Share

Seribu Pintu Sindukala
Seribu Pintu Sindukala
Penulis: Ayu Katumiri

Prolog

Hanya bunyi detak jantung yang menemani kesadarannya dalam gelap. Satu per satu, helaan nafas mengiringinya.   Perlahan-lahan, rasa sakit menggerogoti otot dan tulangnya yang semula mati rasa. Perih di tenggorokannya membuatnya tidak mampu mengeluarkan suara.  Darah menetes, menciprat, mengotori ruangan putih yang (katanya) suci itu.

Jemari-jemari lentik dan putih beraroma bunga kacapiring, menyentuh pipi dan mencubit dagunya. Raesaka membuka matanya, menatap lurus pada ibunya, yang kini duduk di sampingnya, dengan rambut ikalnya yang terurai panjang. Di sekeliling mereka, bayangan-bayangan gelap dan samar bermunculan, menggeliat membentuk manusia-manusia tinggi berpakaian serba hitam dan berwajah buram.

Tapi, tidak ada yang lebih menyakitkan selain menatap pandangan ibunya yang damai, dan senyuman lembutnya saat itu. Dengan ekspresi yang sama, ibunya menodongkan pistol tepat di depan mulut Raesaka. Bibirnya yang kemerahan bergerak mengatakan sesuatu.

“Apa kamu sudah sadar, Re? Manusia mengais-ngais keadilan dengan cara yang tidak adil, dan kamu adalah bagian dari Sistem itu.”

Orang-orang itu tertawa cekikikan, lalu terbahak-bahak, menggema hingga ke udara.  

“Di balik pintu-pintu ini ada ribuan pintu lagi yang harus kamu lewati, dan kamu akan menjadi bagian dari orang-orang yang mendaki gunung-gunung kertas. Kamu harus mengais kertas demi kertas, demi sesuatu yang penting, yang harus kamu selesaikan. Barangkali sesuatu itu terselip di suatu tempat. Nah, Kamu punya apa? Ilmu? Uang? Kedudukan? Apa pun boleh kamu usahakan, yang penting selalu patuh pada Sistem, karena Sistem lebih penting daripada teori tentang prosedur, moral dan keadilan.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status