ホーム / Rumah Tangga / Setelah Kamu Pilih Dia / Saat Masa Lalu Mengetuk Lagi

共有

Saat Masa Lalu Mengetuk Lagi

作者: Lina Astriani
last update 最終更新日: 2025-07-22 20:03:06

Dua bulan setelah bukunya resmi diterbitkan, hidup Dinda dan Rayhan nyaris tanpa drama. Buku Dinda mendapat sambutan hangat di komunitas pembaca. Ia bahkan beberapa kali diundang jadi pembicara di kelas menulis online. Sederhana, tapi terasa seperti mimpi yang perlahan jadi nyata.

Namun, seperti halnya hidup yang tak pernah benar-benar tenang selamanya—masa lalu punya caranya sendiri untuk kembali mengetuk pintu.

Hari itu Dinda sedang bersiap untuk live IG bersama komunitas literasi. Ia duduk di meja kerja kecil, menata ring light, dan memastikan koneksi stabil. Tapi notifikasi WhatsApp membuat fokusnya teralihkan.

Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

“Halo, Dinda. Ini Karin, adiknya Arsen. Aku tahu mungkin ini tiba-tiba, tapi… bolehkah kita bertemu? Ada hal yang ingin aku sampaikan. Tentang Arsen.”

Dinda menatap layar ponsel cukup lama, jantungnya seketika berdebar tak karuan. Nama itu—meski sudah lama terkubur dalam diam—masih punya sisa getarannya sendiri.

Rayhan yang melihat
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Langkah Pertama Melawan Rasa Takut

    Pagi itu, matahari bersinar cerah, seolah ikut menyemangati hati Dinda yang sejak semalam sudah bertekad bulat. Ia tak ingin lagi larut dalam kesedihan hanya karena bisikan atau sindiran. Ia tahu, semakin ia diam, semakin orang-orang seenaknya membicarakan dirinya.Rayhan sempat menatap istrinya heran saat sarapan. “Hari ini kamu kelihatan beda. Matamu lebih mantap.”Dinda tersenyum samar. “Aku cuma nggak mau terus-terusan sembunyi, Han. Kalau aku mundur, mereka pikir aku salah. Aku mau buktikan kalau aku bisa tetap berdiri tegak.”Rayhan mengangguk, bangga dengan keberanian itu. “Bagus. Aku dukung apa pun langkahmu.”Kebetulan, siang harinya ada agenda kerja bakti komplek. Semua warga, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu, berkumpul di lapangan kecil dekat musholla. Suasana cukup ramai, anak-anak berlarian, bapak-bapak sibuk membawa cangkul dan sapu, sementara ibu-ibu mengatur konsumsi.Awalnya Dinda agak gugup saat berjalan ke arah kumpulan ibu-ibu. Beberapa pasang mata memang menoleh ke

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Riak Kecil di Balik Kehangatan

    Beberapa hari setelah kejadian itu, suasana komplek tetap tampak biasa saja. Dinda berusaha menjalani aktivitas seperti normal: menjemur pakaian, mengurus bayi, sesekali mampir ke rumah Bu Ratna atau sekadar duduk di teras sambil menyapa tetangga yang lewat.Namun, tanpa ia sadari, gosip tentang dirinya mulai menyebar lebih luas.Suatu sore, saat Dinda baru saja selesai menyapu halaman, datang Bu Nisa dengan wajah sedikit canggung. Ia membawa sepiring pisang goreng hangat.“Bu Dinda, saya bawain ini. Baru goreng, takut keburu dingin,” katanya dengan senyum tipis.Dinda menyambut ramah. “Wah, terima kasih banyak, Bu. Pas banget, saya belum sempat bikin cemilan sore.”Mereka pun duduk sebentar di teras sambil berbincang. Namun, dari nada suara Bu Nisa, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.“Bu Dinda, saya sebenarnya nggak enak ngomong. Tapi rasanya lebih baik saya jujur. Beberapa ibu kemarin ada yang komentar soal ibu,” ucapnya hati-hati.Dinda mengangkat alis, meski hatinya langsung ber

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Kehangatan yang Mulai Terganggu

