Share

Bab 4 - Ara dan Es krim

"Mama, Elma rindu, di rumah ini tak ada kebahagiaan yang aku rasakan. Ayah sekarang bukan ayahku yang dulu. Dia... melupakan anak gadisnya ini. Tapi, tenang saja, Ma, aku akan merebut cinta pertamaku itu."

"Tidak ada yang bisa mencegahku untuk membalas sakit hatiku ini, Mama. hanya kematian, ya kematian yang bisa menghentikanku." Elma bermonolog.

Elma memejamkan mata, merasakan ketenangan setiap mengingat mamanya.

---

Dinda sedikit kesal saat mendapat kabar jika Elma mengetahui hubungan gelapnya dengan Ehan, wanita itu harus mencari tak tik baru untuk menggaet Ehan lebih cepat, jika Elma terus menghantui hubungannya tentu akan sulit untuk memuaskan nafsunya itu. Wanita gila seperti itu, tak puas hanya berhubungan badan satu kali, sekali mencoba maka akan menginginkannya terus. Setan selalu menggoda manusia untuk terus berzina. Kata orang, yang belum halal akan terasa nikmat dan menyenangkan, dan yang sudah halal akan terasa biasa saja dan membosankan.

Lelaki yang tak kuat imannya akan mudah terjerat pada bujuk rayu setan, apalagi Dinda sangat menginginkan Ehan dari dulu. Serangkaian cara dibuatnya untuk merayu Ehan hingga akhirnya pria itu jatuh ke pelukannya.

Saat ini, isu perselingkuhan memang sedang marak, tentu saja membuat Dinda ingin mengikuti tren itu, konon selingkuhan akan mendapatkan harta, perhatian dan kasih sayang yang lebih dari istri sahnya. Itulah yang membuat Dinda semakin tertantang menjadi pelakor temannya sendiri.

"Apa yang harus aku lakukan, agar Ehan kembali mengunjungiku setiap hari? ah, baru dua hari tak jumpa aku rindu dadanya yang maskulin itu," Pikir Dinda gila.

Dinda menatap poto Ehan di ponsel yang telanjang dada, poto itu diambil setelah mereka menghabiskan malam panas, hanya menatapnya saja membuatnya berdesir. Tak puas, kembali dia memutar vidio panasnya, dia merekam secara diam-diam, dan hari ini sudah kesekian kali dinda melihatnya, Dinda sudah kecanduan untuk melihat hal-hal yang negatif seperti itu dan mendorong dirinya untuk terus menonton berulang-ulang. Kondisi ini disebut Narkolema atau biasa dikenal dengan narkoba lewat mata, Narkolema sendiri adalah sesuatu yang berkonotasi negatif terhadap individu, semisal pornografi . Pornografi membuat orang candu, karena bagi seseorang yang mengkonsumsinya akan terdorong menonton berulang-ulang setelah menyaksikan yang pertama.

Hal ini, tentu saja dapat merusak fungsi daya otak manusia paling depan, dan daya rusaknya sebagaimana pada seseorang yang mengkonsumsi narkotika. Namun Dinda seperti tak perduli dengan kondisinya saat ini, menurutnya di zaman moderen sekarang hal seperti itu sudah lumrah, apalagi dia tergolong wanita dewasa.

Pertama kali Dinda membuka vidio itu, dia tertawa geli dan merasa belum puas, dan akhirnya berlanjut untuk menonton ulang, dia lakukan itu untuk menghilangkan rindu yang menggebu-gebu.

"Ehan harus menjadi milikki sepenuhnya, Shit... aku merindukan mata yang memujaku itu." Guman dinda frustasi.

Meski di kantor bertemu, tapi Ehan memperlakukannya seperti teman biasa, tidak ada sapa sayang dan juga belaian, hanya pandangan yang sesekali melirik penuh rindu.

---

Suasana kantor Ehan sudah terlihat sunyi, karena waktu sudah menunjukkan angka empat, tentu saja karyawannya sudah pulang. Ehan menjadi karyawan di divisi pemasaran pada perusahan ayahnya, RW Glowing, nama itu diambil dari nama ayah dan ibunya. Rudy dan wardah. Perusahaan yang memproduksi skin care dan juga berbagai jenis make up berkembang pesat, apalagi wanita-wanita zaman sekarang ingin instan agar terlihat cantik dan putih.

Malah terkadang sebagian para wanita tak melihat kandungan yang terdapat dalam skin care tersebut, yang terpenting murah dan cepat putih, mereka tidak tahu efek samping di wajah mereka kelak.

