Dari jendela kamar Edson, tatapan Halwa berfokus pada halaman belakang villanya, ke arah Edzhar yang tengah membujuk putrinya. Ia tahu kalau Vanessa menolak tinggal bersama dengannya, karena sejak bayi Vanessa sudah tinggal bersama dengan Babanya itu.
Meski begitu, terlihat jelas Edzhar berusaha untuk tetap membujuk Vanessa. Dan Halwa hanya berharap, pria itu berhasil membujuk putrinya itu.Sosok Edzhar sendiri terlihat berubah drastis dari Edzhar yang ia kenal dulu. Entah pria itu sudah kehilangan berapa kilogram berat badannya, karena jelas sekali sekarang dia terlihat jauh lebih kurus. Bahkan pipinya jauh lebih tirus.Belum lagi pembawaannya yang biasanya selalu terlihat santai tapi penuh percaya diri itu, kini berubah menjadi seorang pria yang seolah-olah tidak memiliki kepercayaan diri sedikitpun. Dan Halwa mendapati dirinya tidak menyukai Edzhar yang seperti ini.Halwa menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikirannya itu tentang Edzhar. IaBab 122 - NIat Baik Edzhar"Nak Victor, bisa Om bicara sebentar?" tanya papa setelah Halwa dan mama beranjak ke dapur untuk mempersiapkan makan siang mereka, setelah menjelaskan rencana yang sudah mereka susun bersama dengan Edzhar.Victor tahu apa yang akan dibicarakan calon mertuanya itu, dari jendela besar Villa ia melihat Edzhar yang masih asik bermain dengan anak-anaknya di taman belakang."Apa ini mengenai rencana kami?" tanyanya."Ya. Sebenarnya Om keberatan, Vic. Om khawatir Aira akan kembali pada pria jahat itu," jawab papa."Om, Edzhar tidak jahat. Hanya saja orang-orang jahat telah memperdaya dia. Kesalahan Edzhar hanya satu, dia tidak percaya pada istrinya sendiri, dan lebih memilih mempercayai bukti-bukti yang ia dapatkan," sanggah Victor."Tetap saja pria itu telah membuat Aira kami menderita. Dan apa kamu lihat wajah tante tadi yang langsung memucat saat mendengar rencana kalian? Sama halnya dengan Om, Tante p
Dari jendela kamar Edson, tatapan Halwa berfokus pada halaman belakang villanya, ke arah Edzhar yang tengah membujuk putrinya. Ia tahu kalau Vanessa menolak tinggal bersama dengannya, karena sejak bayi Vanessa sudah tinggal bersama dengan Babanya itu.Meski begitu, terlihat jelas Edzhar berusaha untuk tetap membujuk Vanessa. Dan Halwa hanya berharap, pria itu berhasil membujuk putrinya itu.Sosok Edzhar sendiri terlihat berubah drastis dari Edzhar yang ia kenal dulu. Entah pria itu sudah kehilangan berapa kilogram berat badannya, karena jelas sekali sekarang dia terlihat jauh lebih kurus. Bahkan pipinya jauh lebih tirus.Belum lagi pembawaannya yang biasanya selalu terlihat santai tapi penuh percaya diri itu, kini berubah menjadi seorang pria yang seolah-olah tidak memiliki kepercayaan diri sedikitpun. Dan Halwa mendapati dirinya tidak menyukai Edzhar yang seperti ini.Halwa menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikirannya itu tentang Edzhar. Ia
"Anes gak mau Anne ... Anes mau Baba!" isaknya lagi sambil memukul-mukul punggung Edzhar dengan kepalan tangannya yang mungil. "Iya, Sayang. Iya ... " Edzhar mengeratkan pelukannya. Selama ini ia pikir Halwalah yang sangat dibutuhkan Vanessa, hingga ia rela menyerahkan hak asuh oenuh putrinya itu pada Halwa. Tapi ternyata ia keliru ... Vanessa tidak mau berpisah dengannya, dan rela meninggalkan annenya demi bisa bersama dengan Edzhar. Meski putrinya ini masih kecil, Edzhar tahu, di dalam hati kecilnya itu ia pasti menginginkan annenya juga. "Maafkan Baba, Princess ... Maafkan Baba ... " desah Edzhar lirih sambil menciumi pipi putrinya itu, sebelum kembali memeluknya lagi. Semua karena kesalahannya dulu. Karena kebodohannya yang tidak pernah mempercayai Halwa, hingga penyesalan yang datang terlambat ini begitu menyiksanya. Dan bukan hanya dirinya, tapi juga anak-anaknya yang harus hidup terpisah
Halwa terjaga dari tidurnya saat sayup-sayup terdengar suara tangisan anak kecil, membuatnya seketika itu juga terjaga sepenuhnya.Ia merasa lega saat melihat Edson masih ada, dan dadanya berdegup kencang saat tahu Vanessa tidak ada di sisi satunya lagi.Dengan cepat Halwa melompat turun, lalu menghidupkan lampu kamarnya. Perutnya terasa mencelos saat ia melihat Vanessa yang tengah duduk di samping pintu kamar sambil memeluk kedua lututnya tempat wajahnya menempel, membuat rambut panjangnya menutupi sebagian kakinya."Vanes ... " panggil Halwa dengan lembut sambil mendekati putrinya itu.Tapi Vanessa menghindar saat Halwa menyentuhnya,"Anne bohong ... Baba bohong ... " isaknya tanpa mengangkat kepalanya dari lututnya.Halwa merasakan hujaman menyakitkan di hatinya saat putrinya bukan hanya tidak mau ia sentuh, tapi juga tengah marah padanya.Ia tahu, saat ini Vanessa pasti sedang kecewa, karena Babanya tidak kunjung dat
