Share

5. Aku Lelah

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2022-08-30 18:39:17

"Yah … ayah!" panggil Anita. Ia terus berjalan hingga memasuki kamar. 

Klik. 

"Astaghfirullaaah … !" pekik Anita.

Dua insan di atas ranjang terlonjak dengan keberadaan Anita. 

"Anita?!" 

Mata Anita menatap nanar. Jantungnya melompat tak beraturan. Dadanya turun naik, menahan napasnya yang memburu. Ia tidak ingin percaya dengan penglihatannya. Kenyataannya, keterkejutan dua orang tersebut sangat nyata.

"Anita, kau datang?" Seorang laki-laki berdiri mendekatinya. Sedang, yang perempuan sibuk merapikan pakaiannya yang tersingkap. 

"Kenapa … kalian tega lakukan ini?" Mata Anita berkaca-kaca. 

"Dengarkan aku dulu. Aku bisa jelaskan." 

Ridwan memegang tangan Anita, tetapi tangan itu keburu menarik. 

"Kenapa? Yah, Izza … di sana berjuang melawan … kematian. Kau di sini …." 

Anita tak sanggup meneruskan ucapannya.

"Dengarkan aku dulu."

"Apa yang didengarkan?!" Anita mulai mengamuk. "Jelas-jelas mataku melihatnya sendiri."

"Nit, tenang ya. Kita bicara baik-baik. Oke."

Anita memalingkan wajahnya ke arah perempuan di atas ranjang. Emosi semakin melonjak tinggi melihat wajah tanpa dosa. Secepat kilat ia merangsek maju, lalu menarik pakaian yang dikenakan perempuan itu.

*

Di lain tempat. 

"Mang Yuni, putar mobilnya?"

Amang Yuni menoleh heran. "Loh, kok?"

"Kita kembali ke rumah Anita. Perasaanku tidak nyaman."

"Pak, nanti meeting kita terlambat. Mengantar Bu Anita sudah memakan waktu berapa jam. Kita sedang keburu, Pak." Karin mengingatkan. 

"Cancel saja."

"Pak?!"

"Putar, Mang!" desak Bayu.

Meski bingung Amang Yuni menurut saja. Bayu sangat mengenal Anita. Anita tidak akan meninggalkan Izza hanya dalam urusan sepele. 

Kalau sekadar ketinggalan barang, masih bisa dikirim pakai jasa pengiriman. Ia semakin khawatir, mengingat Anita yang mondar-mandir di kamar seperti menunggu seseorang dengan cemas. 

Ketika mereka sampai, beberapa orang berkerumun di halaman sambil berbisik-bisik satu sama lain. Bayu cepat berlari, memecah kerumunan itu. 

Di dalam rumah terlihat Anita mengamuk. Pecahan kaca dan barang-barang berceceran di lantai, bahkan bercak darah. Seorang laki-laki berusaha menenangkan Anita, tetapi perempuan itu terus mengamuk. Bayu mengira itu suami Anita. 

Bayu masuk ke dalam. Ia sempat menangkap foto Izza yang hendak dilempar Anita. 

"Nit! Ini foto Izza," teriak Bayu.

Anita terdiam melihat Bayu. 

"Bayu?" 

Anita nampak acak-acakan. Matanya nanar. Rambut kusut. Kerudung Anita entah ke mana. Hilang sosok elegan yang selama ini diam-diam dikagumi Bayu. 

"Hentikan, Nit. Mengamuk tidak akan menyelesaikan masalah." 

Sesaat ia melirik perempuan yang berdiri di samping pintu kamar. 

"Istighfar, Nit."

Ridwan termangu. Melihat laki-laki yang berhasil menenangkan istrinya. 

"Bayu?"

Bayu mengangguk. Ia memegang kedua belah bahu Anita. 

"Kita pulang, yuk!" ucap Anita. 

"Tunggu dulu. Dia siapa?" sela Ridwan.

