Share

Bab 3

Penulis: Jojo
Di atas meja, sebuah kotak perhiasan yang tampak mewah dan elegan. Di dalamnya, terdapat kalung safir biru yang sangat indah.

Kalung itu langka—nilai dan keindahannya tak ternilai, sulit didapat walau punya harta melimpah.

Aku sangat suka batu safir biru, suka akan keindahannya yang dingin dan angkuh. Namun selama ini, Rafael selalu memberiku perhiasan emas.

Katanya, yang penting itu nilai investasinya. Lagipula, aku sudah cantik, pakai apa pun pasti terlihat mewah.

Aku percaya kata-kata manisnya.

Aku mengeluarkan kalung berlian biru dari kotak perhiasan. Sangat cantik, begitu indah. Batu safir sebesar telur burung puyuh di tengah, dikelilingi berlian kecil yang berkilau saat kalung bergoyang pelan.

Mataku tertuju pada ukiran di balik kalung itu: LV

Liora Valeska.

Napasku tercekat. Aku menangis dan tertawa dalam kehancuran membingungkan. Dengan menahan sakit yang tak tertahankan, aku memutuskan kabur dari penjara cinta palsu yang dirajut Rafael.

Cukup. Sudah cukup.

Aku memang harus pergi sejauh mungkin.

Perusahaan pemalsuan kematian sudah kuhubungi, semua persiapan sudah matang.

Sekarang, aku cuma tinggal menunggu polisi menemukan bukti surat damai yang disembunyikan Rafael selama tiga tahun.

Malam itu, Rafael tak pulang.

Keesokan harinya saat pulang, dia tersenyum dan berkata padaku, “Sayang, besok ‘kan ulang tahun adikmu, gimana kalau kita rayakan?”

“Aku sudah undang dia makan malam, atas namamu. Kalian sudah lama bertengkar, saatnya berdamai. Anggap saja ini demi aku… boleh, ya?”

Aku menatap Rafael. Dia bicara lembut membujukku, matanya yang gelap penuh kasih dan tulus.

Entah kenapa, ingatanku melayang ke masa tergelap dan paling hancur dalam hidupku. Saat dia menatapku seperti itu dulu, merampas pisau dari tanganku, menyelamatkanku saat aku mencoba bunuh diri.

“Baik,” jawabku akhirnya, “Aku akan datang.”

Kalau itu yang dia mau, kuberikan saja. Anggap ini balas budi, karena selama bertahun-tahun, saat depresiku kambuh, dia selalu ada.

Malam Tahun Baru tiba.

Rafael menyewa restoran mewah.

Liora berjalan anggun dengan balutan gaun putih bersih selutut.

Tanpa ragu, Rafael melepaskan tanganku dan berjalan ke arahnya.

“Liora, selamat ulang tahun. Ini hadiah dariku.”

Aku melirik hadiah itu——kotak yang sangat familier.

Kalung safir biru yang semalam kulihat.

Jelas itu hadiah untuknya.

Mungkin sadar aku masih di sana, Rafael tersenyum canggung.

“Hadiah ini aku siapkan bersama kakakmu.”

Liora mengangkat alis dan tersenyum.

“Makasih, aku suka sekali.”

Setelah Rafael pergi ke dapur pesan makanan, senyum Liora memudar. Dia melangkah ke arahku.

“Istri seorang Rafael ternyata masih ingat adik malang sepertiku, ya? Luar biasa.”

“Tapi, pria yang kamu miliki cuma cadangan yang nggak aku mau. Kamu tahu itu, ‘kan?”

Aku meliriknya sebentar, lalu duduk.

“Kamu cuma mau pamer itu?”

Liora tak peduli kesedihanku. Dia tersentak, lalu senyum sinis muncul di wajahnya.

“Tentu nggak. Kamu kasih aku hadiah, aku juga punya sesuatu untukmu.”

Dia mengeluarkan gelang batu giok hijau, lalu melemparkannya di depanku seperti membuang sampah.

Saat aku melihat jelas gelang itu, wajahku langsung berubah pucat.

Itu gelang yang ada di kotak abu ibuku!

Bagaimana mungkin gelang itu bisa ada di tangan Liora?

Aku langsung meraih lengannya dengan kasar.

