Share

Bab. 5

Penulis: Yaya Chomel
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-19 15:37:47

"Mama, Tasya mau sama mama juga papa," gadis kecil itu merengek dan berusaha mengangkat kepalanya dan menoleh pada mama juga papanya.

"Tasya anak pinter, pulang ya, kasihan si mbaknya thu," Cahaya menciumi kepala bagian belakang Anatasya, "Tasya mau sama papa," tangan kecil dan gemuk itu mencoba meraih bahu kokoh Dirga, namun dengan cepat Cahaya menekuknya dan menyembunyikan tangan itu di ketiak pengasuhnya.

"Nyonya, Tuan, kami pulang dulu," pamit sang pengasuh, yang di angguki oleh keduanya, "mbak tunggu," Cahaya memanggil mbak Sri kemudian mendekat dan menyerahkan tas plastik hitam yang berisi sop yang dia olah tadi dari dalam tas slempangnya, mata Dirga memincing menatap heran pada mantan istrinya.

Dirga tercengang saat dari kejauhan netranya melihat wajah Tasya, mata itu, wajah itu, sepertinya dia familiar. Tapi wajah siapa? Tiba tiba tempurung kepalanya di penuhi pertanyaan siapa gadis kecil itu, kenapa dia mirip seseorang yang pernah dia lihat.

"Tuan," Dirga tersentak lalu menoleh pada Cahaya yang menatapnya sedikit lebih dekat, "kamu apa-apaan, sih!" hampir saja Dirga mendorong tubuh Cahaya karena terkejut.

Cahaya menarik wajahnya lalu menunduk dan menahan tawa, sungguh menggemaskan mantan suaminya itu. Mirip dengan Tasya jika kaget, matanya yang bulat dengan alis yang tebal dan menukik serta bulu matanya yang panjang, sungguh itu membuat Cahaya betah berlama-lama memandang wajah Dirga.

Dalam perjalanan pulang, Dirga dan Cahaya hanya diam seribu bahasa, mereka diam dengan pemikiran masing-masing.

Sejenak Dirga menarik nafas kasar lalu menghembuskan perlahan, ingatannya masih seputar gadis kecil yang memiliki mata dan wajah familiar, dan sepertinya dia pernah melihat wajah itu. Tapi, di mana?

Tanpa sadar, Dirga memukul kemudi dan menyikut pintu yang berada di sebelahnya, Cahaya yang kaget refleks menoleh, "Mas, kamu kenapa?" tanyanya yang kemudian merubah posisinya menjadi menghadap kearah Dirga.

Saat tatapan mereka bertemu, Cahaya sadar lalu menunduk, "maaf, Tuan," katanya yang kemudian kembali ke posisi semula, membuang pandangan keluar adalah jalan terbaik bagi Cahaya saat ini.

Tadi sebelum mendengar bunyi seperti orang terbentur, Cahaya memikirkan keadaan putrinya, dan dia sangat yakin pasti setelah bertemu dengan Dirga, gadis kecil itu akan selalu merengek.

"Mama, kenapa Tasya ngga punya papa?"

"Mama, kenapa papa Tasya ngga pulang pulang?"

"Mama suruh papa pulang, Tasya pengen di gendong," dan masih banyak rengekan serta pertanyaan gadis kecil itu dan membuatnya bingung untuk menjawab. Dan karena itu kini ia berada di sini dan ingin membuktikan dia tidak bersalah dan tidak pernah selingkuh. Setelah meminta mbak Siti pulang kampung terlebih dahulu dan dia menggantikan sementara. Walau mbak Siti pulang kampung dan tidak bekerja, wanita itu akan tetap mendapat bayaran seperti biasa.

Dirga berpikir dan sedikit senang hari ini karena bisa menggagalkan pertemuan mantan istrinya dengan kakak lelakinya yang ia duga selingkuh.

"Tadi asisten mama telepon, katanya dia sudah sampai di rumah. Aku harap kau bisa bekerja dengan baik, dan rawat mamaku selama dia di sana," dengan dingin dan nada memerintah Dirga berbicara, sedang Cahaya hanya mengangguk tanpa memandang kearah Dirga yang sedang mencuri pandang kearah dirinya.

