Share

Bab 16 Pesonanya Masih Seperti Dulu

Pak Mike melihat sekeliling dan menatap Agnes dengan tatapan iba. "Aku menyarankanmu untuk jangan menyia-nyiakan tenagamu. Daripada seperti ini, lebih baik kamu membujuk Jimmy."

Agnes meremas kedua tangannya dan terdapat amarah yang berkobar di dalam hatinya.

"Apakah dia menekanmu dalam hal ini?"

Pak Mike menghela napas. "Pak Jimmy berkata bahwa siapa pun yang berani membantumu sama saja dengan melawannya dan juga Grup Silnu. Coba kamu pikir, siapa yang berani menyinggungnya?"

Grup Silnu didirikan oleh Jimmy dan telah menjadi legenda di dunia bisnis hanya dalam beberapa tahun.

Jimmy seperti seorang dewa di dunia bisnis karena ini.

Tidak banyak orang yang berani ... menyinggung Jimmy.

Agnes mengatupkan bibirnya dan wajahnya dipenuhi dengan amarah.

Kenapa dia bisa bersikap seperti ini!

"Jadi, kamu sebaiknya jangan datang mencariku lagi, aku nggak bisa membantumu," kata Pak Mike, dia segera meninggalkan Agnes seolah-olah takut memiliki hubungan dengannya.

Agnes sedikit tidak memercayai hal ini.

Apakah Jimmy benar-benar bisa sangat berkuasa sampai seperti ini?

Dia segera mempersiapkan CV-nya setelah kembali ke rumah, serta beberapa salinan dari karyanya, lalu pergi melakukan wawancara di berbagai perusahaan.

Hanya saja, semua hasilnya sama.

Para penanggung jawab wawancara ini langsung mengembalikan CV-nya saat melihat namanya. "Maaf, kami nggak bisa merekrutmu."

Agnes pergi sambil membawa CV-nya tanpa bertanya apa-apa.

Dia mengetahui alasan di balik ini dengan sangat jelas.

Dia merasa kesal tapi juga tidak bertenaga saat berjalan keluar dari perusahaan ini.

Jimmy selalu tegas dalam bertindak, dia sama sekali tidak memiliki jalan keluar jika Jimmy benar-benar memaksanya sampai mati.

Tujuan Jimmy adalah membuatnya mengakui kekalahannya, mengakui kesalahannya.

Hanya saja, dia tidak ingin melakukannya.

Dia tidak ingin dia menguasai kehidupannya.

Dia pasti akan mendapatkan pekerjaan!

Dia juga pasti akan melewati hari-harinya dengan baik!

Hanya saja, mimpi memang indah, sedangkan kenyataan sangat kejam.

Seluruh mimpinya dihancurkan oleh sebuah panggilan.

"Nona Agnes, sebelumnya kamu menyuruhku untuk langsung meneleponmu kalau terjadi sesuatu pada rumah ini."

Jantung Agnes langsung berdetak dengan cepat saat mendengar ini. "Ada apa dengan rumah itu?"

Pihak lain dengan cepat berkata, "Grup Silnu tertarik pada tanah di area vila."

"Apa?" Agnes memegang ponselnya lebih erat.

Grup Silnu ....

Bukankah itu milik Jimmy?

Dia sama sekali tidak percaya bahwa Jimmy kebetulan tertarik dengan tanah itu.

Apalagi masalah ini muncul pada saat ini!

"Grup Silnu telah memberikan keuntungan penggusuran yang sangat besar, jadi sebagian besar orang telah menandatangani dokumen penggusuran tersebut."

Rumah ini digadaikan dan dijual kembali demi melunasi utang perusahaan saat Keluarga Tores bangkrut pada tiga tahun yang lalu.

Dia selalu berpikir untuk menebus rumah ini jika dia sudah memiliki cukup uang di masa depan!

Jadi, dia menyuruh pembeli untuk jangan menjual rumah ini dengan mudah, dia harus segera memberitahunya jika terjadi sesuatu.

Terdapat banyak kenangan indah di dalam rumah itu.

Selain itu, dia juga selalu mengetahui bahwa rumah ini sangat berarti bagi ayahnya.

Ayahnya pernah berkata bahwa itu adalah tempat yang dia persiapkan untuk istri dan putrinya dan itu adalah rumah mereka.

Dia harus melindungi rumah ini demi ayahnya!

Pihak lain berkata dengan ragu-ragu, "Aku benar-benar nggak bisa menolak keuntungan sebesar itu, jadi ... aku juga berencana untuk tanda tangan."

Rumah ini telah dijual dan mereka berhak melakukan apa saja terhadap rumahnya.

Apalagi, tanah-tanah yang dilirik oleh Grup Silnu tidak pernah merugikan perusahaan.

Agnes juga tidak mungkin menyuruh mereka tidak menandatanganinya dan melawan Grup Silnu.

