Share

Bab 2

Author: Haslia
Tangan Monica terlepas tanpa pegangan, dan sikunya membentur lantai yang keras, membuatnya terkesiap kesakitan.

Farel hanya menatapnya tanpa ekspresi, sama sekali tidak menunjukkan rasa khawatir.

Dia adalah anak yang dilahirkannya dengan susah payah setelah pendarahan hebat, tetapi dia malah tidak peduli saat melihatnya tergeletak di lantai.

Hati Monica seperti dicengkeram oleh tangan tak kasat mata, dan dia tidak bisa bernapas karena kesakitan.

Pada saat itu, dia tiba-tiba menyadari bahwa Farel terlihat sama persis dengan ayahnya, Surya, kecuali alis dan matanya yang lebih mirip dengannya.

Mereka persis sama, dingin dan kejam.

Mata Monica terasa kabur, dia merasa pusing dan akhirnya jatuh ke dalam kegelapan.

Dia pingsan karena kesakitan.

Akhirnya, pembantunya menghubungi ambulan dan membawa Monica ke rumah sakit.

...

Ketika siuman, dia mencium bau desinfektan di ujung hidungnya.

"Gastritis akut yang disebabkan oleh disfungsi gastrointestinal." Dokter memberikan diagnosis dan menyuruhnya untuk memperhatikan pola makannya dan tidak boleh terlalu banyak pikiran.

Monica mengangguk, wajahnya masih terlihat pucat.

"Nyonya, apa saya perlu menelepon Tuan?" pembantu itu bertanya dengan hati-hati.

Sebenarnya, dia tidak berani meneleponnya. Semua orang di Keluarga Atmadja tahu bahwa Surya sama sekali tidak menyukai Monica, tetapi bagaimanapun, Monica adalah istri Surya yang dinikahi secara resmi...

"Nggak usah, aku cuma perlu istirahat saja." Monica tersenyum dan berkata, "Kamu juga harus pulang dan beristirahat."

Di mata pembantu itu, senyuman Monica tidak lebih dari hanya berpura-pura kuat. Dia menggelengkan kepalanya tak berdaya dan pergi.

Selama beberapa waktu, Monica adalah satu-satunya yang tersisa di kamar pasien.

Tepat saat Monica hendak berbaring, sesosok tubuh kecil muncul di pintu.

Itu adalah Farel.

"Farel?"

Monica merasa terkejut dengan kemunculannya, tetapi ketika dia teringat adegan di mana anaknya itu menghindarinya tanpa ragu-ragu dan melihatnya dengan acuh tak acuh saat meringkuk di lantai kesakitan, dia terasa campur aduk.

Farel tampaknya sama sekali tidak dekat dengannya, dan tidak peduli padanya.

"Mama." Farel tiba-tiba memanggilnya, suaranya terdengar tajam dan penuh nada dengan kekanak-kanakan yang lembut.

Hanya dengan satu panggilan itu, semua keraguan di hati Monica meleleh, dan senyum muncul di wajahnya yang pucat, "Jangan khawatir, Mama baik-baik saja."

Dia menghiburnya dengan suara lembut, mengulurkan tangannya, dan ingin memeluk putranya yang tampan.

Dia tahu Farel menerima pendidikan yang ketat di rumah Keluarga Atmadja sejak masih kecil, sehingga dia tidak pandai mengekspresikan dirinya. Namun faktanya, dia masih menganggapnya sebagai seorang ibu di hatinya.

Jadi, tidak peduli seberapa besar Surya membencinya, dia dapat menanggungnya demi Farel.

Dia tidak ingin putranya yang masih kecil menderita setelah Surya menceraikannya dan menikahi Erika sebagai ibu tirinya.

Dia juga tahu tentang perebutan warisan di antara keluarga konglomerat, jadi dia hanya ingin melindungi putranya.

Memikirkan hal itu, Monica menatap Farel dengan tatapan tegas namun lembut.

Namun, ketika dia hendak menyentuh bahu putranya itu.

"Ma, apa Mama bisa ceraikan papa?"

Farel mengangkat wajah kecilnya dan menatapnya dengan nada serius.

Tangan Monica yang terulur sontak berhenti.