"Dengar apa yang aku katakan!!" Dirga berteriak kesal, kesal karena merasa tidak di perhatian, Cahaya akhirnya menoleh, mengangguk dan menjawab, "iya dengar, Tuan," dengan nada biasa walau hatinya kesal, dan di indera pendengaran Dirga jawaban Cahaya seperti mengejek.

"Baru satu hari sudah bosan menggantikan mbak Siti?" kata Dirga yang bermaksud menyindir. Tapi, Dirga kembali kesal karena sepertinya Cahaya berpura pura tidak mendengar ocehannya.

"Oya, tadi anak kecil itu kamu kasih apa?" Dirga ingat tadi Cahaya menyerahkan plastik hitam yang entah isinya apa, Cahaya yang merasa di tanya menoleh sebentar lalu menatap kedepan.

"Hanya cokelat, saya 'kan begitu, kalau sedang sedih atau menangis pasti makan cokelat agar hati saya baikan, begitu juga anak itu. Semoga setelah makan cokelat yang saya beri, sedih di hatinya berganti dengan kebahagiaan," hati Dirga mencelos mendengar ucapan wanita di sampingnya yang seakan mengingatkan masalalu mereka, sebenarnya Cahaya tidak suka makan cokelat.

"Makanlah cokelat ini, kata orang, jika sedang sedih dan makan cokelat ini akan kembali bahagia, karena ada kandungan bahan yang membuat yang memakannya merasa senang dan kembali bahagia," kata Dirga dulu saat pertama kali bertemu dengan Cahaya yang sedang menangis, bukannya tertawa Cahaya semakin memangis mendengar selorohan lelaki yang baru ia kenal itu.

Berniat menghibur memang, tapi, dia menghindari cokelat karena berat badannya yang dulu terus meningkat dan membuat mantan pacarnya dulu mengejeknya dan akhirnya Cahaya diet, karena kebablasan akhirnya kini dia kurus dan pacarnya semakin mengejek, "apa kau tidak bisa mempunyai tubuh seksi? Perempuan kok punya badan selain gemuk trus kurus? Sudahlah, malas aku berpacaran dengan cewek kurus kaya kamu," gerutu dan protes mantan pacar Cahaya dulu yang membuat ia menangis dan malah mempertemukan dirinya dan Dirga.

Karena sering bertemu dan ada ketertarikan akhirnya muncullah rasa pada keduanya yang pada akhirnya Dirga menyatakan perasaannya dan di sambut oleh Cahaya. Setelah berpacaran selama setahun, mereka memutuskan menikah.

Perbedaan status keluarga membuat mama dari Dirga tidak menyukai dan tidak menyetujui pernikahan itu, dan mama Dirga malah sering menjodohkan Dirga dan Tiara, anak dari rekan bisnis suaminya.

Hingga suatu hari puncaknya mama Dirga datang dan menyuruhnya menanda tangani surat gugatan cerai, saat itu Cahaya yang sedang hamil muda menolak dengan dalih mencintai Dirga dan anaknya membutuhkan ayahnya.

Karena penolakan itu, ibu mertua Cahaya selalu menindas dan berkata yang sering menyakiti hati Cahaya, "dasar perempuan miskin, bisanya menegadahkan tangan saja pada suami, bisanya memeras uang kerja suami, apa kamu tidak kasihan pada anakku? Andai Dirga menikah dengan Tiara yang sederajat, pasti hidupnya akan selalu bergelimang harta dan bahagia. Dan kenapa kau dan anak yang berada di perutmu itu tidak mati saja, biar Dirga bisa menikah dengan Tiara," saat itu Cahaya yang penakut dan penurut hanya bisa diam dan menangis dalam diam, tidak berani menceritakan semua pada lelaki yang berstatus suaminya. Walau Cahaya tahu Dirga akan membela dirinya, hingga akhirnya ia meminta izin pada Dirga untuk bekerja.

"Uang yang aku berikan kurang sehingga kamu pengen kerja?" tanya Dirga kala itu saat mendapati dirinya tengah meminta izin, dengan alasan bosan di rumah dan ingin melihat dunia akhirnya Dirga mengizinkan.