"Dia orang lain, tapi lebih peduli dengan Izza daripada ayahnya sendiri. Bayu, ayo pulang!" ucap Anita dengan tatapan kosong. Anita meraih kerudungnya yang tercecer di lantai, lalu memasang tanpa peduli kerapiannya.

Bayu menatap punggung Anita yang melangkah gontai. Meninggalkan jejak-jejak darah di lantai. Tiba-tiba matanya tertumpu pada tas selempang yang sempat dipakai Anita. 

Ia segera mengambil tas itu, lalu menyusul Anita yang sudah memasuki mobilnya. 

***

Di dalam mobil Anita kembali menangis. Karin yang duduk di sampingnya hanya bisa mengelus punggung Anita, tanpa tahu harus berkata apa? Sementara Bayu memilih diam, membiarkan Anita melepaskan semua perasaannya. 

"Pak, ini sudah di muka Rantau. Apa kita ke tempat meeting?" 

Bayu masih diam sesaat ia menoleh ke Anita yang sudah berhenti menangis. Ia tidak tahu perempuan di sampingnya sudah baikan atau kehabisan air matanya. 

Anita yang mendengar pertanyaan Amang Yuni segera menyadari situasinya. 

"Biar saya singgah di sini saja, Mang."

"Kamu mau ke mana? Ke Banjarmasin? Naik taksi? Dengan kondisi seperti ini?"

"Mang!" Anita mengabaikan rentetan pertanyaan Bayu. Otaknya memang tak bisa menampung apa-apa lagi, selain ingin secepatnya bertemu putrinya. 

Amang Yuni menepikan mobilnya. Anita merangsek, melewati Bayu. "Buka pintunya, Mang."

Pintu terbuka. Anita segera turun.

Bayu mendesis dengan tindakan Amang Yuni. Amang Yuni menekukkan wajah. 

Bayu terus mengamati Anita dari kejauhan. Anita berjalan gontai tanpa sandal. Pakaian Anita kumal. Warnanya pudar. Bayu meringis melihat batu-batu kerikil yang diinjak Anita, tetapi sepertinya wanita itu sudah kehilangan indra perasa

Bayu teringat awal-awal ia bertemu Anita. Ibu dari Izza itu termasuk wanita fashionable. Pakaian Anita terlihat simpel, tapi kekinian dan terlihat anggun. Namun perlahan, selama anaknya dirawat, beberapa kali bertemu, Anita hanya mengenakan pakaian yang diulang-ulang, sampai akhirnya memudar. 

Kanker yang diderita Izza, telah membuat Anita berubah 180 derajat.

Bayu terkesiap ketika melihat Anita melambaikan tangan saat ada mobil colt yang lewat. Mobil angkutan umum yang biasa dipakai orang Kalimantan Selatan antar kabupaten. 

Bayu bergegas turun ketika melihat mobil itu mulai menepi. 

Bayu berlari hingga ia berhasil menarik tangan Anita. 

"Naik mobilku saja. Tidak aman dengan kondisimu seperti ini." 

Beberapa penumpang di mobil saling berbisik. 

"Jadi naik gak niiih?" tanya Sopir setengah berteriak.

"Jadi." Anita berusaha menarik tangannya, tapi gagal.

"Enggak jadi, Pak. Maaf … Bapak pergilah."

Sopir melajukan mobil. Bayu sempat mendengar gerutuan sang sopir. 

Anita berang. Ia menarik keras hingga pegangan Bayu terlepas. "Bapak selesaikan saja urusan Bapak. Jangan pedulikan saya."

"Siapa yang peduli sama kamu?!" bentak Bayu. Membuat Anita terkesiap. "Saya hanya peduli sama Izza. Bagaimana perasaan Izza melihat kondisimu seperti ini?!"

Disebut nama Izza. Seketika Anita tersungkur ke tangan. Tangisan kembali terdengar. 

Bayu berjongkok, menghadap Anita. 

"Mengapa jadi begini?" suara Anita di sela isaknya, tenggelam di antara deru mobil yang lewat.

