Home / Rumah Tangga / Sepupu dari Kampung / Pembantu Gratisan

Share

Sepupu dari Kampung
Sepupu dari Kampung
Author: Henya Firmansyah

Pembantu Gratisan

last update Last Updated: 2023-06-21 05:49:39

Sepupu dari Kampung

Bab 1

Gratisan

"Riri, mulai sekarang, Bik Siti sudah tidak bekerja di sini lagi. Kamu bantu budhe ya?"

"Iya, Budhe." Gadis manis bernama Riri itu tersenyum. Belum genap seminggu dia datang dari kampung.

"Ini catatan jadwal kerja kamu!" Kata Sania, Budhenya. Riri menerima sehelai kertas folio yang ada tulisannya bolak-balik. Ini tulisan tangan Budhenya.

Di situ tertulis semua pekerjaan yang harus dia jalani setiap harinya.

1. Bangun pagi cuci mobil 2

2. Bikin sarapan

3. Nyuci, ngepel, bersih-bersih rumah, kamar-kamar, dan halaman.

4. Belanja

5. Ngosek toilet 4

6. Gosok baju

7. Masak buat makan malam

8. Cuci piring, bersihkan dapur

9. Mijitin Budhe (jam 9_10 malam)

10. Istirahat.

"Mengerti?"

"Mengerti, Budhe." Gadis itu mengangguk. Nggak masalah buat Riri membantu pekerjaan rumah Budhenya. Toh, dia sudah diperbolehkan tinggal gratis di sini. Pakdhenya juga berjanji, nanti kalau ada lowongan pekerjaan di kantor, Riri akan dimasukkan. Riri adalah seorang lulusan SMA.

"Kalau Minggu, ada tambahan pekerjaan,"

"Apa, Budhe?" Riri masih tetap tersenyum.

"Vakum mobil, vakum rumah, bersihin lampu gantung, ventilasi AC dan siapkan peralatan golf Pakdhemu!"

"Oh iya, Budhe." Angguk Riri.

**

"Riri!!"

Suara teriakan Rani, sepupunya terdengar nyaring pagi itu, saat Riri sedang memasukkan baju kotor ke masin cuci.

"Kenapa, Ran?"

"Maaf, Ran. Kemaren seharian nggak ada panas, jadi nggak bisa kujemur."

Bugh!

Tiba-tiba sebelah sepatu sudah melayang ke tubuh Riri. Gadis itu mengaduh. Matanya membulat, menatap tak percaya pada sepupunya itu.

"Terus aku pakai sepatu apa?!" Gadis berseragam putih abu-abu itu membentak.

"Kamu kan punya banyak sepatu, Ran. Pakai yang lain dulu." Riri menjawab sabar. Meskipun lengannya terasa sakit akibat lemparan sepatu tadi.

"Aku mau yang itu!" Rani melotot.

"Ada apa ini, pagi-pagi sudah ribut?" Sania datang menengahi.

"Ini, Ma. Sepatuku tidak dijemur sama Riri. Tuh, nggak kering jadinya," Rani mengadu.

"B_bukan begitu, Budhe ..."

"Riri! Kamu ini selalu buat masalah! Padahal keluarga ini sudah baik sekali sama kamu. Makan, tidur gratis, masih tak tahu diri!"

Riri terdiam. Kepalanya menunduk. Sudah berulang kali, Budhenya mengatainya makan tidur gratis. Sakit hati Riri sebetulnya. Tiga bulan di sini, dia diperlakukan seperti pembantu yang tidak dibayar.

Budhe dan anak-anaknya sering berlaku kasar padanya. Tak jarang, mereka memukul, menjambak atau menoyor kepala Riri. Tentu saja saat Pakdhenya tidak ada di rumah.

Riri sudah tidak betah. Tapi, dia harus ke mana? Kedua orang tuanya di kampung sudah meninggal. Pakde Pur, adalah kerabat terdekat Bapaknya. Dia adalah kakak kandung Bapaknya Riri. Karena itu, Riri mau saja, saat Pakdhenya mengajak tinggal di Jakarta.

