Share

Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila
Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila
Author: Haslia

Bab 1

Author: Haslia
Monica Hermawan mengira bahwa setelah sepuluh tahun cinta dalam diam dan lima tahun masa pernikahan, akan dapat mencairkan sedikit demi sedikit hati Surya Atmadja meskipun sedingin potongan besi hitam.

Namun, dia tidak menyangka bahwa semua itu hanya sebatas angan-angannya saja.

Terdengar suara air mengalir dari kamar mandi. Monica berdiri di samping tempat tidur dan menerima sebuah foto di ponselnya.

Itu adalah sebuah foto di restoran yang menyediakan makanan barat paling mewah di Kawasan Elit Saloka. Surya dan seorang wanita saling berhadapan, dengan tatapan mata yang hangat dan lembut.

Dan, Monica mengenal wanita itu.

Dia adalah Erika Sudrajat, mantan pacar Surya.

Dia baru saja kembali dari luar negeri bulan lalu. Pada malam dia kembali, Surya meninggalkan Monica untuk mencarinya.

Erika adalah cahaya bulan yang menerangi langit hidup Surya.

Sedangkan Monica, dia seperti bercak darah nyamuk di dinding putih yang mengganggu.

Pintu kamar mandi terbuka, Surya keluar dengan mengenakan jubah mandi bersama dengan kabut uap hangat.

Monica meletakkan ponselnya dan berbalik. Sosok jangkung itu telah berada di belakangnya, mencubit dagunya dan menundukkan kepalanya.

"Hmm..." Monica mengerutkan kening, tetapi kekuatan Surya sama sekali tidak mengendur. Dia tampak sangat puas melihatnya kesakitan. Dia menggigit bibirnya, mencubit rahangnya, lalu pinggangnya, dan mendorongnya ke tempat tidur.

"Tunggu..." Monica meletakkan tangan di dadanya, suaranya terdengar sedikit hampa, "Aku merasa nggak enak badan hari ini."

Entah apakah dia sudah memakan sesuatu yang salah. Setelah makan malam, perutnya mulai terasa kram.

Tetapi ekspresi Surya hanya mencibir ketika mendengar hal itu, dia mencubit dagunya, dan memaksanya untuk menatap matanya, "Monica, kamu yang sudah mengejarku mati-matian lima tahun lalu. Kenapa sekarang kamu malah berpura-pura jual mahal?"

Nada suaranya penuh dengan penghinaan.

Wajah Monica memucat sejenak lalu berkata, "Aku nggak..."

Namun sebelum dia menyelesaikan ucapannya, Surya melemparnya ke tempat tidur, tanpa belas kasihan atau kesabaran, dia langsung ke intinya.

Kening Monica berkerut karena merasa kesakitan, dan dia hanya bisa menggigit bibir untuk menahannya.

Meskipun Surya tampak menahan diri dan anggun, tetapi sebenarnya dia sama sekali tidak memiliki belas kasihan terhadapnya. Sebaliknya, dia lebih tampak seperti sedang sengaja membalas dendam padanya, dengan berulang kali menyiksanya.

Monica menahannya sambil menatap wajahnya yang seperti mahakarya Tuhan, dengan garis-garis yang jelas dan ketampanan yang tak tertandingi, tetapi ekspresinya sangat dingin, bahkan dalam hal ini pun, dia tidak pernah menunjukkan kelembutan sama sekali.

Namun, dia dengan jelas melihat bahwa Surya begitu lembut saat menatap Erika di foto itu.

Ternyata dia juga memiliki sisi yang lembut, hanya saja, kelembutan itu bukanlah untuknya.

Pada saat tubuhnya gemetar karena diisi keberadaannya, seharusnya perasaan yang dia rasakan adalah kehangatan, tetapi hati Monica malah terasa seperti spons yang terendam air, berat dan menyumbat rongga hingga membuatnya sesak.

Setitik air mata jatuh dari sudut matanya.

"Kenapa kamu menangis?" Surya menyeka air matanya. Dia menarik diri, lalu setelah membersihkan diri, dia menyerahkan sekotak obat kepadanya.

Monica menarik selimut dan duduk, lalu menerimanya dengan kaku. Bahkan, meski sudah menggunakan pengaman, dia tetap sangat berhati-hati.

Dikarenakan lima tahun yang lalu, dia hamil anaknya akibat “kecelakaan” itu, dan kemudian dia harus menikahinya di bawah pengaturan keluarganya.