Saat hendak pulang, Ehan mengingat Ara istrinya, entah apa yang membuat pesona Ara tiba-tiba pudar, padahal selama sepuluh tahun ini, Ehan tak pernah melirik wanita lain selain Ara. Segala kekurangan yang istrinya miliki membuat Ehan semakin cinta.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku saat ini, Ara. Maafkan aku," Desis Ehan dengan penyesalan.

Begitulah laki-laki, jika sudah melakukan kesalahan, akan selalu berucap kata maaf, katanya menyesal. Tapi, diulangnya lagi tanpa merasa bersalah, lalu jika ketahuan akan meminta maaf lagi, begitu seterusnya. Ehan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Mengingat momen romantis saat berdua dengan Ara, makan bersama, shalat dan mengaji bersama.

Semua itu hilang, sejak dia bertemu Dinda. Wanita dengan tubuh seksi itu sangat lihai merayu Ehan sampai Ehan pun melakukan kesalahan terbesar.

Baginya, Ara adalah istri yang paripurna, kesederhanaannya membuat Ara terlihat cantik luar dalam, pelayanannya saat di kamar pun selalu memuaskan. Ehan menarik nafas dalam-dalam, sedang memikirkan cara agar kedoknya tak terbongkar. Dia takut menyakiti istrinya, tapi dia juga tak ingin meninggalkan Dinda, bagaimanapun Ehan telah jatuh cinta pada pesona wanita itu.

"Atau... Aku poligami saja, jadi tidak ada yang tersakiti. Bukankah salah satu syaratnya laki-laki itu mampu? jika nafkah tentu saja aku mampu membiayai kehidupan mereka berdua. Ya, sebaiknya seperti itu. Akan aku pikirkan caranya untuk meluluhkan hati Ara."

Akhirnya, Ehan merasa sedikit tenang setelah mendapat ide, baginya itu ide brilian, memiliki dua istri. Dan keduanya bisa hidup berdampingan. Ehan tidak tau, bahwa dalam berpoligami banyak sekali syaratnya, bukan hanya mampu dalam menafkahi tapi juga harus bersikap adil.

---

Ara merasakan jenuh akhir-akhir ini, dia memutuskan menjadi ibu rumah tangga dan melepaskan pekerjaan demi merawat dan melayani suaminya, namun semua itu terasa hampa saat Ehan mulai berubah. Sejenak Ara berpikir untuk melepaskan kejenuhan. Dia berdiri mengambil jilbab kaosnya, tak lupa tas kecil dia bawa.

Saat keluar, Pak Rudi mertuanya sedang membaca koran di teras. Melirik Ara yang rapi tentu membuatnya sedikit terkejut, karena Ara tak pernah keluar jika Ehan tak di rumah.

"Kau mau kemana, Nak?" Tanya mertuanya sambil melipat koran yang dibaca.

"Ah, hanya... ingin mencari angin, Pak." Jawab Ara gugup.

"Apa kau mulai bosan di rumah saja, cobalah berbicara pada Ehan, mungkin dia akan memberimu solusi agar kau ada kegiatan,"

"Baik, Pak. Nanti akan aku bicarakan padanya," Jawab Ara datar.

"Apa kabar, ayajmu? Bapak sudah lama tak berjumpa,"

"Alhamdulillah ayah baik-baik saja, pak. Ara pergi dulu ya, pak. Jika mas Ehan pulang, bilang saja aku pergi ke taman komplek," kata Ara mengakhiri percakapan dengan mertuanya.

Lalu dia pamit meninggalkan mertuanya. Ara sedang tak ingin banyak berbicara, apalagi jika sudah mengobrol dengan mertuanya bisa sampai ber jam-jam, dan saat ini pikiran Ara sedang ruwet dengan perubahan sikap suaminya.

Sesampainya di taman, Ara membeli es krim, bernostalgia saat dia kecil, jika menangis atau sedih ayahnya selalu membelikan Ara es krim rasa coklat. Dan jurus itu mampu menghilangkan kesedihan Ara. Dia memandangi area taman, pengunjung sedang ramai, netranya menangkap anak kembar yang masih balita berlarian dengan pelan, jika dilihat-lihat mereka baru bisa berjalan. Senyumnya tersungging melihat pemandangan itu, dalam hatinya yang paling dalam, dia juga ingin dikaruniai anak yang mungil seperti itu.

Sungguh gambaran keluarga yang sempurna jika memiliki anak. Ara mendesah, dia beristighfar memohon ampun tanpa sengaja kembali mengeluh dengan kondisinya.

"Aku percaya Allah sedang menyusun skenario yang teramat indah untukku. Semangat Ara, kau pasti bisa menjalani ini semua." Guman Ara pelan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siti rahmani Itis
harus mandiri suami mulai bertingkah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status