Pakde Pur berjanji akan mencarikan pekerjaan untuk Riri. Tapi, sampai sekarang, belum juga dapat. Riri mau tanya takut.

"Cariin sepatu yang lain, cepat! Aku tunggu di depan!" Kata Rani sambil berjalan menjauh. Sania, mamanya juga pergi, setelah mendengus kesal pada Riri.

"Ini, Ran, sepatunya," kata Riri sambil menaruh sepasang sepatu berwarna hitam di dekat kaki Rani yang duduk di sofa. Rani menatap sinis.

"Pakaiin!" Kata gadis abege itu dengan menjulurkan kakinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sepupu dari Kampung    End// Bahagia untuk Riri

    #Sepupu _dari_KampungBab 50Bahagia untuk RiriDi sebuah hotel yang tidak begitu mewah, dua orang berbadan atletis dan berpostur tinggi tampak mendatangi. Keduanya berpakaian sama yaitu setelah jas dan celana berwarna hitam. Rambut mereka disisir rapi semua hingga menampakkan wajah yang tampan. Dua perempuan penjaga resepsionis berdiri menyambut. Mereka bertanya tanya siapa sebenarnya tamu yang tak biasa ini. Dinar yang kebetulan incharge siang ini tiba-tiba merasa was-was. "Selamat siang ada yang bisa dibantu?" Anita menyapa dengan ramah. Anton mendekat ke meja resepsionis. "Kami detektif swasta, sedang mencari informasi. Mohon Anda berdua menjawab pertanyaan kami dengan jujur," kata Anton dengan suara tegas. Anita dan Dinar berdiri sejajar dengan tegang, mereka sempat saling menatap tadi. Lewat pandangan mata, Dinar dan Anita seperti saling bertanya, "ada apa?""Apakah orang ini pernah menginap di hotel ini?" Arman menunjukkan foto wajah Vivian. Anita dan Dinar mendekat dan m

  • Sepupu dari Kampung    Tak ada ampun

    #Sepupu _dari_KampungBab 49Pembalasan segera datang Vivian berlari dan terus berlari. Dia telah dibebaskan oleh anak buah Arman dan dilepas begitu saja di jalanan yang sepi. Tanpa berbekal hp dan tas dan tentu saja uang Vivian hanya diberikan kunci mobilnya saja. Sedangkan jarak dia diturunkan ke mobilnya masih sekitar enam kilo lagi. Vivian mengumpat sepanjang jalan. Paling tidak empat jam lagi dengan jalan kaki Vivian baru akan sampai di mobilnya. "Sialan kau Arman!" Hih! Vivian mengumpat dengan mengepalkan tangan. Dia kesal dengan anak buah Arman yang tidak berperikemanusiaan ini. "Aku dilepas seperti binatang! Semoga mobilmu selalu bau taik kau Arman gila!" Vivian mengomel sendiri sepanjang jalan. Sebenarnya dia sendiri yang seperti orang gila. Berjalan sambil mengomel dan pakai baju mini kurang bahan. Orang-orang yang melewatinya pun tertawa. Bahkan ada yang memberi suara klakson besar dan membuat Vivian melompat kaget. Sampai di mobilnya Vivian langsung tancap gas. Dia la

  • Sepupu dari Kampung    Mendukung Suami

    #Sepupu _dari_KampungBab 48Dukungan Riri untuk suaminya "Zi, sebaiknya kita selesaikan masalah ini besok saja. Ini sudah malam," kata Arman saat menyetir mobil. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam lebih. Zian bergeming, dia bernafsu ke rumah Purwanto untuk membuat perhitungan dengan istrinya. Sania telah mengakui bahwa dia ingin menghancurkan Riri istrinya. Itu tidak bisa dibiarkan. Menghancurkan Riri harus berhadapan dengan Zian. "Aku ingin semuanya beres saat ini juga!" Kata Zian bersemangat. Selangkah lagi dia akan berhasil mengungkap siapa di balik video palsu murahan yang viral itu. "Sebaiknya kamu pulang dulu, Zi. Istrimu menunggu di rumah, jangan sampai dia bertambah curiga karena kamu pulang terlambat," kata Arman lagi menasehati. Zian terdiam. Tiba-tiba dia kangen sama istrinya itu, "baiklah, antar aku pulang," kata Zian akhirnya. Arman memutar mobil dan kembali ke arah rumah Zian. Arman tidak mampir, lelaki itu langsung berpamitan pada Zian dan menjalankan lagi