Bayu tak bersuara. Ia melepas jasnya, melampirkan ke atas kepala Anita. 

"Aku capek." Tangisnya makin menderu. 

"Masuklah ke mobilku. Kau bisa Istirahat di sana."

Anita menggeleng. Bukan itu yang dimaksudnya. 

"Sebaiknya masuk mobil dulu." Bayu memegang kedua pundak Anita dan berusaha membantu Anita berdiri yang tertatih.

Belum sempurna Anita berdiri, tiba-tiba matanya terpejam. Tubuhnya limbung. Beruntung Bayu sigap menangkap tubuhnya.

**

"Kau istirahatlah! Biar aku jaga Anita," titah Bayu pada Karin setelah dokter merawat Anita pergi.

"Tapi, Pak..."

"Karin!"

Karin tak berani lagi membantah. Ia tahu betul dengan nada itu. 

"Baik, Pak." Karin segera keluar dari kamar hotel itu. 

Bayu duduk di tepi ranjang, di samping Anita yang masih tidak sadarkan diri. Di tangannya sudah terpasang infus. Ia menarik merapatkan selimut yang dikenakan Anita. 

"Kau harus kuat, Nit," bisik Bayu. 

Menatap Anita, seketika berkelebat wajah seorang wanita yang membiru. Bayu mengerjap. Menghalau memori itu muncul. Kenyataannya, semakin diusir, fragmen masa lalu semakin merajalela. Semakin menyesakkan dada. Luka yang belum kering, kini terbuka lagi.

Bayu tak kuasa lagi menahan air matanya. Semakin di tahan, semakin nelangsa batinnya. 

.

.

Sementara Anita, sedikit demi sedikit kesadarannya mulai kembali. Matanya mengerjap pelan. Ada bagian dirinya yang ingin terus memejamkan mata.

"Mamaaa .…"

"Izza!" Anita terlonjak. 

Ia berusaha mengenali ruangan apa yang ditangkap matanya. Bukan kamar Rumah Bahagia, apalagi rumahnya. Setelah bergerak, barulah menyadari kalau di tangannya terpasang infus. 

Ranjang yang direbahinya sangat empuk, ukuran king size, dan selimut yang menutupi badannya sangat lembut. 

Di samping ranjang ada nakas yang di atasnya bertengger sebuah lampu tidur mewah. Di samping lampu, tergeletak tas selempangnya sudah kumal.

Tak jauh dari ranjangnya, satu set sofa minimalis mewah warna abu-abu. Di atas meja ada sebuah koper kecil serta sebuah ponsel pintar. Anita mengenali ponsel itu milik Bayu. 

"Mungkinkah ini hotel?" lirih Anita,  mengingat terakhir yang bersamanya adalah Bayu. 

Perlahan benaknya mulai menampilkan potongan demi potongan kejadian sebelum kesadarannya hilang.

Indra pendengarnya memindai sebuah bunyi air yang terus mengalir. Dari arah bunyi, Anita tau kalau air itu berasal dari kamar mandi. 

"Apa itu Karin?" 

Namun, telinganya mendengar sesuatu yang lain. Ada bunyi timbul tenggelam di balik bunyi air itu.

 

Anita berjalan pelan. Ia mempertajam pendengarannya ketika sampai di samping pintu kamar mandi. Tidak salah lagi. Bunyi orang menangis di kamar mandi. Namun, bukan Karin. Siapa?

 "Pak Bayu?" Anita menutup mulutnya. 