“Kamu dapat gelang itu dari mana? Jawab!”

Liora tersenyum puas, menatapku penuh provokasi.

“Ya jelas dari gali kuburannya. Aku ‘kan baik, masih ingat simpan gelang itu buatmu.”

“Amara… kalau ibumu nggak keras kepala nggak mau ceraikan ayahku, ibuku nggak akan depresi sampai mati di rumah sakit. Jadi… kematian ibumu memang pantas!”

“Meski sudah mati, ibumu tetap nggak pantas dihormati. Makanya aku buang abunya ke selokan. Tempat itu… lebih cocok buat dia!”

Amarahku membara. Mataku memerah, kedua tanganku mencengkeram lehernya dengan kuat.

“Liora! Jadi benar kamu sengaja bunuh mama! Aku bunuh kamu!”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 9

    Mendengar semua yang kukatakan, Rafael hanya bisa berdiri terpaku di tempat.Detik berikutnya, dia langsung menggenggam pergelangan tanganku, menarikku masuk ke dalam pelukannya secara paksa.Suara seraknya bergetar seakan menahan emosi.“Amara, kita pasti masih bisa bersama. Kamu pernah bilang akan mencintaiku selamanya.”“Kita bisa punya anak… keluarga kecil kita pasti akan sangat bahagia…”Mendengar itu, aku tak bisa menahan tawa yang keluar begitu saja.“Rafael, kamu masih ingat nggak?”“Kamu sendiri pernah bilang… anak yang nggak diharapkan ayahnya, hanya akan hidup sengsara.”“Dan sekarang kamu malah bilang ingin punya anak denganku?”“Dulu… waktu kamu diam-diam menukar obat antidepresiku dengan pil KB, pernah nggak kamu mikir… kalau aku, sebagai seorang wanita, juga punya hak untuk ingin punya anak?”“Saat kamu menulis nama wanita lain di ruang kerjamu, pernah nggak kamu bayangkan… betapa sakitnya hati ini?”Kalau kata maaf bisa menyembuhkan segalanya, mungkinkah luka yang perna

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 8

    Kemarahan netizen membara tanpa henti.Tak butuh waktu lama, mereka mulai memboikot semua produk Dirgantara Group. Saham perusahaan pun anjlok, aliran dana nyaris terputus total.Baru kemudian publik sadar, kisah cinta menghebohkan yang dulu diumumkan ke seluruh dunia, hanyalah tirai penutup untuk menyembunyikan keberadaan wanita lain.Dalam waktu singkat, Dirgantara Group limbung. Saham terus merosot hingga menyentuh titik terendah. Kebangkrutan tinggal menunggu waktu.Di tengah kekacauan itu, para pemegang saham tak punya pilihan lain selain bersatu mencopot Rafael dari posisi CEO. Drama itu pun perlahan mereda.Namun sayangnya, nasib Liora tak seberuntung itu.Video percobaan bunuh dirinya dianalisis frame demi frame, membuktikan dia perenang ulung yang bahkan tanpa bantuan bisa berenang dan terapung dengan mudah.Namun saat ibuku melompat ke air untuk menyelamatkannya, dia malah berpura-pura panik.Dia merobek pelampung ibuku, mendorong ban penyelamat menjauh, berulang kali menekan

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 7

    Tiba-tiba saja, berbagai rumor liar mulai menyebar ke mana-mana.Banyak yang percaya bahwa serigala berbulu domba di sekitarku perlahan-lahan mendorongku masuk ke dalam jurang depresi... sampai akhirnya aku memilih mengakhiri hidupku sendiri.Saat aku berada di luar negeri mengetahui semua itu, tanah airku sudah melewati pergantian tahun baru.Ya, aku belum mati.Sejak memutuskan bercerai, aku sudah menghubungi sebuah agensi khusus untuk memalsukan kematianku.Melihat berita-berita itu, aku hanya menanggapinya dengan pandangan datar.Perasaanku padanya sudah benar-benar mati.Kini, yang aku inginkan hanya satu——melihat mereka hidup dalam penderitaan.Lebih baik kalau mereka musnah sekaligus.Mungkin kematian ibu takkan pernah bisa terbalas, tapi aku akan menggunakan kekuatan moral dan opini publik agar mereka menanggung penderitaan sepanjang hayat.Musim dingin di Islanda sangatlah keras.Malam yang panjang membuatku kesepian, tapi entah kenapa, aku merasa semua itu sangat cocok dengan

