Beranda / Romansa / Setelah Lima Tahun / Part 5a Bidadariku yang Terluka

Share

Part 5a Bidadariku yang Terluka

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-26 22:43:40

POV Ilham 

Aku masuk rumah yang telah kehilangan mahkota. Sepi dan terasa asing ketika duduk di salah satu sudutnya.

Hari ini seperti mimpi. Kesabaran Vi telah sampai pada batasnya. Dia benar-benar pergi bersama bidadari kecil kami. Vi menciptakan jurang yang dalamnya tidak terjangkau. Ini jurang, bukan lagi tembok penghalang yang masih bisa ku robohkan.

Tidak ada lagi celoteh suara Syifa. Gadis kecil yang mewarisi kecantikan ibunya, yang enggan berdekatan dengan papanya sendiri.

Aku melangkah gontai masuk ke kamar. Tidur terlentang menghadap plafon. Di atas sana seolah penuh bayangan kebersamaan kami lima tahun ini. 

Namanya, Vi Ananda.

Gadis cantik yang ku kenal saat magang di kantor tempatku bekerja. Matanya yang bening dengan iris mata cokelat memikat. Jujur, aku terpesona pada pandangan pertama, di antara patah hati yang serpihannya masih berserak di sudut hati.

"Kenapa belum pulang?" tanyaku sore itu, saat masih melihatnya duduk di bangku depan kantor.

"Saya nunggu jemputan, Pak," jawabnya sopan.

"Pacar?"

Dia tersenyum. "Bukan."

"Mau bareng?" tawarku.

"Enggak, terima kasih. Yang jemput sudah perjalanan ke sini, kok."

Aku masih mematung, menunggunya sampai yang menjemput datang. Entah kenapa aku tidak rela kalau dia digoda oleh beberapa karyawan pria di kantor kami. Terutama Alex, kepala divisi Perencanaan yang terkenal playboy itu.

Waktu mengenal Vi, aku masih menjadi kepala divisi Perijinan dan Legalitas. Dia magang dibawah naungan Divisi Perencanaan, di dalam Divisi Alex.

Tidak lama menunggu, mobil panther warna putih dengan tulisan "Toko Roti dan Kue Ananda" datang. Pak Nardi yang menjemputnya.

Setelah itu, setiap ada kesempatan aku keliling untuk mencari keberadaan toko roti milik keluarganya. Ternyata berada jauh dipinggiran kota, aku menemukannya.

Kami mulai akrab setelah aku sering menemaninya menunggu jemputan. Persaingan mulai kentara antara aku dan Alex. Namun aku sadar, saat itu aku dan Vi telah sama-sama jatuh cinta.

"Besok hari terakhir kamu magang, 'kan?" tanyaku sore itu.

"Iya. Sekalian saya mau minta maaf, jika punya kesalahan sama Bapak selama saya magang di sini."

Kusambut uluran tangannya. Telapak tangan itu tenggelam dalam genggamanku. Dia tersenyum.

"Sama-sama," jawabku singkat.

Setelah Vi tidak lagi kutemui di kantor, aku kehilangan. Aku merasakan mabuk asmara sekali lagi dan ini benar-benar berbeda.

Aku mulai stalking akun media sosialnya. Rupanya dia bukan tipe gadis yang suka update hal-hal yang tidak penting, hanya untuk ajang pamer. 

Di sana aku tidak menemukan apapun selain beberapa kegiatan di kampusnya. Bahkan tidak ada foto yang diunggah sendirian. Semua fotonya rame-rame dengan teman-temannya.

Vi Ananda memikatku kala itu. 

Hingga suatu siang aku datang ke toko kue milik ibunya. Membelikan kue kesukaan Mama.

"Pak Ilham," sapanya tampak terkejut. Mungkin tidak menyangka aku bisa berada di sana. Padahal itu bukan kebetulan, karena aku sedang mencarinya.

Kami berbincang sejenak. Ketika itu juga aku mengenal ibunya. Seorang wanita anggun yang sangat baik dan ramah. Setelahnya aku sering datang ke sana. Bahkan beberapa kali mengajak Mama. Beliau langsung jatuh cinta dengan sosok Vi Ananda yang sopan dan periang.

Satu bulan usai Vi wisuda, kami semakin dekat. Kuberanikan diri mengajaknya berkencan di hari Minggu yang cerah. Ibunya mengizinkan dengan satu syarat, Vi tidak boleh sendirian. Akhirnya temannya yang bernama Miya menemani. 

Miya juga yang menyaksikan saat aku menyatakan cinta sambil memberikan sekuntum mawar merah yang terselip cincin di sana.

Hanya dua bulan setelah kami berkencan yang pertama, aku melamarnya dan menikah dua bulan kemudian.

Pesta pernikahan berlangsung meriah di dua keluarga, karena dia putri satu-satunya dan aku juga anak bungsu.

Namun pertemuanku kembali dengan Nuraini telah merubah segalanya. Aku mulai terlena dengan kenyamanan yang tercipta di antara kami. Aku mulai abai dengan Vi yang ketika itu mengandung Syifa.

