Happy Reading*****"Mas kamu baik-baik saja, kan?" tanya Risma. Tak tahan melihat tingkah laku suaminya yang terbilang di luar kebiasaan."Sangat baik, Sayang." Tak disangka-sangka, Riswan menangkupkan tangannya di atas tangan Risma. Menelusupkan jemarinya, tersenyum begitu manis dan mengecup tangan itu sepenuh perasaan.Risma diam mematung. Bukannya bahagia, dia malah bingung. Menatap ke arah Farel, memainkan dagu dan mata. Seolah perempuan itu bertanya pada sang dokter, ada apa sebenarnya dengan suaminya.Farel mengedikkan bahu dan tersenyum. Lalu, berdeham keras. "Bisa kali, mesra-mesraannya di rumah atau di kamar saja. Ada jomblo lho di sini.""Makanya nikah," seloroh Riswan tak terima, "aku percaya kalian berdua nggak akan mengkhianatiku, jadi mulai sekarang aku nggak akan marah atau cemburu lagi.""Benarkah itu? Gimana kalau Risma malah memilihku karena kamu nggak kunjung memberikan hak sebagai istri sepenuhnya?" Farel menatap Risma. Perempuan itu sudah melotot terlebih dahulu.
Happy Reading*****Meluapkan emosi dan juga kesedihannya, menangis adalah salah satu cara Risma. Perempuan itu menelungkup di ranjang kamar dengan menggunakan daster batik. Baju baru itu sudah dia singkirkan ke dalam koper bersama tumpukan pakaian yang telah digunakan untuk menggoda suaminya, tetapi tidak berhasil. Biarlah semua pakaian itu menjadi saksi betapa selama ini usaha Risma selalu gagal. Bukan dia yang memiliki masalah, tetapi suaminya. Bahkan kejadian tadi sungguh sangat menyakiti harga diri sebagai istri. Riswan yang memintanya sendiri untuk berpakaian menarik, serta berdandan dan mendatanginya, tetapi mengapa lelaki itu juga yang menolak. Risma manatap tampilannya pada cermin. Sedikit mendongakkan kepala. Harus dengan cara apalagi dia mendekati suaminya. Apakah tampilannya benar-benar menjijikkan. "Aku nggak mungkin seperti ini terus. Aku harus tahu apa sebenarnya yang terjadi dengan Mas Riswan." Risma bangkit dari pembaringan. Walau indera penglihatannya terasa bengk
Happy Readig*****Riswan meminum air dingin di hadapannya kembali. Helaan napasnya terdengar keras. "Susah buat aku mengakui semua kesalahan itu, Rel. Sampai saat ini aku berusaha keras untuk keluar dan nggak terjebak lagi dengan keputusan salah itu.""Tak pikir-pikir, kamu tuh aneh. Hidup cuma sekali kenapa dibikin ribet. Sebagai lelaki kamu itu sudah memiliki kriteria idaman semua orang. Punya usaha yang mapan, ganteng iya, punya istri cantik dan baik. Apalagi yang membuatmu nggak bisa keluar dari keputusan salah itu. Lingkungan dan keluargamu pastinya selalu mendukung apa pun yang kamu putuskan.""Kapan-kapan, aku cerita lagi saat sudah siap. Nge-game yuk! Sudah lama nggak mabar."Ucapan Riswan tak urung membuat Farel gemas. Dilemparnya buah anggur di meja pada sahabatnya itu. "Beneran edan kamu. Capek-capek nungguin pengen denger curhatanmu. Eh, sekarang malah ngajak mabar. Pulang sana! Sudah malam, lagian kita bukan anak-anak lagi besok aku dinas pagi di RS umum," bohong Farel.
