Mereka berjalan melewati beberapa rumah. Tristan dan Timo di depan, sementara Titan hanya mengikuti beberapa langkah di belakang mereka dalam diam.
"Adaw!" Titan menabrak bahu Tristan.
"Melamun aja mulu. Ini rumah gue," ujar Tristan sambil maju lalu membuka pagar dengan sebelah tangannya yang menganggur tidak menggendong Timo.
"Eh iya." Titan mengamati rumah di depannya.
Rumah dua lantai di depannya ini terlihat sangat asri. Dimulai dengan pagar pendek di ujung kiri yang langsung mengarah pada garasi terbuka. Dari samping garasi,ada jalan berbatu dengan kerikil putih yang membelah halaman berumput.
Halamannya terbilang cukup luas, terbukti dengan beberapa pohon yang tumbuh di sana da
Setelah menghabiskan makan malamnya, ponsel Titan bergetar. Titan mengangkat ponselnya. Tertera nama "Iblis Senior" di sana, oh abangnya."Halo,Bang Aldo udah di mana?" Titan langsung membuka pembicaraan.".....""Oh, Titan lagi di rumah teman di blok sebelah. Sebentar Titan kirim alamatnya.""Abang kamu mau jemput? Nggak usah ya? Biar Tristan aja yang antarin kamu," pinta Riana tiba-tiba setelah paham isi pembicaraan mereka dari apa yang ia dengar.Tristan langsung cemberut."Eh, Tante nggak usah repot-repot gitu. Abangnya Titan udah dekat kok," ujar Titan sembari menjauhkan ponselnya.
Istirahat pertama ini langsung dipakai Titan untuk menyeret Tristan menuju kantin. Sementara Rheva hanya mau berdiam di kelas karena lagi-lagi membawa bekal.Tristan yang sudah pasrah hanya menurut saja diseret-seret begitu. Ia jadi ingat ketika dia juga sering diseret-seret oleh Timo, adik kecilnya yang bandel ketika merengek menginginkan sesuatu. Diam-diam ia meringis, berasa punya satu adik di rumah dan satu lagi di sekolah. Titan kemudian memesan banyak makanan dan Tristan membayarnya, lalu ia hendak keluar kantin namun tangannya dicekal oleh gadis itu."Lo mau pergi?" tanya Titan sambil menyereput sedikit es tehnya."Iyalah, ngapain gue lama-lama di sini? Muka gue mau taruh di mana kalau mesti nungguin cewek rakus kayak lo?" balas Tristan sarkastis.
Rheva tidak banyak bicara sejak keluar dari rumah. Mereka sudah selesai dengan toko buku lalu sekarang menujuCafeHypez.Titan paham bahwa ia sangat perlu membawa sahabatnya ini melepaskan diri sejenak dari rumah penuh memori itu.Titan memarkirkan mobilnya di parkiran kafe.Mereka masuk dan melihat bahwa semua meja hampir terisi penuh.CafeHypezini memang sedang terkenal. Suasana kafeini sangat nyaman dengan dominasi warna hijau daun di dinding kafe. Kursi? Tidak. Mereka menyediakan sofa yang sangatcozyuntuk bagianindoorkafe.Atap kafe ini transparan, membuat warna hijau kafe ini seolah hidup di bawah terpaan sinar mentari di atas sana.Titan melongok ke kan
Bimo :Besok temenin gue buat beli bahan2 kerja kelompok bisa nggak? Jam 11 gue jemput.Titan : Kelompok apaan memangnya?Bimo : Kelompok Bahasa Indonesia elah, lo mah molor mulu kerjaannya di kelas sih.Titan : Wkwkya maap. Oke, Bimoli.Bimo : Oke sip, putri tidur.*****Besoknya sesuai rencana, Bimo menjemput Titan pukul sebelas pagi. Mereka lalu pergi ke salah satu toko buku terbesar yang ada dimall."Emangnya tugas Bahasa Indonesia apaan sih?" Titan berjalan berdamping
Titan mendengus.Mooduntuk makan es krim berkurang karena ia sekarang sendirian, namun ia tetap melangkahkan kakinya ke dalam toko es krim.Tak lama kedua sudut bibirnya terangkat ketika menemukan orang yang baru saja ia temui di toko buku. Cowok itu sedang duduk sendirian di salah satu meja dengan mangkuk berisi tigascoopes krim di depannya. Es krim itu bahkan tidak disentuhnya sama sekali. Ia sibuk memainkan ponselnya.Titan memutar balik, masuk melewati samping toko dan berjalan mengendap-endap di belakang cowok itu, lalu ..."DOOORRRR!!!" Titan menepuk keras punggung Tristan."ANJIR!!" Cowok itu terlonjak kaget lalu memutar kepalanya melihat Titan. Ekspresinya langsung berubah cemberut, "ud
Di sinilah Tristan. Mengangkat sebelah alisnya menatap cewek di depannya. Hari ini Senin dan ia sudah sangat malas untuk sekadar masuk sekolah, namun dirinya semakin malas begitu istirahat pertama ia dan teman-temannya yang memutuskan untuk makan di kantin malah diganggu oleh Titan.Cewek itu langsung duduk di samping Tristan dan menarik Rheva untuk duduk di sampingnya juga. Memaksa Tristan untuk bergeser ke kanan semakin merapat ke dinding kantin.Tristan menghela napas panjang. Dalam hati ia membatin ia harus segera mandi kembang tujuh rupa untuk melepaskan segala kutukan yang mengharuskan ia berurusan dengan Titan. Niatnya untuk mengganggu Titan karena kejadian kopi panas sekitar dua minggu lalu memang masih ada, namun justru cewek ini yang terus mengganggunya."Jangan protes, trakt
Jam dihandphoneTitan menunjukkan angka 8.00. Hari ini Titan terlambat. Salahnya Aldo karena telat membangunkannya. Sekarang ia hanya bisa menatap gerbang tinggi sekolahnya. Ia hanya harus memanjat, itu urusan gampang baginya.Masalahnya, ada makhluk berbahaya di sampingnya yang ternyata juga datang terlambat. Tristan. Cowok itu datang dengan rambut acak-acakan dan seragam yang sangat tidak memenuhi aturan sekolah. Ia melirik Titan dengan sinis.Bekas luka di lutut Titan semenjak kejadian dua minggu lalu di gerbang belakang ini masih terlihat jelas. Jangan sampai lututnya menambah luka baru.Sedangkan Tristan tampak tak peduli. Ia langsung memanjat dengan lincahnya gerbang setinggi 2,5 meter itu. Sampai di atas, ia langsung melompat dan mendarat sempurna di balik ge
Titan masih asik tertawa dan Tristan masih cengo sampai akhirnya sebuah teriakan menyadarkan mereka berdua. Membuat keduanya langsung diam."ADUH! Bunganya jadi rusak gara-gara kalian!" Pak Budi berteriak dari pinggir kebun. Tukang kebun itu menenteng sekop dan sudah memayungi dirinya sendiri.Titan dan Tristan otomatis menoleh, lalu menunduk melihat letak jatuhnya Titan. Ya, cewek itu terjatuh dan menghancurkan bunga-bunga itu dengan mendudukinya."Kabur?" tanya Titan yang langsung diangguki oleh Tristan.Tristan menarik Titan berdiri lalu mereka berlari menuju pondok, mengambil tas ransel masing-masing. Pak Budi berusaha mengejar mereka, namun tukang kebun yang berbadan gembul ituterlihat kesulitan akibat beceknya tanah yang l