"Aku baru lihat, ada mantan pacar yang masih bisa berhubungan sebaik ini dengan Mas dan keluarga, Mas?" tanya Vi suatu malam. Setelah siangnya bertemu Nura di rumah Mama.

"Kami berpisah karena keadaan, bukan tidak adanya ketidakcocokan."

Jawaban itu tanpa sadar telah menunjukkan kalau aku menyesali apa yang telah terjadi antara aku dan Nura.

Vi diam, ia mencerna apa yang aku katakan. Bodohnya aku egois, tidak berusaha meralat agar Vi tidak salah paham.

Keadaan Nura yang terpuruk membuatku bersimpati. Tanpa sadar ia menjadikanku sandaran untuk berbagi beban hidupnya. Ayahnya meninggal bersamaan dengan ibunya yang jatuh sakit. Kemudian rumah tangganya bermasalah hingga berujung perceraian. Dan sialnya semua itu terjadi ketika pernikahanku dengan Vi baru setahun.

Tuntutan pekerjaan yang membuat kami sering bertemu, menciptakan kembali keakraban dan rasa yang pernah terputus. Aku dan Nura sama-sama abai tentang hati Vi yang tersakiti. Perhatikan Nura masih sama seperti dulu, saat kami hampir empat tahun menjalin asmara. 

Kami sering menyempatkan diri jalan bersama ketika ada pekerjaan ke luar kota atau sebentar setelah kebetulan pulang kerja. Kami sama-sama terlena.

Vi Ananda masih muda saat kami menikah, usianya selisih tujuh tahun denganku. Tapi ia sangat dewasa menyikapi kegilaan suaminya. Tidak serta merta meledak penuh nafsu untuk menunjukkan kemarahan seperti wanita muda yang merasa terkhianati. Begitu tenangnya ia menghadapiku bertahun ini. Ibu berhasil mendidiknya menjadi wanita yang penuh harga diri. Meski beliau seorang single parent.

Namun hati manusia punya batasan menerima kesakitan. Hingga kesabaran itu telah sampai pada ujungnya.

Aku terlena selama itu dan membuatku harus membayar mahal dengan kepergian Vi dan Syifa. Begini rasanya kehilangan. Lebih menyakitkan lagi daripada saat aku dan Nura sepakat putus karena terhalang restu ayahnya.

Ponsel kuambil dari saku celana. Kucari aplikasi pesan yang biasa kami gunakan untuk berkomunikasi. Foto profil Vi sudah berganti, tidak ada lagi gambar kami bertiga, melainkan foto senja yang merona di ufuk barat.

Dua kali panggilan tidak dijawab. Kucoba sekali lagi, juga tidak dijawab. Aku mendesah sambil melemparkan begitu saja ponsel di ranjang.

Next ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (95)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
makanya jangan suka nyaman sama mantan atau lawan jenis, karena bisa bikin rumah tangga hancur, menyesal kemudian tiada guna ham
goodnovel comment avatar
carlotta
hahaha..laki laki serakah maunya tetap nyaman bersama masa depan tp jg dekat dgn masalalu
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
kamu JAHAT sebagai suami tidak tahu menempatkan diri seakan akan tidak punya harga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Setelah Lima Tahun   Part 151 Ending

    Vi Ananda's POV"Mas, tidur saja. Biar aku yang jaga Abrisam," ucapku sambil memandangnya. Dia kelihatan capek malam ini."Nanti kamu bisa bangunin Mas kalau butuh sesuatu."Aku mengangguk. Perlahan mata yang selalu bersorot tajam itu terpejam. Tidak lama kemudian terdengar dengkur halusnya.Sebulan ini Mas Ilham kurang tidur karena Abrisam sering mengajak begadang. Kami bergantian menjaganya. Tapi sudah dua hari ini si bungsu tidak lagi begadang. Dia nyenyak tidurnya, terbangun dan menangis kalau mau susu saja.Betapa capeknya Mas Ilham. Siang sibuk dengan pekerjaan, malamnya bergantian jaga Abrisam. Ini tidak pernah dilakukan pada dua anak sebelumnya.🌺🌺🌺Sore yang cerah. Aku mendorong stroller Abrisam menyusuri jalan berpaving yang menghubungkan jalan ke bangunan hotel dan sebuah kafe. Di depanku Abian berlarian

  • Setelah Lima Tahun   Part 150 Pulang

    Vi Ananda's POV"I love you," bisik Mas Ilham di telinga saat aku sedang menyusui Abrisam. Kedekatan kami membuat suster yang bertugas tersipu malu, lantas izin ke luar kamar.Salah satu fasilitas yang kami dapat adalah adanya seorang suster yang stand by selama dua puluh empat jam."Didit ngirim pesan kalau akan datang ke sini agak siang. Hari ini guru home schooling-nya Abian mulai ngajar, jadi Didit nunggu sekalian.""Ya, nggak apa-apa."Home schooling. Sebenarnya ini seperti les yang dilakukan Syifa setiap hari. Abian memang sudah waktunya masuk PAUD. Meski start belajar secara formal masih dua bulan lagi, tapi sekarang sudah di mulai. Aslinya, yang mengajar Homeschooling memang orangtua, bukan guru privat. Tapi beda buat kami, Pak Broto yang memfasilitasi semuanya, gaji guru privat plus uang tranport-nya.Akan tetapi setelah ini aku d