  • Sepupu dari Kampung    Mereka Jahat

    #Sepupu _dari_KampungBab 47Semangat, Riri!Vivian dibawa paksa memasuki sebuah rumah oleh orang yang menculiknya. Gadis itu hanya bisa menurut karena memberontak juga percuma hanya akan menyakiti dirinya sendiri saja. Tiga orang yang menculiknya mendudukkan Vivian di sebuah kursi di sebuah ruangan luas yang kosong dan tidak ada perabotannya sama sekali. Vivian mengedarkan pandangan,"tempat apa ini, mirip sebuah kantor yang kosong." Pikirnya. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Vivian menajamkan mata untuk melihat siapa yang datang. Mata Vivian tidak berkedip menatap dua sosok pria berpostur tinggi yang menghampirinya. "Zi_Zian?" Desis Vivian sambil menelan ludah. Zian dan Arman semakin dekat. Dada Vivian berdetak tak karuan karena menyadari dirinya dalam bahaya. Tetapi bukan Vivian kalaupun tidak segera menemukan solusi untuk berkelit. Vivian dengan cepat sudah memutar otaknya apa bila Zian mencecarnya dengan pertanyaan seputar video viral. "Zian, Zian, tolongin aku!" Seru V

  • Sepupu dari Kampung    Wajah asli keluarga Budhe

    #Sepupu _dari_KampungBab 46Terbuka semuanya Agus menarik tangan Dinar menjauh dari teman-temannya. "Kalau lu tutup mulut, polisi nggak bakalan tahu, bego!" Ucapnya tepat di depan muka Dinar. Dinar tetap menatap dengan mata sedikit melebar. "Meskipun gue tutup mulut, kalau ada orang yang merasa dirugikan, dia pasti akan mengusut tuntas. Hati-hati aja lu!" Dinar melotot, "asal lu tahu, Itu orang lakinya adalah anak pengusaha properti terkenal Pak Hendri Susilo, dan dia sudah beristri. Lu tahu artinya? Perempuan bernama Vivian itu mungkin selingkuhannya!" Agus terdiam dan mikir. Dinar berjalan cepat menjauhinya. "Benar juga kata Dinar, bagaimana kalau perempuan bernama Vivian itu menjebak Suami orang? Wah! Gawat ini." Bola mata Agus bergerak memutar, seperti otaknya yang sekarang dapat memutar dengan benar.**Zian tak jenak di kantor. Sepertinya semua orang sedang mengawasi dan membicarakan tentang dirinya. Zian merasa malu dan tertampar dengan kasus ini. Menyesal telah pergi den

  • Sepupu dari Kampung    Jangan Pergi

    #Sepupu _dari_KampungBab 45Tak ada yang percaya Zian!Zian berpikir sejenak, "kenapa Papa sudah ada di rumah? Bukannya pulangnya nanti sore?"Bergegas Zian keluar dan menemui Alissa sekretarisnya. "Lisa, aku dipanggil Bapak. Tolong kamu re-schedule semua jadwal aku hari ini," kata Zian. "Baik, Pak," sahut Alissa mengangguk.Melewati deretan area meja karyawan kembali Zian menjadi pusat perhatian. Para staf perempuan bahkan ada yang tertawa tertahan. Mereka saling mrlir atau pun melempar pandangan denga kode-kode yang seolah mengolok- olok bosnya. "Ssst, body Pak Zian keren ih, hihi," ucap salah seorang staf perempuan dengan mengedipkan sebelah matanya genit kemudian semuanya terkekeh. Sungguh Zian bahkan sudah menjadi bulan bulanan netizen. Menyetir sendri pulang ke rumah Zian masih belum sadar apa yang terjadi. Lelaki itu memang jarang bahkan hampir tidak pernah bermain medsos. Main game iya tapi, sudah tidak mencandu lagi seperti jamannya kuliah. Dengan tenang Zian memarkirka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status