Share

Bab 2

Penulis: Jojo
“Aku nggak akan biarkan kamu sakiti Liora,” ucapnya padaku.

Tak lama setelah itu, berbagai teori konspirasi merebak di dunia maya. Mereka menuduhku memanfaatkan kematian ibuku untuk mencari simpati, menaikkan popularitas dan menghasilkan uang.

Mereka menyebutku “anak durhaka online”, yang iri pada adikku sehingga tunanganku membatalkan pertunangan.

Tekanan netizen yang sangat besar membuatku sulit bernapas. Mentalku sempat runtuh, aku pun jatuh sakit dengan depresi berat.

Namun, aku tak pernah menyerah memperjuangkan keadilan untuk ibu.

Ibu telah merawat dan melindungiku selama dua puluh tiga tahun. Mana mungkin aku berani menyerah untuk menuntut keadilan baginya?

Di saat itulah, Rafael mulai mendekatiku dengan intens.

Perhatian yang penuh detail, perlindungan yang tak pernah luput dari hal sekecil apa pun. Aku menganggapnya sebagai penyelamat dalam hidupku, hingga akhirnya aku menerima lamarannya.

Setelah menikah, pengadilan memutuskan Liora tak bersalah.

Aku berusaha keras untuk melupakan masa lalu, berusaha menjadi lebih baik, bermimpi memiliki seorang anak dengan Rafael dan membangun keluarga yang bahagia dan utuh.

Namun, tanpa kusadari, penyelamat yang kuanggap sebagai harapan itu justru menjadi bukti cinta yang dalam kepada Liora sejak awal.

Rafael membuka payungnya dan entah sejak kapan sudah berdiri tepat di depanku. Saat dia memandangku, kerut di dahinya yang tegang perlahan mengendur, ada seberkas iba di matanya.

“Kenapa pergi nggak bilang-bilang? Aku khawatir…” katanya lembut.

“Cuaca juga makin dingin. Apalagi masuk akhir tahun, kerjaanku sedang sibuk. Kalau kamu sakit, gimana aku menjagamu nanti?”

Aku tak terkejut dia bisa menemukanku. Di ponselku, dia memasang aplikasi pelacak lokasi. Katanya, dia takut depresiku kambuh dan aku kenapa-kenapa. Dia ingin bisa menjagaku setiap saat.

Dulu aku percaya.

Tapi sekarang aku tahu, dia takut aku akan membuat masalah dengan Liora, jadi dia terus mengawasiku.

Aku mengedipkan mata, air mataku sudah kering. Aku terpaku menatap butiran salju yang terus berjatuhan dari langit tanpa henti

“Aku dengar… kalau membuat harapan saat salju pertama turun, bisa jadi kenyataan. Jadi aku ke sini.”

Keinginan pertamaku, semoga proses perceraian dengan Rafael berjalan lancar.

Keinginan kedua, semoga setelah bercerai, aku tak perlu bertemu dengannya lagi.

Keinginan ketiga, semoga ibu… tak membenciku.

Tak membenciku karena telah mencintai pria yang melindungi pembunuhnya, bahkan pernah ingin memiliki anak dengan pria itu.

Rafael meletakkan jaket di pundakku, menyentuh hidungku sambil tersenyum hangat.

“Kalau gitu pakai baju tebal. Coba lihat, tanganmu dingin sekali.”

“Harapan apa saja yang kamu minta barusan?” tanyanya.

Aku menatapnya kosong, membiarkan dia terus bermain dalam sandiwaranya yang penuh kasih.

“Ada yang tentang kita. Dan… tentang mama juga.”

Ekspresi Rafael sedikit berubah. Dia menatapku dalam-dalam.

“Gimanapun, Liora itu adik tirimu. Sekalipun kalian tidak akur, hubungan darah itu nggak bisa diputus. Mama meninggal, Liora pasti juga sedih. Kalian adalah keluarga satu-satunya bagi satu sama lain. Tiga tahun sudah berlalu, baiknya...”

“Aku tahu, aku nggak akan ribut lagi,” potongku cepat, aku mengerti apa maksudnya.

Aku pernah membawa kasus itu ke pengadilan. Liora dinyatakan tidak bersalah. Saat itu, aku tidak mengajukan banding. Sekarang pun, meski menarik kembali surat damai yang pernah ditandatangani diam-diam, hasilnya takkan berubah.

Dengan wajah tenang tanpa ekspresi, Rafael tampak lega. Senyum kecil menghiasi bibirnya, menandakan hatinya kini lebih lapang.