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 6

    [Aku menghabiskan seluruh hidupku mengejar kebahagiaan yang begitu kubanggakan. Tapi nyatanya, semua itu hanyalah mimpi semu—sebuah lelucon yang menyakitkan.Surat damai darimu sudah kubaca. Ditulis dengan indah... namun penuh ejekan pedih terhadap pernikahan ‘sempurna’ yang selama ini kubanggakan.Selamat tinggal.Jangan rindukan aku.]Sebenarnya aku sudah lama tahu kalau pernikahan ini hanyalah sandiwara yang terancang rapi.Saat dia membaca surat wasiatku, wajahnya seketika berubah pucat pasi.Kata ‘selamat tinggal’ menusuk matanya seperti duri yang menancap langsung ke jantungnya.Begitu menusuk. Begitu menyakitkan.Air matanya pun tumpah tanpa kendali.Tubuhnya gemetar, lalu limbung jatuh ke lantai.Dengan suara lirih yang nyaris terdengar seperti rintihan, dia bertanya pada polisi, “Di mana... di mana jenazah istriku?”Petugas membawanya ke kamar jenazah.Tubuh itu sudah membusuk dan nyaris tak bisa dikenali. Tapi pakaian yang dikenakannya... persis seperti milikku.Rafael tak sa

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 5

    Mendengar isi telepon itu, Rafael tampak tertegun.Dia seolah belum mengerti maksud polisi. Butuh waktu lama untuknya kembali sadar.“Bunuh diri?”“Apa maksud Bapak? Jangan bercanda! Istriku nggak mungkin bunuh diri lompat ke sungai! Ini pasti penipuan, ‘kan?”“Surat damai? Memang aku pernah menulisnya, tapi nggak mungkin surat itu ada di tangan istriku!”Petugas di ujung telepon pun terkejut dengan reaksinya.Namun, mereka tetap mengulang penjelasan kronologi kejadian.“Kami menerima laporan sekitar pukul sembilan malam, ada seseorang yang melompat ke sungai. Dari rekaman CCTV, terlihat seorang wanita muda, berusia sekitar dua puluhan, mengenakan kemeja putih dan celana jeans. Di lokasi ditemukan sepatu dan surat wasiat yang ditinggalkan. Setelah pencarian selama tiga jam, kami menemukan jenazah istri Anda di hilir sungai.”Rafael tiba-tiba menginjak rem dengan kuat. Mobil pun berhenti mendadak di pinggir jalan.“Nggak mungkin! Hari ini aku baru saja merayakan malam tahun baru bersama

  • Setelah Dua Kali Dikhianati, Aku Dinikahi Sang Penguasa   Bab 4

    Liora berusaha melepaskan diri sambil tertawa keras, tawanya penuh ejekan.“Mau bilang aku pembunuh? Mana buktinya?”“Mantanmu cinta sama aku, suamimu juga. Mereka percaya aku polos dan baik hati, mereka semua melindungiku. Sedangkan kamu… apa yang bisa kamu lakukan?”Kemarahan membakar dadaku, tapi tubuhku lemah—bertahun-tahun sakit dan depresi membuatku kehilangan tenaga. Aku tak sanggup menekannya lebih lama.Liora mendorongku dengan kasar hingga aku terjengkang.“Kak, apa Kakak sebegitu bencinya sama aku? Aku tahu aku salah… aku mohon, jangan pukul aku,” ucap Liora tiba-tiba penuh drama.“Liora, kamu nggak apa-apa, ‘kan?” Rafael datang terburu-buru, sepertinya mendengar keributan. Matanya penuh kemarahan menatapku, tanpa banyak bicara dia menamparku dengan keras. Rasa kecewa membara dalam sorot matanya.“Amara! Dia itu adikmu! Tapi kamu malah mencoba membunuhnya! Apa kamu sudah gila, hah?”Liora tampak sedih sambil menggeleng pelan.“Jangan salahkan Kak Amara, Bang Raf. Semua ini s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status