    Hari-hari setelah arisan pertama berjalan begitu indah bagi Dinda. Ponselnya kini ramai notifikasi dari grup WhatsApp ibu-ibu komplek. Setiap hari ada saja obrolan—mulai dari resep sederhana, tips belanja hemat, sampai sekadar membagikan foto anak-anak mereka.Dinda merasa lebih hidup. Ia tak lagi merasa asing di lingkungan baru. Bahkan beberapa kali ia diajak mampir ke rumah tetangga, sekadar minum teh sambil mengobrol.Namun, tak semua berjalan semulus itu.Suatu sore, ketika Dinda sedang menyapu halaman, ia mendengar dua ibu yang lewat di depan rumahnya bercakap dengan suara agak pelan tapi cukup jelas terdengar.“Eh, itu Bu Dinda ya? Baru juga pindah, udah langsung deket banget sama Bu Wati sama Bu Ratna,” ucap salah satunya.“Iya, aku juga lihat. Cepet banget akrabnya. Jangan-jangan ada maunya,” timpal yang lain.Dinda terdiam, sapunya berhenti bergerak. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tak menyangka akan mendengar komentar seperti itu.Malamnya, saat Rayhan pulang, Dinda menc

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Arisan Pertama Dinda

    Hari Minggu tiba, matahari pagi bersinar cerah. Sejak pagi, Dinda sudah bersiap dengan mengenakan gamis sederhana warna biru muda dan jilbab polos yang membuat wajahnya terlihat segar. Tangannya sempat gemetar saat menata hijabnya di depan cermin.“Han, aku grogi banget,” ucapnya sambil menatap Rayhan yang sedang menggendong bayi mereka.Rayhan tersenyum menenangkan. “Kenapa grogi? Kan cuma arisan. Santai aja, Din. Kamu tinggal jadi diri kamu sendiri.”“Tapi ini pertama kali aku kumpul sama ibu-ibu komplek. Aku takut salah ngomong atau malah nggak nyambung,” jawab Dinda pelan.Rayhan mendekat, menepuk pelan bahu istrinya. “Kamu kan orangnya ramah. Aku yakin mereka bakal suka sama kamu. Lagian, Bu Ratna juga pasti nemenin.”Dinda menarik napas panjang, lalu mengangguk. “Iya, semoga aja.”Tepat pukul sembilan, Bu Ratna datang menjemput. Ia tersenyum hangat saat melihat Dinda sudah siap. “Wah, cantik sekali, Bu Dinda. Ayok, jangan malu-malu. Semua ibu-ibu pasti senang kenal dengan tetang

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Kehangatan Tetangga Baru

    Pagi berikutnya, aroma masakan sederhana dari dapur tetangga mulai tercium. Suara ayam berkokok dan anak-anak berlarian membuat suasana perumahan terasa hidup. Dinda membuka pintu depan rumah, membiarkan udara segar masuk sambil menatap lingkungan sekitar.Di halaman sebelah, Bu Ratna sedang menyapu. Begitu melihat Dinda, ia melambaikan tangan. “Pagi, Bu Dinda! Sudah agak rapi rumahnya?”Dinda tersenyum hangat. “Alhamdulillah, Bu. Kemarin seharian beres-beres sama suami. Capek, tapi senang.”Tak lama kemudian, Bu Ratna menghampiri sambil membawa sepiring kue tradisional. “Ini saya bawain onde-onde sama risoles. Biar ada camilan pagi. Anggap aja ucapan selamat datang.”Dinda terharu menerima itu. “Ya Allah, terima kasih banyak, Bu. Jadi malu saya, baru pindah sudah dikasih begini.”“Ah, nggak usah sungkan. Di sini kita semua saling bantu. Kalau ada apa-apa, tinggal ketok rumah saya aja,” jawab Bu Ratna dengan ramah.Rayhan yang baru keluar rumah ikut menyapa. “Wah, terima kasih banyak,

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Awal Hari di Rumah Baru

    Pagi itu, cahaya matahari menembus jendela kecil rumah dinas, menyebarkan kehangatan ke seluruh ruangan. Dinda sudah terjaga lebih dulu, duduk di lantai dengan bayi yang masih setengah tertidur dalam gendongannya. Senyum lembut menghiasi wajahnya, meski tubuh terasa lelah setelah perjalanan panjang kemarin.Rayhan keluar dari kamar dengan rambut masih berantakan. “Selamat pagi, Din,” ucapnya sambil menguap lebar. “Gimana tidurnya semalam? Nyaman nggak?”Dinda terkekeh. “Nyaman sih nggak, Han. Tapi aku bahagia. Rumah ini mungkin kecil dan sederhana, tapi rasanya hangat.”Rayhan menatap sekeliling rumah, lalu tersenyum tipis. “Hari ini kita mulai petualangan baru, ya. Bersih-bersih dulu biar makin nyaman.”Setelah sarapan sederhana dengan gorengan pemberian Bu Ratna dan secangkir teh hangat, mereka mulai mengeluarkan barang-barang dari kardus. Dinda mengatur perlengkapan bayi di pojok kamar, sementara Rayhan sibuk menyapu halaman belakang yang penuh rumput liar.Sesekali, Rayhan mengint

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status