Happy Reading*****Setelah kepergian suaminya, Risma menghubungi Iklima. Tadi pagi, dia sudah sempat mengatakan akan datang ke rumah ibu satu anak itu. Cuma sedetik menunggu, balasan chat-nya sudah terlihat."Aku tunggu di rumah. Kebetulan lagi free pagi ini, tapi siang aku harus ke rumah sakit," tulis Iklima, "nggak papa, ya, Say.""Santai, Mbak. Dibolehin main ke sana aja udah seneng banget. Kangen deh sama si imut Dara."Apa yang ditulis Risma adalah ungkapan hati. Betapa dia merindukan sosok mungil nan menggemaskan putri Iklima. Pertemuan mereka beberapa waktu lalu terasa sangat kurang karena terlalu singkat.Baik Iklima maupun Risma dikejar waktu. Ya, keduanya sempat bertemu di suatu rumah makan sederhana bersama dengan Farel. Awal mula ketemuan juga karena dokter muda itu mengatakan rindu pada Dara, tetapi karena panggilan darurat dari klinik. Farel mengajak Risma segera kembali dan melanjutkan pekerjaan."Udah nggak sabar pengen ketemu si kecil yang menggemaskan," gumam Risma
Happy Reading*****"Kenapa ketawa, sih, Dok?" tanya Risma, "apa yang tak omongin tuh beneran. Saking lancarnya acara semalam sampai pengen amnesia, deh."Saat itu ada Mbak Yeni, asisten rumah tangga Iklima datang membawakan minum dan stoples kue kering. Istri Riswan itu langsung mengambil minuman dan memindahkan ke kerongkongan hingga tersisa setengah gelas. Si dokter beserta Iklima menatap Heran."Jadi kamu nggak tahu kalau suamimu keluar rumah? Pantesan dia ngajakin aku begadang semalam. Ternyata kamu tinggal tidur?" Farel terus saja tertawa.Dalam hati, Risma menyesal telah berpikir negatif semalam. Ternyata Riswan malah bersama sahabatnya. "Ngapain begadang sampai malam, Dok?""Mau ngapain lagi selain nge-game.""Ish, kalian berdua itu. Nggak inget umur apa kok masih nge-game aja?" sela Iklima ditengah percakapan Farel dan Risma."Ris, kayaknya kamu harus lebih sabar, deh, ngadepi tingkah Riswan," kata Farel bersungguh-sungguh. "Aku nggak tahu apa yang terjadi sama suamimu, tapi
Happy Reading*****Sebelum jam dua belas siang, Risma sudah kembali ke rumah. Terngiang perkataan Iklima tadi. Salah satu hal yang tak pernah dibayangkan dan terpikirkan olehnya. Aktivitas Riswan pada ponsel dan juga laptop sangatlah tinggi. Hampir seluruh pekerjaannya dilakukan pada dua benda canggih itu. Entah pengetahuan dari mana, perkataan Iklima tadi membuat Risma takut. Jaman semakin canggih dan segala hal yang tidak mungkin bisa terjadi. Sesampainya di rumah, istri Riswan itu tak langsung ke dapur, tetapi berjalan masuk ke kamar tempat suaminya bekerja. Kamar yang menjadi saksi bisu betapa kecewa hatinya semalam. Risma, mencari laptop suaminya. Namun, tak juga ditemukan. Laci yang tidak tertutup sempurna memperlihatkan ada benda pipih milik Riswan tertinggal di sana. Risma mencoba membuka layar, tidak terkunci. Sepengetahuannya, ponsel Riswan selalu memiliki pola untuk membuka layarnya, tetapi ini tidak. Perempuan itu membalik ponsel berwarna silver menelitinya dengan seks
Happy Reading*****Risma berbalik arah ketika mendengar teriakan suaminya. "Aku memang sangat menginginkan ini, Mas. Karenanya yakinkan hatimu bahwa Mas sanggup melakukannya. Bukan coba-coba seperti yang sudah-sudah dan berakhir kekecewaan mendalam." Dia pun melanjutkan langkahnya menuju kamar. Ketakutan akan kekecewaan yang terulang membuat Risma memberanikan diri menolak suaminya. Tahu betul apa konsekuensi yang akan diterimanya nanti, Risma beristigfar sepenuh hati. Kemarahan menguasai Riswan. Dia kembali masuk kamar kerjanya. Membanting pintu hingga berdebum keras. Risma terjingkat, dia yakin suaminya marah besar.Sekitar setengah jam kemudian, Riswan ke kamar yang sama di mana Risma berada. Melewati begitu saja istrinya yang tengah membaca buku sambil rebahan. Masuk ke kamar mandi. "Kenapa Mas Riswan lama sekali mandinya?" Risma mulai bertanya-tanya. Sudah setengah jam lebih, lelaki itu belum keluar. Suara gemericik air yang disiramkan ke tubuh pun tak terdengar. Risma begit
Happy Reading*****Risma menutup aplikasi chat dengan cepat. Beralih pada aplikasi sosial media lainnya. Sebuah akun dengan aplikasi berlogo kamere warna pink, di pencet. Bukan nama Riswan yang muncul, tetapi nama lain."Ini tuh beneran HP-nya Mas Riswan bukan, sih? Kenapa nama akunnya bukan dan ini apa profilnya kok aneh banget." Risma makin penasaran. Dia mencoba login, tetapi terkendala pasword yang harus dimasukkan.Mencoba peruntungan dengan mengetikkan tanggal lahir suaminya, tetapi gagal. Risma tampak berpikir dan berbicara sendiri. Mencoba tanggal lahirnya juga salah. Komposisi nama dan juga tanggal lahir Riswan juga salah."Duh, akun siapa ini sebenarnya kenapa susah banget dibuka." Risma meremas rambutnya. Lama mengutak-atik ponsel itu, tetapi belum ketemu komposisi pasword yang pas.Putus asa, Risma mencatat nama akun itu. Akan mencoba membuka isinya lewat akun miliknya. Risma keluar kamar dan meletakkan kembali posel itu.Sebelum berselancar di dunia maya, Risma menyempat