Dan dunianya mulai hancur saat mantan kakak iparnya mencoba menggodanya, hingga menyatakan perasaannya dan berakhir pada penjebakan dan perpisahan yang saat itu di mana Dirga mengucapkan kata talak dan tidak mau mendengarkan penjelasannya.

Dan setelah surat cerai itu turun, Cahaya memilih menghilang. Lalu membesarkan dan merawat janin yang kian hari tumbuh tanpa ayahnya ketahui.

Mengingat itu hati Cahaya menjadi sedih kembali, "turun!!" Cahaya tersentak kaget karena Dirga berkata seperti sedang berteriak, Cahaya menatap sekitar dan ternyata mereka sudah sampai.

Saat Cahaya keluar dari mobil, pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah wanita paruh baya sedang duduk di atas kursi roda, dan di sampingnya berdiri seorang perempuan seumuran dengan dirinya sedang memegangi kursi roda itu.

Dirga keluar dari mobilnya setelah mematikan mesin mobil itu, membuka pintu, berlari sambil merogoh kunci cadangan yang selalu ia bawa dan segera membuka pintu rumah, sedang Cahaya memilih menurunkan semua belanjaan yang tadi ia dan Dirga beli. saat menunduk dan mengambil barang-barang itu, ekor mata Cahaya tidak sengaja menangkap mantan mertuanya sedang menatap dirinya.

"Mas, kok dia ada di sini, sih?" tanya Tiara berbisik sambil menunjuk Cahaya yang sudah berjalan masuk, kedua tangannya menenteng kantong plastik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 24

    “Mas Dirga, menurutmu.. apa. kita bisa benar-benar hidup tenang mulai sekarang?” Cahaya bertanya dengan suara pelan, pandangannya menatap jauh ke luar jendela, seolah-olah mencari jawaban yang tersembunyi di antara langit yang cerah pagi itu. Dirga berdiri di sampingnya, mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Cahaya. Dirga tersenyum, menatap Cahaya dengan kelembutan yang terpancar dari matanya. “Ya, Cahaya. Aku yakin ini adalah awal yang baru untuk kita. Semua telah selesai. Semua luka dan rasa sakit itu... kita bisa mulai menyembuhkannya bersama.” Mereka berdua berdiri di ambang jendela, menikmati sinar matahari pagi yang terasa begitu hangat dan menenangkan. Di balik semua konflik dan perjuangan, hari ini terasa seperti pagi yang istimewa—sebuah permulaan dari hidup yang mereka idamkan. Di ruang tamu, suara tawa kecil Tasya terdengar, memecah keheningan yang menyelimuti mereka. Cahaya tersenyum, kemudian menoleh pada putri kecil mereka yang sedang bermain dengan bonekanya di

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 23

    “Dirga, pernahkah kau benar-benar memahami rasa sakit yang kusimpan selama ini?” Cahaya bertanya dengan suara pelan, matanya menatap lurus ke arah Dirga yang duduk di sampingnya. Pertanyaan itu terdengar seperti beban yang terpendam bertahun-tahun, yang akhirnya terungkap dalam satu tarikan napas. Dirga terdiam, membiarkan kata-kata Cahaya memenuhi ruang di antara mereka. Hatinya mendadak berat, penuh penyesalan yang selama ini ia simpan. “Cahaya, aku tahu aku telah melakukan banyak kesalahan. Tapi... apakah kau bersedia memberiku kesempatan untuk menebus semuanya?” Cahaya menunduk sejenak, memandangi tangannya yang terlipat di pangkuan. Ia menarik napas panjang, mencoba meredakan perasaan yang bercampur aduk dalam dadanya. “Dirga, bukan tentang memberimu kesempatan. Ini lebih kepada... rasa sakit yang terlalu lama kusimpan sendirian. Semua yang kuhadapi selama ini... seolah tidak ada yang benar-benar memahami atau bahkan ingin mendengarnya.” Dirga menatap Cahaya dengan penuh kesun

