Share

Bab 7

Sesampainya mereka, Azyla dan kedua sahabatnya itu pun membasuh wajah mereka, serta mensucikan diri mereka dengan mengambil air wudu. Lalu kemudian, mereka pun memasuki masjid yang elok dan megah itu dengan penuh keikhlasan, untuk menunaikan kewajiban mereka.

Menit demi menit pun telah terlewatkan, perasaan Tania kembali cemas dengan adanya kemisteriusan yang penuh dengan tanda tanya itu kembali. Hal ini terjadi, di kala mereka berangsur kembali melangkahkan kaki, menuju pandangan  Jeysa yang tengah menunggu kehadiran mereka.

Pada detik itu, detik ketika sesampainya mereka, tentunya obrolan pun kembali hadir melalui lisan yang mempertanyakan tentang kecemasan salah seorang sahabat mereka itu, terlagi Jeysa sama sekali tak mengetahui tentang hal ini.

“Tania, wajah kamu terlihat cemas. Ada apa?” tanya  Jeysa penuh perhatian.

“Begini Jey ... tadi pada saat dipertengahan jalan, lebih tepatnya di saat kami ingin menuju ke masjid ... Tania melihat sebuah bayangan yang menjadi tanda tanya baginya. Lalu ia seakan sulit untuk dapat meminimkan perasaannya itu,” jelas Azyla.

“Apa yang dikatakan Azyla itu benar, Tan?” tanya  Jeysa.

“Iya, benar Jey,” jawab Aliya. Sementara Tania, ia masih saja belum mengeluarkan suaranya, bahkan di kala Jeysa bertanya ia hanya tampak mengangguk belaka.

“Sudahlah Tan ... kurasa itu hanya perasaan belaka yang tak harus terus menerus kamu pikirkan. Lebih baik sekarang ... kita menuju rombongan kelas, lalu memasuki istana untuk mendokumentasikan kegiatan kita pada hari ini,” saran Jeysa sembari meyakinkan Tania. Jeysa tak hanya sebatas berkata, bahkan ia pun turut merangkulnya.

“Ya, apa yang telah dikatakan oleh Jeysa itu benar. Lebih baik kamu memikirkan tugas yang diberikan oleh Buk Guru daripada harus memikirkan hal yang belum tentu benar ini,” lanjut Azyla.

“Yuk, mari kita temui rombongan kita sekarang juga, agar bisa memasuki istana secepatnya,” ajak Aliya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status