***

Terima kasih telah menemukan dan membaca cerita ini. Jangan lupa tinggalkan jejak like dan komen. Jejak kalian sangat berarti bagi Othur amatiran ini 😀. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Nisaaja Sabar
kisah ini dilatarbelakangi kisah nyata atau hanya fiksi author?
goodnovel comment avatar
Nisaaja Sabar
bukan ada, tp banyak
goodnovel comment avatar
Liam
Wah kesah urg Kalsel rami ni he
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Setelah Kau Pergi   71. Ending

    Mata Anita masih mengerjap. Kesadarannya belum sepenuhnya pulih. "Kita di mana?" "Di rumah sakit. Syukurlah. Akhirnya kau sudah sadar," ucap sambil menciumi tangan Anita. "Maaf. Aku telah mengganggumu malam pertamamu," lirih Anita.Bayu menggeleng. "Jangan ingatkan aku dengan perkawinan itu! Kau membuatku ketakutan." Bayu terisak. Anita mengelus kepala Bayu. "Maaf. Jangan menangis! Aku sudah tidak apa-apa. Bagaimanapun kau mempunyai dua keluarga, kau harus kuat," ucap Anita tertatih. Entah kenapa ia merasakan kebas rasa. Tak punya tenaga, meski hanya untuk cemburu.Bayu merebahkan kepalanya, menjadikan tangan Anita sebagai alas. "Aku tidak menginginkan itu. Aku hanya ingin menjadi bayimu. Selamanya."Anita tersenyum. "Dasar, Baygon. Pulanglah!""Jangan memaksaku!""Aku hanya tidak ingin kau jadi laki-laki tidak adil." "Justru tidak adil, jika aku di sana, sedang di sini kau terkulai lemas di sini.""Bayu, malam ini ….""Ah tunggu, kita panggil dokter dulu."Bayu langsung memence

  • Setelah Kau Pergi   70. Part 10 Season 2

    "Nit! Anit!" Tidak ada jawaban. Bayu mempercepat ketukannya. Senyap. Abbas muncul dari kamar lain dengan wajah kusut. Ketukan dan panggilan Bayu mengusik tidurnya. Karin juga keluar. "Ada apa, Pak?" tanya seorang karyawan."Istri saya ada di dalam, bisa minta kartu kunci duplikat?""Sebentar, ya Pak," ucap karyawan dengan sedikit bingung. Sesaat ia sempat menoleh Karin yang masih berpakaian pengantin. Cahya bergegas melihat Bayu berlalu di depan kamar Anita. Qori dan Huda juga mempercepat langkah mereka. Karyawan datang membawakan cardlock duplikat lalu langsung membukakan pintu. Bayu langsung menerobos. Cahya, Huda dan Qori ingin masuk, tetapi Abbas mencegah mereka. "Biarkan Papa Bayu melihatnya."Di dalam kamar gelap. Bayu membuka lampu. Anita tidak terlihat. Bayu terperanjat ketika melihat telapak kaki Anita tergeletak di lantai. "Nit!" Bayu bergegas meraih kepala Anita lalu mengguncangnya. "Nit!" Tidak ada respon. "Huda, Qori!" teriak Bayu panik. Ia segera mengangkat

  • Setelah Kau Pergi   69. Part 9 Season 2

    "Tapi Kakak yang paling terluka di sini.""Ini takdirku, Cahya. Seberapa besar pun aku berusaha melepaskan diri takdir ini, selalu muncul bagian diriku yang tidak tega meninggalkannya." "Jika itu keputusan Kakak, aku dukung." Cahya meraih bahu Kakaknya. Air mata Anita kembali merembes. "Seberapa pun aku menyiapkan diri, tetap saja hati ini getir. Yang lebih nelangsa, aku tidak boleh menangis di depannya, dan kedua anakku. Aku harus kelihatan lebih tegar agar mereka juga bisa kuat." "Allah tidak akan menguji seseorang melebihi kemampuan. Jika Allah buka hati Kakak untuk tetap di sisi Kak Bayu, Allah pasti memberikan kekuatan lain pada Kakak yang mungkin saat ini tidak Kakak sadari."Di luar sepasang mata sendu mengalirkan air mata antara haru dan pilu. Ia tidak menyangka memiliki istri setulus Anita. Ia sempat menilai berprasangka buruk pada Anita karena tiba-tiba meminta lebih dari separuh hartanya. Ia tetap memberi Anita, karena perasaannya yang terlanjur mencinta.Beberapa menit