Meskipun pernikahannya dengan Surya tidak dipublikasikan, hal itu tetap menyebabkan Erika patah hati dan pergi ke luar negeri.

Oleh karena itu, Surya sangat membencinya. Kalau tidak, dia tidak akan bersikap seolah ingin membunuhnya setiap saat.

Tetapi sekarang saat melihat obat itu, perut Monica mulai terasa sedikit nyeri, "Malam ini, apa aku boleh nggak minum obat ini?"

Surya tidak berbicara, dia lalu menyerahkan segelas air kepadanya.

Maknanya sudah sangat jelas.

Monica menggigit bibirnya dan mengambil segelas air itu. Saat dia baru saja menelan pilnya, Surya menerima sebuah panggilan.

"Oke, aku ke sana sekarang." Suara Surya sedikit melembut, dia lalu mengambil mantelnya.

Monica tidak dapat memikirkan orang lain yang akan meneleponnya selarut ini dan membuatnya berbicara dengan lembut, kecuali Erika. Tetapi dia tetap berkata dengan cepat, "Sudah larut malam, kamu mau pergi ke mana?"

"Ini bukan urusanmu."

Surya melemparkan kalimat dingin itu dan meninggalkan kamar tanpa menoleh ke belakang.

Monica memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh di bawah cahaya lampu tangga yang berwarna kekuningan.

Monica menurunkan pandangannya, dan ada jejak kesedihan melintas di matanya.

Entah karena efek obatnya, perutnya terasa kram lagi.

Monica berbaring di tempat tidur dan meringkuk seperti bola.

Beberapa menit kemudian, pembantu mengetuk pintu dan bertanya, "Nyonya, pakaian tuan dan tuan muda hari ini sudah dibawa ke ruang cuci. Apa Anda ingin mencucinya sekarang atau besok?"

Setelah menahan sakit di perutnya cukup lama, Monica lalu bangkit dan berkata, "Sekarang saja."

Masih banyak urusan yang harus dilakukannya besok hari.

Surya tidak suka orang lain menyentuh pakaian dalamnya, jadi dia harus mencuci semua bajunya dengan tangan. Putranya juga alergi terhadap debu sejak dia masih kecil, membuatnya lebih teliti dalam hal mencuci pakaian. Dia tidak merasa nyaman menyerahkannya kepada pembantu. Jadi dia yang selalu membersihkan kamar putranya setiap hari, termasuk alat tulis dan buku bergambarnya. Dia membersihkannya dengan cermat setiap hari.

Monica baru saja menyeret tubuhnya yang lemas ke ruang cuci dan mendengar dua pembantunya sedang berbisik di dalam.

"Bahkan pakaiannya harus dicuci sendiri. Bagaimana Nyonya Monica bisa terlihat seperti nyonya keluarga ini? Dia malah jadi seperti pengasuh."

"Sstt, jangan bicara begitu. Apa kamu nggak mau bekerja di sini lagi?"

"Aku nggak salah..."

Pembantu itu baru saja membuka pintu ruang cuci dan melihat Monica berdiri di depan pintu. Dia sangat takut hingga kakinya terasa lemas, "Nyo...Nyonya."

Mendengar suaranya yang gemetar, Monica hanya berkata dengan suara lembut, "Biar aku yang urus ini."

"Baik, Nyonya." Pembantu itu mengangguk berulang kali dan bergegas pergi.

Setelah mereka pergi, kelembutan di alis Monica berangsur menghilang. Dia menunduk, berjalan ke arah keranjang berisi pakaian Surya dan mengambil salah satu kemejanya.

Surya selalu benci disentuh orang lain, tetapi saat ini, tercium samar aroma parfum mawar di kemejanya, harum dan menggoda.

Monica biasanya yang merangkai bunga segar di rumah setiap hari. Agar aroma bunganya tidak tumpang tindih, dia sendiri tidak pernah menggunakan parfum yang sekuat ini, jadi aroma ini pasti adalah aroma Erika.

Tidak perlu dijelaskan harus sedekat apa hingga aroma parfum orang lain bisa menempel di pakaian.

Jari-jari Jiang Monica sedikit gemetar, dia lalu menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya.

Selain Surya, dia juga memiliki seorang putra. Surya memang tidak mencintainya, tetapi masih ada darah keturunannya di dalam tubuh putranya.