Apa mungkin seorang anak kecil juga dapat melihat bahwa pernikahan antara dia dan Surya sudah tak bisa diselamatkan lagi?

Tetapi dia masih sangat muda, gimana mungkin dia memiliki ide untuk minta mereka bercerai?

Monica menyentuh kepalanya dan bertanya dengan lembut, "Kenapa kamu bilang begitu?"

Dia mengira semua itu karena anaknya tidak merasa aman, jadi dia menenangkannya dengan suara lembut, "Farel, nggak usah takut. Mama nggak akan cerai dengan papa..."

"Tapi kalau Mama nggak cerai sama papa, mana bisa Tante Erika jadi mamaku?"

Monica terkejut, matanya dipenuhi dengan ketidakpercayaan, dia lalu berkata, "Kamu bilang apa?"

Dia lebih suka curiga kalau dia sudah salah dengar daripada percaya bahwa memang itulah yang dikatakan Farel.

Tetapi Farel justru mengulanginya lagi, "Aku mau Mama cerai sama papa, supaya Tante Erika bisa nikah sama papa dan jadi mamaku."

Ucapan polos seorang anak kecil itu seharusnya tidak bersalah, tetapi pada saat itu, kata-kata putranya seperti pisau tajam yang menusuk dalam-dalam ke hati Monica.

"Kalau Erika jadi mamamu, terus Mama gimana?" Monica bertanya kepadanya, suaranya sedikit bergetar karena berusaha menahan emosi.

Putra kandungnya benar-benar menginginkan wanita lain untuk menjadi ibunya, bagaimana mungkin dia bisa menerima semua ini?!

Farel menundukkan kepalanya sambil memutar jari-jarinya, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya kembali menjadi diam seperti sebelumnya.

Monica memperhatikan ekspresinya, sedikit keraguan melintas di matanya.

Tidak, Farel tidak mungkin akan mengatakan hal seperti itu tanpa alasan!

Monica tiba-tiba meraih bahu Farel dan bertanya dengan khawatir, "Farel, kasih tahu Mama, apa ada orang yang memaksamu untuk bilang seperti itu?"

Farel menolak untuk berbicara, dan Monica semakin mengerutkan kening dan berkata, "Farel, siapa yang mengancammu? Beri tahu Mama ya?"

Melihat dia masih diam, Monica jadi makin cemas dan mulai meninggikan suaranya, "Cepat bilang..."

Akibatnya, Farel menangis dan menuduhnya dengan keras, "Kamu galak sekali! Huhu!... Aku nggak mau kamu jadi mamaku! Aku mau Tante Erika! Aku mau Tante Erika!..."

Monica tertegun sejenak.

"Monica, apa yang kamu lakukan?"

Terdengar suara dingin bertanya padanya.

Monica terkejut, dia menoleh ke samping, dan melihat sosok Surya yang tinggi sedang berdiri di pintu kamar pasien.

Jejak keraguan melintas di matanya.

Pada saat itu, bukankah seharusnya Surya sedang bersama Erika? Kenapa dia bisa ada di sini?

Mungkinkah dia sengaja datang untuk menemuinya?

Monica menatap Surya dengan perasaan ragu.

Namun, detik berikutnya, sosok Erika muncul di belakang Surya, dia bertanya dengan khawatir, "Apa kamu baik-baik saja?"

Cahaya di mata Monica langsung meredup.

Benar saja, dia sudah berpikir terlalu banyak.

Dalam hati Surya, mana mungkin dia bisa lebih penting daripada Erika, dan bersedia untuk meninggalkan Erika demi dirinya.

Begitu Farel melihat Surya, dia berlari ke arahnya sambil menangis, menarik celananya dan berteriak, "Papa, Mama sangat galak! Mama jahat! Aku nggak mau dia jadi mamaku! Aku mau Tante Erika yang jadi mamaku!..."

Setiap kata yang keluar dari mulutnya bagaikan jarum perak tipis yang menusuk dada Monica dengan bekas luka yang tebal, bahkan bernapas pun terasa menyakitkan.

"Farel." Surya mengerutkan kening, nadanya tegas mengintimidasi, "Kamu ribut sekali, di mana sopan santunmu?"