Agnes berkata setelah menyesuaikan suasana hatinya, "Aku mengerti, terima kasih karena masih mengingat janji di antara kita dan memberi tahu kabar ini padaku."

Seolah-olah terdapat batu yang menekan hati Agnes setelah memutuskan panggilan dan membuatnya tidak bisa bernapas.

Apakah masih ada cara lain selain menemui Jimmy?

Pada akhirnya, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jimmy.

Dia sama sekali tidak menjawab panggilannya, entah sengaja atau tidak.

Agnes hanya bisa mengirim pesan padanya, "Di mana kamu berada? Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Waktu terus berjalan ....

Dia memandang layar gelap ponselnya, dia masih belum mendapatkan balasan dari Jimmy.

Dia tidak bisa duduk diam saja.

Dia menelepon Darlin, "Halo, Pak Darlin, bolehkah aku mengetahui agenda Jimmy hari ini?"

"Agenda Pak Jimmy nggak boleh dibeberkan ke luar, termasuk kamu ...."

Agnes merasa sangat cemas seperti seekor semut yang sedang dimasak di dalam panci saat ini, dia mengetahui cara kerja Grup Silnu dengan baik.

Mungkin saja rumahnya sudah dihancurkan saat dia masih belum bertindak saat ini.

Nada bicara Agnes terdengar sangat cemas. "Pak Darlin, aku memiliki suatu hal yang penting untuk dibicarakan dengannya! Aku mohon padamu! Tolong beri tahu di mana dia berada, aku nggak akan membuatnya tahu bahwa kamulah yang memberitahuku!"

Darlin ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Kalau kamu sangat terburu-buru, kamu bisa pergi ke Manor Biron untuk menemui Pak Jimmy. Dia akan menghadiri sebuah pesta dansa malam ini."

Agnes menghela napas lega. "Terima kasih!"

Meskipun masalahnya tidak mungkin bisa langsung terselesaikan setelah menemuinya, setidaknya dia memiliki sedikit harapan di dalam hatinya.

Hanya saja, apa yang tidak Agnes ketahui adalah Darlin membuka pengeras suara saat menerima panggilan darinya.

Sedangkan Jimmy berada di sampingnya.

Semua jawaban yang dia ucapkan didasarkan pada isyarat mata Jimmy.

"Pak Jimmy, dia seharusnya akan segera tiba."

Jimmy mengangkat alisnya dan matanya bersinar dengan tajam, seperti seekor serigala yang sedang menunggu mangsanya.

Agnes menghentikan taksi dan pergi ke Manor Biron.

Dia pernah mendengar cerita manor ini.

Itu adalah tempat makan dan bersenang-senang para sekelompok orang kaya.

Hampir semua orang yang datang ke sini berpakaian dengan elegan.

Jadi, Agnes yang mengenakan pakaian kasual tampak tidak cocok dengan tempat ini.

Para wanita-wanita yang merias dirinya dengan elegan memandangnya dengan jijik.

"Wanita sekarang benar-benar pandai mencari cara untuk menarik perhatian orang kaya."

Bagi mereka, Agnes berpakaian seperti ini demi menarik perhatian orang kaya.

Agnes sama sekali mengabaikan orang-orang ini dan terus mencari sosok itu.

Jimmy tidak diragukan lagi sangat memesona.

Dia sama sekali tidak bisa diabaikan meski sedang berada di tengah kerumunan.

Dia mengenakan setelan jas haute couture abu-abu perak dengan kemeja gelap di baliknya, kancing kerahnya terbuka yang memancarkan aura malas yang memabukkan.

Jarinya yang panjang sedang memegang rokok, dia sepertinya sedang memandangnya dengan kedua matanya melalui asap rokok.

Agnes mengetahui dengan sangat jelas bahwa dia mungkin sedang berjalan ke dalam perangkap Jimmy selangkah demi selangkah, tapi dia tetap berjalan ke arahnya dengan tegar.

Dia sedang bermain kartu dengan beberapa tuan muda lainnya.

Agnes berusaha bertanya dengan sangat sopan, "Pak Jimmy, bisakah aku berbicara sebentar denganmu?"

Hanya saja, Jimmy malah mengabaikan ucapannya dan terus merokok.

Ada Jared di antara sekelompok tuan muda itu.

Sebagai pria yang paling mengenal cinta, dia bisa melihat bahwa keduanya sedang bertengkar lagi.

Dia tidak mengatakan apa-apa, segera menundukkan kepalanya seperti tidak ada yang terjadi dan melihat kartu di tangannya.

Tuan muda lainnya menatap Agnes dengan ekspresi lucu di wajah mereka dan berkata dengan nada menggoda, "Muncul lagi wanita yang ingin mendekati Jimmy. Sepertinya aura Jimmy sama sekali nggak berkurang meski sudah menikah."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status