Ketika dia memikirkan hal itu, hati Monica sedikit terhibur. Demi putranya, dia harus menjadi istri yang baik bagi Surya, sehingga putranya dapat menjadi pewaris yang sah bagi Keluarga Atmadja di masa depan.

Namun, saat dia mengambil pakaian putranya, perutnya tiba-tiba bergejolak.

Uek.

Monica lalu menutup mulutnya dan bergegas ke kamar mandi, dia memuntahkan semua yang telah dimakannya malam ini ke kloset.

Dia pikir akan merasa lebih baik setelah memuntahkan semuanya, tetapi rasa sakit yang sangat membuatnya hampir pingsan. Dia menggunakan sedikit tenaga terakhirnya untuk menjatuhkan gelas di wastafel.

Suara pecahan gelas terdengar, Farel kemudian datang memeriksa.

Farel Atmadja adalah putra Monica dan Surya.

Dia adalah satu-satunya harapan Monica dalam lima tahun pernikahan yang tanpa harapan itu.

"Farel..." Mata Monica berbinar dan dia mengulurkan tangannya.

Untungnya, putranya masih peduli padanya.

Namun, saat tangannya hendak menyentuhnya, Farel malah mundur selangkah untuk menghindarinya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 100

    "Guru ...." Mata Monica tiba-tiba terasa panas dan berkaca-kaca."Kalau kamu ada pertanyaan soal seni merangkai bunga, hubungi aku saja. Aku memang bilang nggak ada waktu, tapi apa kamu nggak bisa terus tanya sampai aku ada waktu? Kalau gampang tersinggung begitu, gimana kamu bisa jadi orang hebat?" tegur Santi.Monica merasa sedikit malu, lalu mengangguk dalam-dalam dengan serius. "Aku mengerti. Makasih, Guru.""Jangan buru-buru bilang makasih. Tunggu sampai kamu benar-benar punya hasil yang bisa dibanggakan, baru pantas berterima kasih," ucap Santi sambil tersenyum tipis. "Sudahlah, aku masih ada urusan. Nggak bisa ngobrol lama-lama sama kalian."Tepat saat itu, lift yang mereka tunggu tiba di lantai mereka dan berbunyi ketika terbuka.Bersamaan dengan itu, Surya keluar dari ruang VIP. Dia kebetulan melihat Santi sedang berdiri bersama Monica dan Yunita.Santi juga melihat Surya, tetapi hanya melirik sekilas sebelum kembali menatap Monica dan berucap, "Oh ya. Meski kamu nggak suka de

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 99

    Orang-orang di ruang VIP juga ikut menoleh ke arah Monica.Orang yang bisa mendapatkan pujian dan evaluasi langsung dari Master Santi pasti sangat luar biasa!Awalnya, mereka semua mengira Monica hanyalah hiasan tanpa isi. Sekarang, mereka baru tahu ternyata dia adalah perangkai bunga yang karyanya mendapat banyak pujian di pameran!Dalam sekejap, pandangan mereka terhadap Monica pun berubah. Yang tadinya menganggapnya remeh, kini mulai muncul rasa kagum dan hormat terhadapnya.Erika menggenggam erat tangan yang bertumpu di atas pahanya saat melihat pusat perhatian beralih ke Monica.Tak disangka, Santi yang barusan memperingatkan dirinya secara terang-terangan, justru bersikap begitu ramah terhadap Monica!Tatapan mata Erika penuh dengan rasa tidak terima, lalu dia secara refleks menoleh ke arah Surya karena ingin tahu bagaimana reaksinya.Surya hanya melirik sekilas ke arah Monica, seolah-olah sedang melihat seseorang yang tidak ada hubungan dengan dirinya. Tidak ada perubahan ekspre