“Sayang… aku senang kamu akhirnya bisa ikhlas.”

“Tahun baru, awal yang baru. Mulai sekarang, kita akan menjalani hidup berdua dengan baik, pasti akan bahagia dan penuh cinta.”

Aku hanya diam mendengarkan, tanpa berkata apa pun.

Rafael membawaku pulang.

Farez sudah pergi. Sementara Rafael bilang dia ingin ke ruang kerja untuk menyelesaikan laporan.

Aku duduk terpaku dalam kesendirian. Perasaanku tak menentu. Semua emosi menumpuk, sampai akhirnya… aku mencetak surat cerai.

Aku menandatanganinya tanpa ragu, lalu berjalan ke ruang kerja Rafael.

Kusadari pintu ruang kerja terbuka sedikit. Saat kutengok, ruangan itu kosong.

Untuk pertama kalinya, aku masuk ke ruang kerjanya. Ruangannya rapi dan bersih.

Di atas meja ada sebuah bingkai foto—foto Liora.

Sementara di lantai, berserakan kertas coretan dengan nama Liora. Huruf demi huruf tersirat penuh cinta dan kerinduan.

Aku pikir aku sudah bisa menerima kenyataan dengan tenang.

Namun ternyata tidak.

Rasanya seperti ada tangan tak terlihat yang mencengkeram jantungku… sakitnya menusuk sampai ke tulang.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 9

    Mendengar semua yang kukatakan, Rafael hanya bisa berdiri terpaku di tempat.Detik berikutnya, dia langsung menggenggam pergelangan tanganku, menarikku masuk ke dalam pelukannya secara paksa.Suara seraknya bergetar seakan menahan emosi.“Amara, kita pasti masih bisa bersama. Kamu pernah bilang akan mencintaiku selamanya.”“Kita bisa punya anak… keluarga kecil kita pasti akan sangat bahagia…”Mendengar itu, aku tak bisa menahan tawa yang keluar begitu saja.“Rafael, kamu masih ingat nggak?”“Kamu sendiri pernah bilang… anak yang nggak diharapkan ayahnya, hanya akan hidup sengsara.”“Dan sekarang kamu malah bilang ingin punya anak denganku?”“Dulu… waktu kamu diam-diam menukar obat antidepresiku dengan pil KB, pernah nggak kamu mikir… kalau aku, sebagai seorang wanita, juga punya hak untuk ingin punya anak?”“Saat kamu menulis nama wanita lain di ruang kerjamu, pernah nggak kamu bayangkan… betapa sakitnya hati ini?”Kalau kata maaf bisa menyembuhkan segalanya, mungkinkah luka yang perna

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 8

    Kemarahan netizen membara tanpa henti.Tak butuh waktu lama, mereka mulai memboikot semua produk Dirgantara Group. Saham perusahaan pun anjlok, aliran dana nyaris terputus total.Baru kemudian publik sadar, kisah cinta menghebohkan yang dulu diumumkan ke seluruh dunia, hanyalah tirai penutup untuk menyembunyikan keberadaan wanita lain.Dalam waktu singkat, Dirgantara Group limbung. Saham terus merosot hingga menyentuh titik terendah. Kebangkrutan tinggal menunggu waktu.Di tengah kekacauan itu, para pemegang saham tak punya pilihan lain selain bersatu mencopot Rafael dari posisi CEO. Drama itu pun perlahan mereda.Namun sayangnya, nasib Liora tak seberuntung itu.Video percobaan bunuh dirinya dianalisis frame demi frame, membuktikan dia perenang ulung yang bahkan tanpa bantuan bisa berenang dan terapung dengan mudah.Namun saat ibuku melompat ke air untuk menyelamatkannya, dia malah berpura-pura panik.Dia merobek pelampung ibuku, mendorong ban penyelamat menjauh, berulang kali menekan

