Share

Bab 17 Harus Turun ke Bawah

Author: Bunga Bakung
Apa yang ditakutkan Nadia benar-benar terjadi.

Dia buru-buru melepaskan diri dari gendongan Sam.

Saat kakinya menyentuh tanah, Nadia kembali meringis kesakitan.

Dia menengadah dan berkata kepada Sam, "Dokter Sam, tolong jaga ibuku, ya."

Sam mengangguk dan melihat Nadia pergi dengan tertatih-tatih.

Setelah sosok Nadia berangsur-angsur menjauh, pandangan Sam berpindah ke mobil Maybach di depan pintu rumah sakit.

Nadia tiba di samping mobil dan Yuda membantu membukakan pintu untuknya.

Seketika, hawa dingin yang menakutkan langsung melanda keluar.

"Masuk!" seru Gio dengan geram.

Nadia menurutinya dan masuk ke dalam mobil dengan gugup.

Begitu masuk, Gio langsung meraih dagu Nadia. Dia memaksa Nadia menatap langsung ke matanya.

Gio sangat marah sampai menggertakkan gigi, lalu berteriak, "Nadia, apa semua perkataanku kamu anggap angin lewat?"

Nadia yang terlihat pucat itu mencoba menjelaskan, "Gio, bukan begitu. Apa yang kamu lihat tadi ...."

"Apa? Nadia, aku hanya percaya pada apa yang kulihat!" sela Gio.

Rasa sakit membuat mata Nadia berkaca-kaca.

'Harus bagaimana kujelaskan agar Gio percaya?'

'Jelas-jelas dia sudah salah paham.'

Gio menatap Nadia lebih dingin daripada biasanya.

Dia berpikir Nadia akan lebih menurut.

Oleh karena itu, setelah dia menyetujui permintaan Nadia semalam, Gio membiarkan Nadia keluar sendirian dan tidak menyuruh Yuda untuk mengawasinya.

Namun, sekarang Gio merasa kepercayaan sudah disia-siakan.

"Cepat katakan!"

Raut wajah Gio yang sangat menakutkan membuat Nadia hampir tidak berani untuk bernapas.

Nadia menahan air matanya dan emosinya, lalu bertanya, "Kamu sendiri?"

Gio mengerutkan keningnya lagi.

"Gio, kamu marah karena merasa kehilangan harga diri atau hanya karena sifat posesifmu itu?"

"Kamu terus mencari wanita pujaan hatimu itu, tapi tetap nggak mau melepaskanku. Apa kamu pernah memikirkan perasaanku?"

"Perasaan? Nadia, sebagai simpanan, perasaanmu itu nggak penting," cibir Gio.

Gio melepaskan genggamannya dan mendorong Nadia menjauh. Kemudian, dia berteriak ke luar mobil, "Yuda!"

Yuda segera masuk ke dalam mobil dan berkata, "Tuan Gio."

"Ke vila Pondok Asri!" seru Gio.

"Baik," balas Yuda.

....

Tiba di Pondok Asri, Nadia ditarik keluar dari mobil oleh Gio.

Karena tidak bisa menahan rasa sakit di kakinya, Nadia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke tanah beberapa kali.

Namun, Gio mengabaikan hal itu. Dia tetap menyeret Nadia ke atas dan melemparkannya ke atas ranjang.

Saat Nadia menoleh, Gio sudah berada di atasnya.

Nadia tahu apa yang akan dilakukan Gio. Akan tetapi, mengingat anak di dalam perutnya, Nadia masih berusaha melawan Gio dengan sekuat tenaga.

"Gio! Jangan begini!"

Salah satu tangan Gio menarik kedua tangan Nadia ke atas kepala dan menekannya dengan sangat erat.

Tangan yang lain merobek pakaian Nadia dan berteriak dengan marah, "Kamu tahu apa konsekuensinya kalau menolakku!"

Menghadapi pelampiasan Gio, air mata Nadia tidak berhenti mengalir keluar.

Perlahan-lahan, Nadia berhenti melakukan perlawanan sia-sia.

Dirinya bagaikan ikan mati, membiarkan tubuhnya digerogoti manusia.

Nadia tertidur sepanjang sore. Setelah dipanggil Ratih untuk turun makan malam, Nadia baru bangun kelelahan.

Setelah ganti pakaian dan buka pintu, Ratih masuk dengan ekspresi cemas dan berkata, "Nona Nadia, Tuan ...."

"Embok Ratih, jangan sebut dia," ujar Nadia yang sekarang tidak ingin mendengar nama Gio.

Keegoisan pria itu membuatnya takut dan ingin melarikan diri dari sini.

"Bukan begitu. Nona Nadia, Tuan membawa seorang wanita pulang," ujar Ratih.

Sorot mata Nadia memancarkan kesinisan.

'Karena ada pria lain mendekatiku, dia meragukan dan mempermalukanku.'

'Sekarang apa maksudnya dia melakukan ini?'

'Balas dendam?'

Dari awal Nadia sudah tidak nafsu makan, ditambah hal ini, dia semakin tidak mau makan.

"Oke, aku nggak akan turun," ujar Nadia dengan dingin.

Ratih berkata dengan berat hati, "Tuan bilang kamu harus turun ke bawah ...."

Nadia mendengus dingin di dalam hati.

Karena tidak ingin mempersulit Ratih, Nadia pun turun ke bawah.

Begitu tiba di ruang makan, Nadia melihat Yuvira tersenyum sambil memberikan lauk kepada Gio.

"Gio, bisa bantu aku kupas udangnya?" tanya Yuvira.

Mungkin karena mendengar suara langkah kaki, mata Gio melirik ke atas.

Melihat Nadia muncul, dia langsung berkata pada Yuvira, "Oke."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 169 Kenapa Tidak Pernah Ketahuan?

    Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 168 Siapa yang Membocorkannya?

    "Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 167 Akan Kuhancurkan Reputasinya

    Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 166 Mengusik Batas Kesabaran

    Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 165 Akan Kubuat Dia Tersiksa dan Jatuh Miskin

    Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 164 Aku Bisa Memberimu Kompensasi

    "Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status