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 98

    "Ya. Sekarang, apa pria itu masih begitu berengsek?" Edwin juga mulai tertarik, memang dasarnya dia suka dengar gosip seperti ini."Kalau soal prianya berengsek atau nggak, aku sendiri kurang tahu juga," jawab Santi sambil menyapu pandangan ke seluruh ruang VIP dengan tenang, lalu akhirnya menatap langsung ke arah Surya. Dia tersenyum samar dan bertanya, "Pak Surya, menurutmu dia berengsek nggak?"Begitu kalimat itu dilontarkan, suasana ruang VIP langsung hening seketika.Tidak ada seorang pun menyangka Santi akan tiba-tiba melemparkan pertanyaan itu ke Surya.Apakah Pak Surya ada hubungannya dengan cerita tadi?Alis Erika langsung berkerut. Seolah-olah teringat sesuatu, dia mendadak menoleh dan menatap ke arah Monica.Baru sekarang Erika menyadari, Monica tadi masuk bersama dengan Bu Yunita dari studio bunga itu. Jadi artinya, Monica adalah orang yang membuat karya bertema "Keharmonisan Hijau dan Merah" tersebut!Jangan-jangan ... Monica adalah murid yang dimaksud Santi?Kalau benar b

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 97

    Erika memang sudah punya banyak gelar dan predikat. Semuanya dirancang untuk menciptakan citra yang sempurna agar dia bisa tampil percaya diri di situasi apa pun.Sekarang, Erika melihat adanya celah kosong dalam dunia pameran seni merangkai bunga di dalam negeri sehingga ingin menjadi pelopor di bidang tersebut. Oleh karena itu, dia jelas perlu memahami bidang ini lebih dalam.Kalau Erika bisa menambahkan satu gelar lagi sebagai murid dari master perangkai bunga dalam negeri, langkahnya ke depan di bidang ini akan jauh lebih lancar.Jadi, sekarang Erika sangat menantikan jawaban dari Santi.Bagaimanapun, status sosial Surya sudah jelas. Tidak peduli Santi sekeras kepala apa pun, sepertinya dia tidak akan sampai menolak permintaan seseorang yang dibawa oleh Surya sendiri.Orang-orang lain di ruang VIP itu juga menatap dengan penasaran.Konon, Santi sangat ketat dalam memilih murid. Bisa memenuhi standarnya sangatlah langka. Jadi selama bertahun-tahun, dia hanya mempunyai satu murid. Na

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 96

    "Pak Agus terlalu memuji," Erika tersenyum sambil mengangkat gelas.Surya juga ikut mengangkat gelas dan meneguk sedikit."Kalau aku bilang sih, Nona Erika memang luar biasa. Usianya masih muda, tapi sudah bisa merancang begitu banyak pameran yang viral. Benar-benar panutan di industri seni!""Ya, dengar-dengar Nona Erika itu lulusan dari universitas yang sama dengan Pak Surya. Itu kampus kelas dunia lho. Ya jelas saja dia itu orang hebat tingkat dewa!""Makasih atas pujiannya." Erika membalas dengan senyum rendah hati, lalu menoleh pada Surya. "Walaupun aku dan Pak Surya seumuran, dia sudah menyelesaikan seluruh studinya setahun lebih cepat dariku. Sejak dulu, aku selalu menjadikannya sebagai panutan yang ingin kukejar."Sesama orang hebat yang akhirnya bertemu di puncak. Cerita semacam itu memang terasa romantis.Dalam sekejap, semua orang merasa Erika dan Surya sangat cocok. Mungkin memang hanya wanita seperti Erika yang pantas bersanding dengan pria seperti Surya.Oleh karena itu,

  • Setelah Aku Pergi, Suami dan Anakku menggila   Bab 95

    "Sudah cukup."Suara Surya terdengar datar. Dia menghentikan topik pembicaraan tersebut.Barulah orang-orang yang tadi menggoda, menghentikan pertanyaan mereka. Namun bagi yang paham, semua sudah bisa menebak maksud sebenarnya. "Pak Surya lagi melindungi Nona Erika.""Benar banget. Nggak diumumkan ke publik, justru bentuk perlindungan untuk Nona Erika, 'kan?"Supaya orang-orang tidak berpikir bahwa kesuksesan pameran ini semata-mata karena dorongan dan koneksi dari Surya."Kelihatannya, Nona Erika bakal jadi Nyonya Atmadja. Cuma tinggal tunggu waktu saja ...."Erika menunduk sedikit, tetapi di matanya terselip sorot bangga yang tak bisa disembunyikan.Edwin yang mendengarkan pembicaraan itu hanya mengernyit. Secara naluriah, dia menoleh ke arah Monica yang duduk di sampingnya.Namun, Monica tetap tenang seperti biasa dan ekspresinya datar. Dia sesekali ngobrol ringan dengan beberapa orang di sekitarnya yang juga dari industri seni. Sama sekali tak terlihat ada reaksi apa pun dari dirin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status