langsung setuju dengan pendapat Nando barusan. Semoga saja negara mereka tidak terkena virus mengerikan tersebut. Ia jadi teringat, baru saja ia diterima menjadi karyawan di perusahaannya sekarang ini pada Desember tahun lalu. Jika sampai virus itu masuk ke negara mereka, posisi Arkana yang sebagai karyawan baru akan terancaman juga bila terjadi pengurangan karyawan, mengingat statusnya yang karyawan baru.

"Hei, Arkana, apa kau suka kalelawar?" gurau Nando lagi.

"Tentu suka. Mereka lucu," jawab Arkana polos.

Teman-teman satu mejanya sudah cekikikan mendengar pertanyaan Nando tersebut.

"Maksudku, apa kau suka memakannya?" tanya Nando lagi sambil menahan tawa.

"Tentu saja tidak," elak Arkana. Tapi semua temannya lagi-lagi tertawa karena lelucon yang dilempar Nando tersebut.

Akhir-akhir ini Arkana memang selalu menjadi objek bercandaan teman-temannya mengingat dirinya yang berbeda ras sendiri. Seorang anak keturunan Korea tulen. Tentu pasti banyak sekali pasti bahan candaan yang dapat digali dari dirinya. Arkana juga tidak mempermasalahkan itu, apalagi ketika karena dirinya, teman-temannya menjadi tertawa senang. 

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Sudah saatnya para karyawan PT. Alfa Foods menyudahi pekerjaan mereka dihari itu. Terkhususnya para karyawan kantor.

"Hei Arkana ayo ke stasiun bersama," ajak Rusdi sudah siap pulang dengan menenteng tasnya. 

"Ah tapi aku harus ke Hantam Pusat. Aku saat ini masih berkuliah," jawab Arkana.

"Oh, begitu. Aku baru tahu kau ternyata masih berkuliah. Baiklah. Semangat ya, Arkana. Jika butuh bantuan jangan ragu menghubungi aku," ucap Rusdi sambil tersenyum ramah sebelum ia meninggalkan Arkana. 

Arkana hanya mengangguk dan membalas senyuman hangat Rusdi.

Arkana baru saja meninggalkan Alfa Tower tempat dirinya bekerja. Alfa Tower adalah tempat perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Alfa Group, salah satunya Alfa Foods. Disana lah segala aktivitas kantor dari berbagai perusahaan Alfa Group berjalan. Perusahaan raksasa di kota Hantam Raya.  

Sebelum benar-benar meninggalkan kawasan tersebut, Ia tatap bangunan pencakar langit di hadapannya. Dirinya masih tidak percaya dapat bekerja di salah satu perusahaan Alfa Group. Tempat idaman seluruh orang di kota Hantam untuk bekerja. Gaji besar, tunjangan besar, pensiunan terjamin. Membuat siapapun iri bila melihat seseorang bekerja di salah satu perusahaan Alfa Group.

Arkana tersenyum terbayang dengan pekerjaannya sebelum-sebelumnya. Ia sempat menjadi pelayan restoran, tata usaha sekolah, jaga warung internet, hingga office boy. Ya, hanya pekerjaan seperti itulah yang bisa ia dapatkan bila melamar pekerjaan dengan ijazah SMA. 

Semua ini berkat Dedek, teman satu sekolahnya dulu yang memberikannya info pekerjaan di Alfa Foods. Karena Dedek juga, dirinya dengan mudah diterima di perusahaan yang menjanjikan tersebut. 'Orang dalam' memang benar-benar salah satu kunci kesuksesan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status