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 7

    Tiba-tiba saja, berbagai rumor liar mulai menyebar ke mana-mana.Banyak yang percaya bahwa serigala berbulu domba di sekitarku perlahan-lahan mendorongku masuk ke dalam jurang depresi... sampai akhirnya aku memilih mengakhiri hidupku sendiri.Saat aku berada di luar negeri mengetahui semua itu, tanah airku sudah melewati pergantian tahun baru.Ya, aku belum mati.Sejak memutuskan bercerai, aku sudah menghubungi sebuah agensi khusus untuk memalsukan kematianku.Melihat berita-berita itu, aku hanya menanggapinya dengan pandangan datar.Perasaanku padanya sudah benar-benar mati.Kini, yang aku inginkan hanya satu——melihat mereka hidup dalam penderitaan.Lebih baik kalau mereka musnah sekaligus.Mungkin kematian ibu takkan pernah bisa terbalas, tapi aku akan menggunakan kekuatan moral dan opini publik agar mereka menanggung penderitaan sepanjang hayat.Musim dingin di Islanda sangatlah keras.Malam yang panjang membuatku kesepian, tapi entah kenapa, aku merasa semua itu sangat cocok dengan

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 6

    [Aku menghabiskan seluruh hidupku mengejar kebahagiaan yang begitu kubanggakan. Tapi nyatanya, semua itu hanyalah mimpi semu—sebuah lelucon yang menyakitkan.Surat damai darimu sudah kubaca. Ditulis dengan indah... namun penuh ejekan pedih terhadap pernikahan ‘sempurna’ yang selama ini kubanggakan.Selamat tinggal.Jangan rindukan aku.]Sebenarnya aku sudah lama tahu kalau pernikahan ini hanyalah sandiwara yang terancang rapi.Saat dia membaca surat wasiatku, wajahnya seketika berubah pucat pasi.Kata ‘selamat tinggal’ menusuk matanya seperti duri yang menancap langsung ke jantungnya.Begitu menusuk. Begitu menyakitkan.Air matanya pun tumpah tanpa kendali.Tubuhnya gemetar, lalu limbung jatuh ke lantai.Dengan suara lirih yang nyaris terdengar seperti rintihan, dia bertanya pada polisi, “Di mana... di mana jenazah istriku?”Petugas membawanya ke kamar jenazah.Tubuh itu sudah membusuk dan nyaris tak bisa dikenali. Tapi pakaian yang dikenakannya... persis seperti milikku.Rafael tak sa

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 5

    Mendengar isi telepon itu, Rafael tampak tertegun.Dia seolah belum mengerti maksud polisi. Butuh waktu lama untuknya kembali sadar.“Bunuh diri?”“Apa maksud Bapak? Jangan bercanda! Istriku nggak mungkin bunuh diri lompat ke sungai! Ini pasti penipuan, ‘kan?”“Surat damai? Memang aku pernah menulisnya, tapi nggak mungkin surat itu ada di tangan istriku!”Petugas di ujung telepon pun terkejut dengan reaksinya.Namun, mereka tetap mengulang penjelasan kronologi kejadian.“Kami menerima laporan sekitar pukul sembilan malam, ada seseorang yang melompat ke sungai. Dari rekaman CCTV, terlihat seorang wanita muda, berusia sekitar dua puluhan, mengenakan kemeja putih dan celana jeans. Di lokasi ditemukan sepatu dan surat wasiat yang ditinggalkan. Setelah pencarian selama tiga jam, kami menemukan jenazah istri Anda di hilir sungai.”Rafael tiba-tiba menginjak rem dengan kuat. Mobil pun berhenti mendadak di pinggir jalan.“Nggak mungkin! Hari ini aku baru saja merayakan malam tahun baru bersama

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 4

    Liora berusaha melepaskan diri sambil tertawa keras, tawanya penuh ejekan.“Mau bilang aku pembunuh? Mana buktinya?”“Mantanmu cinta sama aku, suamimu juga. Mereka percaya aku polos dan baik hati, mereka semua melindungiku. Sedangkan kamu… apa yang bisa kamu lakukan?”Kemarahan membakar dadaku, tapi tubuhku lemah—bertahun-tahun sakit dan depresi membuatku kehilangan tenaga. Aku tak sanggup menekannya lebih lama.Liora mendorongku dengan kasar hingga aku terjengkang.“Kak, apa Kakak sebegitu bencinya sama aku? Aku tahu aku salah… aku mohon, jangan pukul aku,” ucap Liora tiba-tiba penuh drama.“Liora, kamu nggak apa-apa, ‘kan?” Rafael datang terburu-buru, sepertinya mendengar keributan. Matanya penuh kemarahan menatapku, tanpa banyak bicara dia menamparku dengan keras. Rasa kecewa membara dalam sorot matanya.“Amara! Dia itu adikmu! Tapi kamu malah mencoba membunuhnya! Apa kamu sudah gila, hah?”Liora tampak sedih sambil menggeleng pelan.“Jangan salahkan Kak Amara, Bang Raf. Semua ini s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status