  • Setelah Kau Pergi   78. Part 8 Season 2

    Sesaat Abbas menatap isi cangkir yang masih mengepulkan asap. "Haruskah dia kubawa kembali ke Balikpapan?" Bayu menarik cangkir di tangannya, lalu meletakkan ke atas meja. Ia memilih duduk di sofa satu dudukan."Jika itu pilihannya dan bisa membuatnya bahagia," tantang Bayu.Abbas mengerutkan kening. Menatap wajah Bayu yang terlihat tenang. Diam-diam Abbas mengagumi sikap Bayu. Tenang, tetapi tegas.Dua sifat inilah yang mengantarkan Bayu bisa setinggi sekarang ini. Abbas duduk di sofa panjang. Refleks ia mengambil cangkir yang tadi diletakkan Bayu. "Tapi kau harus berbalik dan memulainya dari awal, sama seperti kau mengambil kopi itu. Tapi Anita bukan cangkir, bukan pula kopi. Ia memiliki pilihannya sendiri." "Aku tidak rela kau menduakannya.""Kau pikir aku rela? Aku pun berpikir keras bagaimana supaya pernikahanku dengan Karin tidak terjadi.""Haruskah aku yang menikahi Karin?" Bayu tertawa. "Dari mana kau mendapatkan kepercayaan diri setinggi ini?"**"Pak!" Karin tersenyum

  • Setelah Kau Pergi   77. Part 7 Season 2

    Hari pernikahan Bayu dengan Karin sudah ditentukan. Undangan sudah disebarkan. Atas permintaan Acil Imah rencana perkawinan mereka diselenggarakan cukup mewah. Karena Karin anak Acil Imah satu-satunya. Baru beberapa hari undangan disebarkan, Anita semakin merasa tertekan. Berbagai pandangan mengarah kepadanya. Tatapan kasihan, meremehkan bahkan menghina menjadi santapannya beberapa hari terakhir. Sedang beberapa gadis lainnya semakin terang-terangan mendekatinya. Sebuah minuman dalam gelas plastik mendarat di atas mejanya. Ia mencermati nama kafe yang tertulis di gelas itu. Lalu menengadahkan kepala, menatap si pemberi. "Kafe baru buka di dekat sini. Kebetulan aku mampir, jadi aku pesan aja dua. Sekalian buat Bu Anita."Anita terdiam. Mengamati perempuan di depannya. Dibanding Adilia, kali ini pakaian dan tutur katanya lebih sopan. Hanya saja, Anita tetap tidak bisa membuang kecurigaan. "Hallo, Nit." Tiba-tiba seorang laki-laki datang. Dengan santainya ia mengambil gelas itu dan

  • Setelah Kau Pergi   76. Part 6 Season 2

    Bayu tersenyum. Ia mengecup sekilas sepasang merah ranum di wajah Anita. "Memangnya apa yang kau inginkan?""Aku ingin 52% saham dan semua harta dari yang kau miliki."Bayu terperanjat. Ia terdiam, mengamati setiap partikel manik hitam istrinya. Ia memang pebisnis handal, tapi bukan sebagai seorang laki-laki. Meski begitu, ia perlu mencerna setiap situasi. Memprediksi berbagai kemungkinan. Satu hal yang harus ia sadari, pemikiran perempuan lebih rumit daripada struktur perusahaan. Ia curiga ini bukan sekadar permintaan materi, melainkan sebuah ujian. Bukan sekadar dipenuhi atau tidak, melainkan bom waktu. Tak peduli memilih kabel yang mana, keduanya berisiko meledak.Mata Anita bergerak-gerak, menunggu keputusan Bayu. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia merasa jawaban Bayu adalah hidup matinya. Iya atau tidak, keduanya berisiko tebasan nyawa.Semenit dua menit berlalu. Keduanya masih terdiam. HeningBayu mempertimbangkan banyak hal. Jika tidak dikabulkan, jawabannya s