  • Setelah Lima Tahun   Part 149

    Ilham's POV"Ibu, mau pergi ke hajatan, ya?" godaku bercampur jengkel karena khawatir.Wanita di hadapanku tersenyum santai. "Ayo, kita berangkat!" ajaknya sambil menggamit lenganku. Persis seperti pasangan model yang akan melewati red karpet."Kenapa pakai sandal seperti ini?" protesku sambil menunjuk ke arah kakinya."Nggak apa-apa, kita kan mau naik mobil."Sudahlah. Dituruti saja, habis ini aku bisa mencuri sandal itu untuk kusingkirkan.Mobil meluncur pergi di bawah tatapan dua satpam yang sempat mendoakan agar proses kelahiran putra kami lancar.Aku duduk di bangku belakang bersama Vi. Tangannya yang memegang lenganku kadang terasa mencengkeram, mungkin mulasnya kembali datang. Namun saat kupandang dia hanya tersenyum. Tanpa memedulikan adanya Didit, aku menciumi pipi Vi. Pikiranku serius tegang kali ini.

  • Setelah Lima Tahun   Part 148 Kelahiran yang Indah

    Ilham's POV"Pak Ilham, ini berkas yang Bapak minta tadi." Seorang staf bernama Wita menahan langkahku yang hendak keluar kantor."Taruh di meja. Biar nanti saya periksa."Aku segera bergegas keluar ruangan, berjalan lurus ke arah utara menuju ruang pribadiku. Beberapa hari ini aku memang tidak bisa tenang menjelang persalinan anak ketiga kami."Papa," sapa Abian yang sedang asyik bermain di depan TV ditemani Arum. Aku mendekat dan mencium rambut putraku. Lantas aku masuk kamar, Vi sedang duduk di ranjang sambil menyusun baju bayi dan beberapa perlengkapannya sendiri ke dalam travel bag ukuran sedang."Mas, kok pulang lagi?" tanya Vi heran karena sepagi ini aku sudah dua kali menemuinya."Nggak usah cemas gitu. HPL-nya kan masih sepuluh hari lagi. Lagian kalau aku terasa mau lahiran, bayinya juga nggak langsung nongol. Masih ada prosesnya.

  • Setelah Lima Tahun   Part 147

    Vi Ananda's POVSiang itu aku duduk menemani Abian dan Arum yang bermain dengan si kucing hitam. Suasana redup, mendung mengantung menutupi sang surya.Hari ini hatiku berdebar-debar menunggu hasil pembicaraan Mas Ilham dan Pak Broto. Sebenarnya hak Mas Ilham untuk menolak, karena perjanjian awal hanya sampai pada dua bulan ke depan lagi. Tapi aku tahu bagaimana suamiku, terkadang dia terbawa oleh rasa tak enak hati. Mungkin karena dia juga nyaman kerja di sini.Perhatianku beralih pada mobil Fortuner yang memasuki lokasi. Itu kendaraan Pak Petra. Tiba-tiba aku berharap kalau ada Bu Melinda ikut serta, tapi aku kecewa. Yang turun justru Pak Broto, Pak Rony, dan di susul perempuan itu. Perempuan masa lalu suamiku. Dia memakai gamis dan jilbab yang ujungnya dimasukkan ke kerah gamisnya.Pak Petra mendekatiku dan menyalami. "Apa kabar?""Alhamdulillah, kabar baik Pak.

  • Setelah Lima Tahun   Part 146 My Sexy Wife

    Vi Ananda's POVPagi yang dingin, jaket tebal yang kupakai masih membuatku menggigil. Tapi Mas Ilham yang berdiri di sebelahku sudah mandi keringat. Aku sedang menemaninya jogging di tepi pantai sepagi ini. Hanya berdua, karena Abian belum bangun.Dia menenggak habis air mineral di tangannya. Kami berdiri menghadap laut lepas."Kita akan merindukan tempat ini, Mas," kataku.Mas Ilham merangkulku. "Suatu hari nanti kita bisa liburan ke sini ngajak anak-anak," ujarnya sambil tersenyum. Lantas dia terdiam, memandangku lalu tersenyum lagi. Seperti ada yang ingin dibicarakan tapi dia masih tampak bingung."Pak Alex kapan datang?" tanyaku."Kemungkinan dua bulan lagi."Diam. Kami menikmati indahnya pemandangan, sejuk dan berkabut. Angin pagi berembus membuat bergo yang kupakai berkibar. Mas Ilham menahan dengan tangannya aga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status