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 22

    “Kau sudah tahu apa yang terjadi dengan Gilang?” Dirga mendengar suara Roni di telepon, bernada serius dan tenang. Panggilan dari Roni ini terasa mendadak dan memunculkan perasaan yang bercampur aduk dalam hati Dirga. “Apa yang kau temukan, Roni?” Dirga mencoba menahan napas, tahu bahwa sahabatnya tidak akan menelepon jika tidak ada berita penting. Roni menarik napas panjang sebelum menjawab. “Aku berhasil menemukan bukti yang cukup kuat. Gilang terlibat dalam jaringan korupsi besar yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Bukti ini bisa menjatuhkannya sepenuhnya, Dirga.” Dirga terdiam, meresapi informasi itu dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Sebagai adik, ia merasa terkejut dan terluka, namun sebagai seorang pria yang telah melihat banyak tindakan manipulatif dari Gilang, ia menyadari bahwa ini adalah jalan keadilan yang akhirnya terungkap. “Dan pihak kepolisian sudah tahu semua ini?” Dirga bertanya, suaranya nyaris berbisik. “Ya. Aku sudah menyerahkan semua b

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 21

    “Cahaya, kau pikir bisa terus bertahan? Kau tak lebih dari bayangan yang hanya membawa malapetaka,” ujar Tiara dingin, tatapannya tak beranjak dari sosok Cahaya yang berdiri di samping Dirga.Cahaya menahan napas, menatap lurus ke arah Tiara dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tidak akan mundur demi keluargaku, Tiara. Apa pun rencanamu, kau tak akan berhasil memisahkan aku dari Tasya dan Dirga.”Tiara hanya tersenyum sinis, lalu melangkah mundur. “Kita lihat saja seberapa kuat kau bertahan,” katanya sebelum pergi dengan langkah angkuh yang menusuk.---“Sudah cukup semua ini, Gilang!” Dirga menatap kakaknya yang berdiri tak jauh darinya, tatapan mata mereka saling berseteru dalam diam yang mencekam. Cahaya berdiri di samping Dirga, menggenggam tangan suaminya dengan erat, sementara Tasya berada dalam pelukannya.Gilang tertawa sinis, matanya menyiratkan kebencian yang selama ini tersembunyi di balik topeng saudara. “Kau pikir bisa hidup bahagia, Dirga? Kau kira akan bebas dari bay

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 20

    "Cahaya, kau benar-benar percaya kita akan aman sekarang?" Dirga memandang ke arah Cahaya, matanya dipenuhi kekhawatiran. Dia mencoba menyembunyikannya, tetapi Cahaya dapat melihat bahwa ketakutan itu perlahan menggerogoti ketenangan suaminya.Cahaya menghela napas pelan, menatap Dirga dengan pandangan yang lembut namun penuh keyakinan. "Aku tidak tahu, Dirga. Tapi yang pasti, aku tidak akan biarkan siapa pun menyakiti kita lagi. Bukan Tiara, bukan Gilang, bukan siapa pun."Dirga meraih tangan Cahaya, menggenggamnya erat. "Kita sudah berjuang sejauh ini, Cahaya. Aku hanya ingin kita bisa hidup tenang, tanpa ancaman yang terus menghantui. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu keluarga kita."Belum sempat Cahaya membalas, terdengar suara tawa riang Tasya dari ruang tamu, disusul langkah kaki kecil yang berlari mendekati mereka. "Mama, Papa! Lihat, aku membuat gambar kita bertiga!" serunya, menunjukkan kertas berisi gambar sederhana mereka dalam balutan warna-warni cerah.Cahaya

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 19

    “Kau tidak akan mengabaikan ini lagi, Dirga,” kata Gilang dengan nada penuh penekanan. Semua mata tertuju padanya. Cahaya berhenti bergerak, piring di tangannya kini diletakkan di atas meja dengan pelan. Suasana di ruang makan itu berubah, ketegangan menggantung seperti awan gelap yang menutupi pagi. “Aku tidak mengerti maksudmu,” jawab Dirga, matanya menyipit, memandang Gilang dengan kewaspadaan yang semakin tajam. Cahaya merasakan aliran adrenalin di tubuhnya, jantungnya berdetak cepat namun ia berusaha tetap tenang. Di dalam pikirannya, rencana yang telah ia susun semalaman terasa semakin mendesak untuk diwujudkan. “Kau akan mengerti setelah ini.” Gilang melangkah maju, mengambil posisi di tengah ruangan, seakan ingin memastikan bahwa ia menjadi pusat perhatian. Cahaya menatapnya dengan hati-hati, berusaha membaca setiap gerakan dan ekspresi di wajah Gilang. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih putus asa dan terdesak daripada biasanya. Di saat yang sama, Tiara melangkah

