Short
Penyiksaan Cinta

Penyiksaan Cinta

By:  Jihan UmniaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
12Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ketika aku melahirkan, aku tidak bisa dibius karena alergi terhadap anestesi. Karena itu aku harus menahan rasa sakit saat pisau bedah membelah kulit dan dagingku lapis demi lapis. Suamiku, Surya Ciptadi menangis sambil berkata kepadaku, "Sayang, nggak masalah anak laki-laki atau perempuan, kita nggak akan punya anak lagi. Aku hanya butuh kamu .…" Namun kemudian, dia berselingkuh dan membiarkan wanita itu melahirkan anak laki-lakinya. Dia bahkan membiarkan wanita itu menganiaya putriku, yang dengan susah payah aku lahirkan. Sementara itu, aku menyembunyikan fakta bahwa Surya terkena kanker. Kamu menganiaya putriku, maka aku tidak akan segan-segan mengambil nyawamu. Adil, bukan?

View More

Chapter 1

Bab 1

Di hari Kiky menghilang, aku pergi ke rumah sakit untuk mengambil hasil diagnosis.

Aku minta Surya untuk menjemputnya di taman kanak-kanak.

"Tenang, Sayang. Aku jamin, putri kecil kita akan pulang dengan selamat!"

Namun, pria yang barusan berjanji seribu macam padaku di telepon, justru aku temui di tikungan rumah sakit, dan kami saling bertatapan dengan bingung.

Di dalam pelukannya, ada seorang gadis muda.

Aku tahu siapa dia.

Gadis itu adalah pegawai magang yang selalu dikeluhkan Surya setiap hari, Chika Baskara.

Melihatku, Surya langsung melepaskannya.

Chika meringkuk ketakutan, bersembunyi di belakang Surya.

Satu tangannya melindungi perutnya secara refleks, sementara tangan lainnya menarik ujung baju Surya dengan ragu-ragu.

"Bukannya kamu mau menjemput Kiky?"

Surya melangkah mendekat dengan cepat, lalu memelukku erat-erat. "Tenang, Sayang. Aku sudah suruh supir menjemputnya. Dia pasti baik-baik saja!"

Aku melepaskan diri dari pelukannya dan menatap Chika yang berdiri di belakangnya.

Senyum mengejek di sudut bibirnya dan sekilas tatapan penuh niat jahat itu tidak luput dari pandanganku.

Mungkin inilah naluri seorang ibu, mendadak aku merasa sangat cemas.

Aku menarik tangan Surya dan segera berjalan pergi dengan cepat.

Aku harus melihat Kiky dengan mataku sendiri.

Adapun alasan kenapa Surya dan Chika bisa ada di rumah sakit bersama, aku sudah bisa menduga.

Namun, untuk saat ini, aku tidak punya energi untuk memikirkannya.

Yang kuinginkan saat ini hanya melihat Kiky berdiri dengan selamat di sisiku.

Menyadari dirinya salah, Surya mengikutiku dengan patuh.

Dan sepanjang perjalanan itu, dia tidak menoleh sedikit pun ke arah Chika.

Saat kami hampir masuk mobil untuk pergi, Chika berlari kecil mengejar. "Kak Surya .…"

Surya yang sudah hendak masuk ke mobil, sejenak terdiam.

"Kamu naik taksi saja. Aku masih harus menemani istriku menjemput putri kami."

Setelah berkata begitu, dia langsung menutup pintu mobil dan meninggalkan rumah sakit.

"Maaf, Sayang. Aku bukannya sengaja nggak menjemput Kiky. Chika tiba-tiba pingsan, jadi aku membawanya ke rumah sakit dulu."

"Tapi aku sudah menyuruh supir menjemput Kiky. Tenang saja, dia pasti baik-baik saja."

Surya berkata sambil menggenggam erat tanganku yang terkepal erat.

Aku memandangnya dalam-dalam, lalu menarik tanganku dari genggamannya.

"Fokus saja menyetir."

Melihat wajahku yang muram, Surya berusaha mengatakan sesuatu, tetapi terpotong oleh suara dering telepon.

Dia cepat-cepat memutuskan panggilan dan berkata meyakinkan aku, "Tenang, Sayang. Mulai sekarang, aku nggak akan menerima telepon setelah jam kerja. Setelah menjemput Kiky, kita .…"

Dering telepon kembali berbunyi, kali ini lebih nyaring.

Setelah menolak panggilan sebanyak tiga kali, Surya dengan kesal akhirnya menjawab, "Apa sih yang begitu mendesak sampai harus mengganggu aku di luar jam kerja? Nggak tahu kalau aku sedang bersama istri dan anakku?"

Surya melemparkan ponselnya, lalu melanjutkan, "Sayang, setelah menjemput Kiky, kita bawa dia main ke taman bermain. Setelah makan malam, kita bisa lihat pertunjukan kembang api."

Dari luar, dia tampak serius mengatur rencana malam itu, tetapi gerak-gerik tubuhnya sudah cukup mengungkapkan keresahannya.

Mungkin Surya tidak sadar, telepon yang tadi dijawabnya adalah nomor pribadinya, yang tidak pernah dia pakai untuk urusan pekerjaan.

Aku melirik ke ponsel yang dilemparkannya ke kursi belakang, pesan terus-menerus masuk tanpa henti.

Mencurigakan sekali.

Tak lama, telepon kembali berdering.

Kali ini dari nomor tak dikenal.

Tanpa ragu, Surya menyambungkannya ke bluetooth mobil.

"Halo, ini dari Rumah Sakit Umum Pertama. Apa benar Anda keluarga pasien Chika? Dia bersikeras ingin menjalani aborsi, dan butuh tanda tangan keluarga .…"

Ciiiiittt ….

Tubuhku terdorong keras ke depan hingga kepalaku terbentur dasbor mobil.

Pandanganku langsung berkunang-kunang.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
12 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status