Titan mendengus kesal karena ucapannya tidak dihiraukan. Ia melangkahkan kakinya menuju toilet perempuan dan memperbaiki ikatan rambutnya di sana. Karena jam pertama adalah olahraga dan ia tidak mau kegerahan karena rambut panjangnya sendiri.
Seperti biasa, toilet perempuan akan ramai saat pagi hari dipenuhi siswi-siswi yang berdandan. Mereka memakai berbagai macam dempul yang menurut Titan terlalu tebal. Beberapa dari mereka sudah selesai dan keluar setelah mereka melipat roknya menjadi lebih pendek.
Muka kok putihnya udah kayak tukang sapu jalanan aja, ia membatin heran.
Setelah selesai memperbaiki kuncirannya, ia hendak beranjak keluar, namun gerakan tangannya untuk membuka pintu terhenti kala mendengar suara salah satu siswi.
"Eh, lo yang mau keluar, lo yang disamperin Tristan waktu basket kapan lalu kan?" tanya seorang siswi sambil memakai liptint.
Titan hanya memandangnya dengan kening berkerut, menunggu lanjutan ucapan
"Lo boleh jadiin temen lo itu buat jadi wasit," ujar Tristan sambil menunjuk Rheva yang berada di pinggir lapangan."Oke," Titan menghampiri Rheva dan berucap, "Rev, jadi wasit gih.""Lo serius nerima tantangan tadi mau ngalahain dia?" Rheva menaikkan sebelah alisnya. Mereka lalu kembali ke tengah lapangan."Iya, gapapa. Lagian kalau kalah juga dia nggak mi-""Enak aja! Kalau lo kalah ya lo juga harus ngabulin dua permintaan gue lah, gimana sih?! Di mana-mana ya gitu aturannya, bego!" potong Tristan yang bisa menebak arah pembicaraan Titan.Bahkan jadi babu gue buat seminggu penuh, Tristan membatin."Cih," Titan hanya berde
Bel istirahat pertama berbunyi. Kali ini, tanpa menunggu kelas sepi, Titan langsung ngacir keluar kelas. Sementara Rheva tidak mengikutinya karena hari ini cewek itu dibuatkan bekal oleh asisten rumah tangganya.Titan tahu ke mana kakinya harus melangkah. Area belakang sekolah. Ia akan menagih piala kemenangannya.Benar saja, ia melihat ada empat cowok yang sedang merokok di sana. Titan datang menghampiri Tristan yang sedang tertawa bersama teman-temannya. Keempat cowok itu terlihat asik sekali sampai tidak sadar akan keberadaan Titan yang semakin mendekat.Langsung saja, Titan mengambil rokok di tangan Tristan lalu membuang dan menginjaknya di tanah. Tristan yang kaget otomatis langsung kesal begitu melihat siapa yang datang. Bukan lagi kesal karena rokoknya, melainkan karena ia tahu
"Makasih ya, minyak goreng." Titan turun dari motor Bimo lalu melepas helm dan mengembalikannya pada si empunya."Pala lu minyak goreng. Seenak jidat kalau gonta-ganti nama orang. Kenapa sih, lo nggak pernah bener manggil nama orang? Kalau panggilannya bagus aja gak apa. Sekali-kali panggil gue si cakep lah." Bimo menerima lalu memakai helm itu, kemudian merapikan rambut Titan yang berantakan."Cerewet lo, soalnya nama kalian pada susah-susah sih." Titan cuma balas nyengir."Terserah udel lo aja lah. Yaudah, gue duluan ya," ujar Bimo."Hm...." Titan tersenyum singkat sambil melambaikan tangannya pada Bimo yang sudah berlalu dengan motornya, lalu ia berbalik ingin mengetuk-ngetuk gembok pagar rumahnya.
Mereka berjalan melewati beberapa rumah. Tristan dan Timo di depan, sementara Titan hanya mengikuti beberapa langkah di belakang mereka dalam diam."Adaw!" Titan menabrak bahu Tristan."Melamun aja mulu. Ini rumah gue," ujar Tristan sambil maju lalu membuka pagar dengan sebelah tangannya yang menganggur tidak menggendong Timo."Eh iya." Titan mengamati rumah di depannya.Rumah dua lantai di depannya ini terlihat sangat asri. Dimulai dengan pagar pendek di ujung kiri yang langsung mengarah pada garasi terbuka. Dari samping garasi,ada jalan berbatu dengan kerikil putih yang membelah halaman berumput.Halamannya terbilang cukup luas, terbukti dengan beberapa pohon yang tumbuh di sana da
Setelah menghabiskan makan malamnya, ponsel Titan bergetar. Titan mengangkat ponselnya. Tertera nama "Iblis Senior" di sana, oh abangnya."Halo,Bang Aldo udah di mana?" Titan langsung membuka pembicaraan.".....""Oh, Titan lagi di rumah teman di blok sebelah. Sebentar Titan kirim alamatnya.""Abang kamu mau jemput? Nggak usah ya? Biar Tristan aja yang antarin kamu," pinta Riana tiba-tiba setelah paham isi pembicaraan mereka dari apa yang ia dengar.Tristan langsung cemberut."Eh, Tante nggak usah repot-repot gitu. Abangnya Titan udah dekat kok," ujar Titan sembari menjauhkan ponselnya.
Istirahat pertama ini langsung dipakai Titan untuk menyeret Tristan menuju kantin. Sementara Rheva hanya mau berdiam di kelas karena lagi-lagi membawa bekal.Tristan yang sudah pasrah hanya menurut saja diseret-seret begitu. Ia jadi ingat ketika dia juga sering diseret-seret oleh Timo, adik kecilnya yang bandel ketika merengek menginginkan sesuatu. Diam-diam ia meringis, berasa punya satu adik di rumah dan satu lagi di sekolah. Titan kemudian memesan banyak makanan dan Tristan membayarnya, lalu ia hendak keluar kantin namun tangannya dicekal oleh gadis itu."Lo mau pergi?" tanya Titan sambil menyereput sedikit es tehnya."Iyalah, ngapain gue lama-lama di sini? Muka gue mau taruh di mana kalau mesti nungguin cewek rakus kayak lo?" balas Tristan sarkastis.
Rheva tidak banyak bicara sejak keluar dari rumah. Mereka sudah selesai dengan toko buku lalu sekarang menujuCafeHypez.Titan paham bahwa ia sangat perlu membawa sahabatnya ini melepaskan diri sejenak dari rumah penuh memori itu.Titan memarkirkan mobilnya di parkiran kafe.Mereka masuk dan melihat bahwa semua meja hampir terisi penuh.CafeHypezini memang sedang terkenal. Suasana kafeini sangat nyaman dengan dominasi warna hijau daun di dinding kafe. Kursi? Tidak. Mereka menyediakan sofa yang sangatcozyuntuk bagianindoorkafe.Atap kafe ini transparan, membuat warna hijau kafe ini seolah hidup di bawah terpaan sinar mentari di atas sana.Titan melongok ke kan
Bimo :Besok temenin gue buat beli bahan2 kerja kelompok bisa nggak? Jam 11 gue jemput.Titan : Kelompok apaan memangnya?Bimo : Kelompok Bahasa Indonesia elah, lo mah molor mulu kerjaannya di kelas sih.Titan : Wkwkya maap. Oke, Bimoli.Bimo : Oke sip, putri tidur.*****Besoknya sesuai rencana, Bimo menjemput Titan pukul sebelas pagi. Mereka lalu pergi ke salah satu toko buku terbesar yang ada dimall."Emangnya tugas Bahasa Indonesia apaan sih?" Titan berjalan berdamping