Farel terdiam, matanya merah dan menangis terisak-isak, dia terlihat sangat menyedihkan. "Surya, Farel masih kecil, jangan galak-galak padanya." Erika memanggil Surya dengan penuh kasih sayang, lalu mengulurkan tangannya ke Farel, "Farel, jangan takut. Sini sama Tante Erika saja ya?"

"Farel!" Monica memanggil namanya dengan cemas, dan juga mengulurkan tangannya, "Ayo ke sini, sama Mama saja."

Dia bisa saja memberikan suaminya kepada Erika, tetapi putra tunggalnya ini adalah satu-satunya orang yang memiliki hubungan darah dengannya, mana mungkin dia bisa mengakui wanita lain sebagai ibunya dengan begitu mudah?

Dia tidak percaya, dan menatap Farel dengan mata penuh harap.

Namun, Farel menatap Monica dan Erika bergantian, lalu akhirnya dia malah berjalan ke arah Erika!
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 100

    "Guru ...." Mata Monica tiba-tiba terasa panas dan berkaca-kaca."Kalau kamu ada pertanyaan soal seni merangkai bunga, hubungi aku saja. Aku memang bilang nggak ada waktu, tapi apa kamu nggak bisa terus tanya sampai aku ada waktu? Kalau gampang tersinggung begitu, gimana kamu bisa jadi orang hebat?" tegur Santi.Monica merasa sedikit malu, lalu mengangguk dalam-dalam dengan serius. "Aku mengerti. Makasih, Guru.""Jangan buru-buru bilang makasih. Tunggu sampai kamu benar-benar punya hasil yang bisa dibanggakan, baru pantas berterima kasih," ucap Santi sambil tersenyum tipis. "Sudahlah, aku masih ada urusan. Nggak bisa ngobrol lama-lama sama kalian."Tepat saat itu, lift yang mereka tunggu tiba di lantai mereka dan berbunyi ketika terbuka.Bersamaan dengan itu, Surya keluar dari ruang VIP. Dia kebetulan melihat Santi sedang berdiri bersama Monica dan Yunita.Santi juga melihat Surya, tetapi hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap Monica dan berucap, "Oh ya. Meski kamu nggak suka de

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 99

    Orang-orang di ruang VIP juga ikut menoleh ke arah Monica.Orang yang bisa mendapatkan pujian dan evaluasi langsung dari Master Santi pasti sangat luar biasa!Awalnya, mereka semua mengira Monica hanyalah hiasan tanpa isi. Sekarang, mereka baru tahu ternyata dia adalah perangkai bunga yang karyanya mendapat banyak pujian di pameran!Dalam sekejap, pandangan mereka terhadap Monica pun berubah. Yang tadinya menganggapnya remeh, kini mulai muncul rasa kagum dan hormat terhadapnya.Erika menggenggam erat tangan yang bertumpu di atas pahanya saat melihat pusat perhatian beralih ke Monica.Tak disangka, Santi yang barusan memperingatkan dirinya secara terang-terangan, justru bersikap begitu ramah terhadap Monica!Tatapan mata Erika penuh dengan rasa tidak terima, lalu dia secara refleks menoleh ke arah Surya karena ingin tahu bagaimana reaksinya.Surya hanya melirik sekilas ke arah Monica, seolah-olah sedang melihat seseorang yang tidak ada hubungan dengan dirinya. Tidak ada perubahan ekspre

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 98

    "Ya. Sekarang, apa pria itu masih begitu berengsek?" Edwin juga mulai tertarik, memang dasarnya dia suka dengar gosip seperti ini."Kalau soal prianya berengsek atau nggak, aku sendiri kurang tahu juga," jawab Santi sambil menyapu pandangan ke seluruh ruang VIP dengan tenang, lalu akhirnya menatap langsung ke arah Surya. Dia tersenyum samar dan bertanya, "Pak Surya, menurutmu dia berengsek nggak?"Begitu kalimat itu dilontarkan, suasana ruang VIP langsung hening seketika.Tidak ada seorang pun menyangka Santi akan tiba-tiba melemparkan pertanyaan itu ke Surya.Apakah Pak Surya ada hubungannya dengan cerita tadi?Alis Erika langsung berkerut. Seolah-olah teringat sesuatu, dia mendadak menoleh dan menatap ke arah Monica.Baru sekarang Erika menyadari, Monica tadi masuk bersama dengan Bu Yunita dari studio bunga itu. Jadi artinya, Monica adalah orang yang membuat karya bertema "Keharmonisan Hijau dan Merah" tersebut!Jangan-jangan ... Monica adalah murid yang dimaksud Santi?Kalau benar b