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 18

    “Kau pikir aku akan diam saja menyaksikan semuanya berantakan?” Gilang berdiri di ujung ruangan, tangan terkepal di samping tubuhnya. Suaranya rendah tapi penuh ancaman. Tiara, yang duduk di sofa mewah dengan kaki disilangkan, hanya mengangkat alisnya. Ia tampak tak terpengaruh oleh amarah Gilang, namun kilatan matanya menunjukkan bahwa ia sama sekali tak lengah. “Gilang, apa kau benar-benar berpikir kau bisa mengontrol semuanya? Lihat sekelilingmu,” ucap Tiara, nada suaranya setengah mengejek. “Dirga tak lagi mempercayaimu. Cahaya... wanita itu mulai membuat langkah yang tak kau duga. Dan kau di sini, menggertakku, seolah aku yang menjadi ancaman terbesarmu.” Gilang melangkah maju, bayangan lampu chandelier memantulkan wajahnya yang tegang. “Kau tak tahu apa yang aku hadapi, Tiara. Kau hanya datang ke dalam hidup Dirga dengan satu tujuan—uangnya. Tapi ini lebih dari itu. Ini tentang kehormatanku. Keluarga ini adalah milikku, dan aku tak akan membiarkan Cahaya menghancurkan semua ya

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 17

    Suara sirine memecah keheningan malam, menggema di sekitar rumah besar keluarga Bagaskara. Para pria berbadan tegap yang menahan Dirga dan Cahaya saling berpandangan panik, menyadari bahwa keadaan mulai berbalik. Gilang mengepalkan rahangnya, sorot matanya memancarkan amarah dan kecemasan. Dalam sekejap, ia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk melepaskan Dirga dan Cahaya. “Pergi sekarang!” perintah Gilang kepada kedua pria itu. Tanpa menunggu perintah kedua, mereka melepaskan cengkeraman mereka dan melarikan diri keluar rumah, menghilang di balik kegelapan malam. Gilang, dengan wajah penuh emosi, memandang Dirga yang masih tersungkur di lantai. Namun sebelum Gilang bisa bergerak lebih jauh, beberapa polisi muncul dan menyuruhnya berdiri dengan tangan diangkat. “Gilang Bagaskara, Anda ditahan atas tuduhan konspirasi dan percobaan penyerangan,” ujar seorang polisi tegas, suaranya menggema di ruangan yang kini dipenuhi ketegangan. Wajah Gilang pucat, tetapi ia hanya mengangguk ke

  • Setelah 5 Tahun Berpisah    Bab. 16

    “Kamu benar-benar percaya padanya, Mas Dirga? Itu hanya trik murahan!” Tiara berteriak, suaranya menusuk malam yang sunyi. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda di wajah Dirga. Kebimbangan yang biasanya meliputi sorot matanya kini menghilang, digantikan oleh tekad yang kuat. “Cukup, Tiara,” ujar Dirga tegas. “Aku sudah cukup dibutakan oleh kebohongan selama bertahun-tahun. Aku ingin mendengar kebenaran, bukan kebohongan lagi.” Tiara terdiam, rahangnya mengeras saat ia menyadari bahwa Dirga tak lagi mudah dipengaruhi. Gilang, yang sejak tadi berdiri di sudut ruangan dengan tangan bersilang di dada, melangkah maju. Senyum sinis menghiasi bibirnya, seakan tidak gentar meski kenyataan mulai terbuka. “Kau pikir ini sudah selesai, Dirga?” Gilang berbisik rendah, namun cukup untuk membuat semua orang di ruangan itu mendengarnya. “Kau mungkin tahu tentang Tasya, tapi kau belum tahu seberapa dalam konspirasi ini berjalan.” Wajah Dirga menegang. Cahaya, yang tadinya hanya diam, mula

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status