Short
Mati Untuk Hidup

Mati Untuk Hidup

By:  AshanaKumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
1 Rating. 1 Rebyu
9Mga Kabanata
3.5Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Pada hari anakku selesai ujian masuk universitas, aku meninggal di rumah sakit karena kanker stadium akhir. Sementara itu, suamiku sedang memeluk mantan kekasihnya di hotel dan berkata, "Cepat atau lambat, wanita tua itu akan kasih tempat buat kamu." Anakku berpesta semalaman di bar, mabuk-mabukan sambil mengeluh kepada temannya, "Ibuku itu maunya mengatur seluruh hidupku. Aku malah pengen jauh-jauh darinya." Mertuaku mengobrol dengan tetangga, "Seharian dia nggak melakukan apa-apa, cuma tahu makan saja. Aku menyesal punya menantu kayak dia!" Aku sudah tidak bisa membantah mereka lagi. Kali ini, akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

view more

Kabanata 1

Bab 1

Pada hari anakku selesai ujian masuk universitas, aku meninggal di rumah sakit karena kanker stadium akhir.

Sementara itu, suamiku sedang memeluk mantan kekasihnya di hotel dan berkata, "Cepat atau lambat, wanita tua itu akan kasih tempat buat kamu."

Anakku berpesta semalaman di bar, mabuk-mabukan sambil mengeluh kepada temannya, "Ibuku itu maunya mengatur seluruh hidupku. Aku malah pengen jauh-jauh darinya."

Mertuaku mengobrol dengan tetangga, "Seharian dia nggak melakukan apa-apa, cuma tahu makan saja. Aku menyesal punya menantu kayak dia!"

Aku sudah tidak bisa membantah mereka lagi.

Kali ini, akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

….

Pada hari aku meninggal di rumah sakit karena kanker, jiwaku melayang di atas kota.

Dokter melihat jasadku sambil menggeleng, "Sudah nggak ada harapan. Hubungi keluarganya saja."

Telepon yang berdering segera dijawab.

"Apakah ini keluarga Kamila Lesmana? Begini, Ibu Kamila telah meninggal dunia karena kanker stadium akhir. Mohon datang ke rumah sakit untuk mengurus jenazahnya."

Suara di telepon terdiam sejenak, lalu terdengar suara dingin seorang wanita, "Kalian salah sambung, jangan telepon aku lagi."

Perawat yang ada di samping dokter memeriksa kembali data pendaftaran pasien dengan heran. "Nggak mungkin salah ... nomor ini sudah terdaftar setidaknya tiga kali ...."

Dokter memandang layar telepon yang sudah terputus sambil menghela napas. "Mungkin mereka pikir ini telepon penipuan."

Mereka tetap mencoba mengatakan sesuatu untuk menghiburku, tetapi sayangnya aku sudah berbaring di sana, tak lagi bisa mendengar apa-apa.

Didorong dengan keyakinanku, aku tiba di sebuah kamar hotel. Di atas ranjang, seorang wanita berbaju tidur baru saja menutup telepon, lalu berkata dengan lega, "Akhirnya dia mati juga."

Suamiku, Satria Jatmiko, hanya mengenakan handuk dan langsung memeluk wanita itu dari belakang. "Lagi apa, Sayang?"

Wanita itu mencoba terlihat santai. "Baru saja aku tutup telepon dari istrimu yang menyeramkan. Kamu nggak marah, 'kan?"

"Kamila?" Dia mengernyit.

Kamila sudah lama pergi dari rumah, kenapa tiba-tiba dia telepon?

Namun, melihat wanita manis dan lembut di depannya, dia menahan keraguannya sambil mendekati wanita itu.

Bagaimanapun, seorang istri tua dan lusuh tidak akan sebanding dengan wanita karier yang sukses.

Tetapi, sepertinya dia lupa, dulu dia yang memohon agar aku menjadi ibu rumah tangga.

"Kamila, anak kita nggak bisa hidup tanpa ibunya. Kamu tinggal di rumah saja, ya. Aku janji, aku akan jaga kamu dan anak kita sebaik-baiknya."

Janjinya terlihat sungguh-sungguh, bahkan ibuku sampai dipengaruhinya untuk membujukku.

Sejak saat itu, aku terjebak dalam rutinitas rumah tangga selama delapan belas tahun.

Sampai akhirnya, kematian yang benar-benar membebaskanku.

Aku hanya bisa diam melihat Satria membawa selingkuhannya pulang ke rumah.

Mertuaku dengan antusias menyiapkan banyak makanan untuk menyambut wanita yang sudah mengandung cucunya itu.

Menurutnya, "Wanita yang nggak bisa punya anak, sama saja kayak kotoran nggak berguna!"

Ketika aku mengalami pendarahan hebat saat melahirkan dan akhirnya kehilangan kemampuan untuk hamil lagi, Satria menghapus air mataku sambil berkata, "Kita sudah punya satu anak, itu sudah cukup. Nggak masalah."

Sementara mertuaku mengejek, "Cuma bisa melahirkan satu anak, kenapa sampai dirawat di rumah sakit mahal begini. Buang-buang uang saja!"

Kalau saja aku masih punya tenaga untuk bicara, mereka pasti bisa mendengarku.

Melahirkan itu sakit sekali, benar-benar sakit. Saat operasi, aku sangat ketakutan. Aku takut mati. Aku ingin tetap hidup.
Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
lia latifah
sudah selesai
2025-05-21 00:12:21
0
9 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status