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 97

    Erika memang sudah punya banyak gelar dan predikat. Semuanya dirancang untuk menciptakan citra yang sempurna agar dia bisa tampil percaya diri di situasi apa pun.Sekarang, Erika melihat adanya celah kosong dalam dunia pameran seni merangkai bunga di dalam negeri sehingga ingin menjadi pelopor di bidang tersebut. Oleh karena itu, dia jelas perlu memahami bidang ini lebih dalam.Kalau Erika bisa menambahkan satu gelar lagi sebagai murid dari master perangkai bunga dalam negeri, langkahnya ke depan di bidang ini akan jauh lebih lancar.Jadi, sekarang Erika sangat menantikan jawaban dari Santi.Bagaimanapun, status sosial Surya sudah jelas. Tidak peduli Santi sekeras kepala apa pun, sepertinya dia tidak akan sampai menolak permintaan seseorang yang dibawa oleh Surya sendiri.Orang-orang lain di ruang VIP itu juga menatap dengan penasaran.Konon, Santi sangat ketat dalam memilih murid. Bisa memenuhi standarnya sangatlah langka. Jadi selama bertahun-tahun, dia hanya mempunyai satu murid. Na

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 96

    "Pak Agus terlalu memuji," Erika tersenyum sambil mengangkat gelas.Surya juga ikut mengangkat gelas dan meneguk sedikit."Kalau aku bilang sih, Nona Erika memang luar biasa. Usianya masih muda, tapi sudah bisa merancang begitu banyak pameran yang viral. Benar-benar panutan di industri seni!""Ya, dengar-dengar Nona Erika itu lulusan dari universitas yang sama dengan Pak Surya. Itu kampus kelas dunia lho. Ya jelas saja dia itu orang hebat tingkat dewa!""Makasih atas pujiannya." Erika membalas dengan senyum rendah hati, lalu menoleh pada Surya. "Walaupun aku dan Pak Surya seumuran, dia sudah menyelesaikan seluruh studinya setahun lebih cepat dariku. Sejak dulu, aku selalu menjadikannya sebagai panutan yang ingin kukejar."Sesama orang hebat yang akhirnya bertemu di puncak. Cerita semacam itu memang terasa romantis.Dalam sekejap, semua orang merasa Erika dan Surya sangat cocok. Mungkin memang hanya wanita seperti Erika yang pantas bersanding dengan pria seperti Surya.Oleh karena itu,

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 95

    "Sudah cukup."Suara Surya terdengar datar. Dia menghentikan topik pembicaraan tersebut.Barulah orang-orang yang tadi menggoda, menghentikan pertanyaan mereka. Namun bagi yang paham, semua sudah bisa menebak maksud sebenarnya. "Pak Surya lagi melindungi Nona Erika.""Benar banget. Nggak diumumkan ke publik, justru bentuk perlindungan untuk Nona Erika, 'kan?"Supaya orang-orang tidak berpikir bahwa kesuksesan pameran ini semata-mata karena dorongan dan koneksi dari Surya."Kelihatannya, Nona Erika bakal jadi Nyonya Atmadja. Cuma tinggal tunggu waktu saja ...."Erika menunduk sedikit, tetapi di matanya terselip sorot bangga yang tak bisa disembunyikan.Edwin yang mendengarkan pembicaraan itu hanya mengernyit. Secara naluriah, dia menoleh ke arah Monica yang duduk di sampingnya.Namun, Monica tetap tenang seperti biasa dan ekspresinya datar. Dia sesekali ngobrol ringan dengan beberapa orang di sekitarnya yang juga dari industri seni. Sama sekali tak terlihat ada reaksi apa pun dari dirin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status