  • Setelah Kau Pergi   75. Part 5 Season 2

    "Kalian, ngomong apa? Siapa yang menderita? Mama tidak mengerti." Sekuat tenaga Anita menahan bendungan yang hampir jebol di matanya. "Kalau itu bukan penderitaan, Mama tidak akan pisah dengan Ayah Izza," tukas Huda."Itu beda kasus, Huda. Jangan sama Papa dengan Ayah Izza," sahut Anita."Pada akhirnya Mama diduakan 'kan? Huda tahu, ini juga berat buat Papa karena Papa juga mencintai Mama, tetapi Mama tidak perlu berkorban sejauh itu."Lidah Anita kelu. "Jika Mama ingin pergi dari sini, jangan ragu. Kami akan menjaga Mama.""Huda?!""Ma, ada yang nawar lukisan Huda lagi. Mama jangan khawatir! Huda sudah punya tabungan. Huda akan terus bisa menghasilkan uang."Anita tertawa. Air matanya merembes. "Huda, kamu tidak perlu berbuat sejauh itu. Huda punya ibu kandung yang harus dilindungi. Lagi pula Mama bisa menjaga diri, masih bisa bekerja. Jangan khawatir. Mama tetap stay di sini, itu pilihan Mama."Huda terdiam. Ia mencermati manik hitam milik Anita. "Lihatlah, Mama menangis. Jangan p

  • Setelah Kau Pergi   74. Part 4 Season 2

    "Artinya kau tetap bersamaku?"Hatinya remuk melihat mata Anita yang basah. Egois, jika tetap mempertahankan Anita, sementara dirinya akan mendua. Akan tetapi, dalam satu biduk pun ia tidak bisa jauh dari wanita itu.Bagaimana nanti jika biduknya bertambah lagi? Menambah rumah tangga tak semudah menambah perusahaan. Menambah perusahaan berisiko kerugian materi yang tidak sedikit, tetapi menambah biduk berisiko luka yang mungkin tidak akan sembuh dengan seratus perusahaan.Ia semakin membutuhkan Anita.Anita mendesah. "Entahlah. Aku tidak berani berjanji. Memikirkannya hanyalah membuatku lelah. Kenyataannya aku tidak bisa berbuat apa-apa, selain mundur."Anita menenggelamkan wajahnya ke dada Bayu. Betapa ia sangat menyukai aroma itu, pelukan yang kokoh dan hangat. Betapa ia ingin Bayu selalu di sisinya seumur hidup."Kita nikmati saja hari ini. Biarkan hari ini tanpa memikirkan besok. Hari ini kau milikku, itu sudah lebih dari cukup." Bayu mengecup pucuk kepala istrinya. "Haruskah kit

  • Setelah Kau Pergi   63. Part 2 Season 2

    "Sebaiknya ceraikan saja aku."Bayu tersedak. Anita segera memberikan gelas miliknya. "Pelan-pelan," ucapnya. Bayu menurunkan gelasnya. Susah payahnya ia menelan sisa-sisa cake di mulutnya. Ia meraih tangan Anita. "Kumohon tetap stay di sisiku. Bagiku kamu segala-galanya. Mungkin suatu saat badan ini telah terbagi, tapi percayalah, hati ini hanya untukmu."Anita menggeleng. "Aku percaya padamu. Tapi aku tak percaya pada takdirku.""Nit?!" "Dulu aku berlepas dari Ridwan karena tidak ingin dimadu, ternyata aku mengalami hal serupa denganmu.""Nit, jangan samakan aku dengan Ridwan!" "Aku percaya cintamu. Tapi aku tak percaya pada diriku sendiri." Anita mengangkat wajahnya, menatap Bayu. "Aku sangat mencintaimu. Sangat. … melebihi diri ini. Kau pasti tau, cinta yang berlebihan, akan merasakan sakit yang tidak tertahankan jika terluka.""Nit!" Bayu meremas kedua tangan istrinya. "Aku khawatir nanti akan menyakitimu. Kau tau sifatku yang sewaktu-waktu bisa meledak. Aku tidak ingin bom

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status