"Amma ... Poppa!!" teriak Edson, anak itu langsung lari keluar villa saat melihat Halwa dan Victor yang baru saja turun dari mobil.Victor bergegas menghampiri Edson ketika langkah anak itu terhenti saat melihat Halwa yang kembali berpaling ke dalam mobil untuk menuntun Vanessa turun."Edson, Dedek Vanessa sudah datang, ayo sambut dia!" seru Victor.Untuk sesaat, baik Edson maupun Vanessa saling bertukar pandang, sebelum akhirnya Edson yang terlebih dahulu menghampirinya,"Dede Vanes udah sembuh?" tanya Edson.Vanessa mengangguk, lalu melepaskan tangannya dari Halwa, "Kak Eson?" tanyanya.Lalu tiba-tiba Edson memeluk adikknya itu dengan erat, "Iya ... " jawabnya.Halwa memandang penuh haru ke arah Vanessa dan Edson yang telah terpisah selama tiga tahun itu. Delapan bulan mereka selalu bersama di dalam kandungan Halwa, yang terpisah beberapa saat setelah dilahirkan karena tangan-tangan jahat yang memisahkan mer
"Kamu bicarakan dulu berdua sama Edzhar, yaa ... " bujuk Victor setelah menceritakan niat Edzhar tadi."Tapi, Vic ... ""Ay ... Bagaimanapun juga kalian harus tetap membahas masalah pengasuhan Edson dan Vanessa. Daripada terus menundanya lebih baik kalian selesaikan sekarang, biar kalian sama-sama enak."Halwa mendesah pelan, ia melirik Edzhar yang tengah berbincang serius dengan anne Neya, sementara Vanessa sedang disuapi suster Mia."Aku takut Edzhar akan membujukku lagi seperti semalam, Vic.""Ya, Edzhar sudah mengatakannya padaku. Dan kamu tenang saja, niatnya sudah bulat untuk tidak mengusik hubungan kita, dan bersedia menyerahkan hak asuh penuh anak-anak padamu.""Benarkah?" tanya Halwa, dan Victor menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun."Baiklah aku percaya padamu.," ujarnya.Setelah matanya bertemu mata dengan Edzhar, lewat isyarat matanya, Halwa meminta pria itu untuk ikut ke balkon bersamany
"Apa yang ingin kau bicarakan, Ed?" tanya Victor sesampainya mereka di Balkon.Sahabatnya itu terlihat sangat kacau, tidak Edzhar yang selama ini ia kenal, yang selalu terlihat rapi dan penuh percaya diri. Malam ini, pria itu jauh lebih kacau dari saat di Villa tadi.Kedua tangan Edzhar berpegangan pada pagar balkon, sementara matanya menatap nanar ke arah Menara Eiffel, yang menampakkan cahaya warna-warni. Efek jingga keemasan yang sangat indah terlihat dari tigaratus tigapuluh enam lampu sorot natrium yang dipasang di struktur menara itu.Ya, itulah Paris ... Terlihat jauh lebih indah dan romantis saat malam hari. Romantis bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, tapi terasa hampa bagi Edzhar, pria yang akan menyerahkan dua orang wanita yang paling ia cintai itu pada sahabatnya, Victor."Ed ... " panggil Victor lagi.Dengan enggan Edzhar mengalihkan perhatiannya dari icon Paris itu ke sahabatnya, ia menguatkan dirinya saat mengatakan deng
"Bisa kita bicara di kamarmu, Neya?" tanya mommy Rycca.Anne Neya melirik sekilas Edzhar yang masih termenung di balkon sambil melihat icon Paris itu, sebelum akhirnya mengangguk."Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya setelah menutup pintu kamarnya."Aku yang telah membocorkan pertunangan Halwa denganputraku pada Edzhar," aku mommy Rycca sambil duduk salah satu sofa santai yang berada di dalam kamar itu.Sambil mengerutkan keningnya, anne Neya bergegas menghampiri dan duduk di sofa sebelahnya,"Jadi kamu yang mengirim pesan itu? Kenapa?" tanyanya lagi.Mommy Rycca mengurut keningnya sambil menyandarkan punggungnya di sofa, ia pun masih tidak habis pikir dengan tindakan impulsifnya itu,"Entahlah ... " hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya."Jangan bilang kamu sebenarnya tidak merestui hubungan putramu dengan Halwa?" tebak anne Neya sambil menyipitkan kedua matanya.Melihat sahabatnya yang tida
Kontak skin to skin, dan dekapan lembut Halwa itu memiliki efek psikologis menenangkan, dan memberikan rasa nyaman pada Vanessa, hingga putrinya itu pun tidur dengan sangat nyenyaknya.Ibu dan anak itu sama-sama tertidur lelap hingga Halwa terbangun karena sentuhan tangan lembut seseorang di pipinya,"Anne ... " sapa Vanessa saat Halwa membuka kedua matanya.Selama ini Vanessa hanya bisa melihat foto-foto Halwa yang terpajang di rumahnya saja. Dan saat bisa melihat Annenya itu secara langsung, membuat anak itu terlihat ragu-ragu, antara Halwa nyata ada atau hanya ia bermimpi seperti biasanya saja.Kedua bola matanya seketika berkaca-kaca saat melihat senyum hangat Halwa,"Hai, cantik ... " sapa Halwa dengan suara parau, dan seketika itu juga tangis Vanessa pecah,"Anne ... Anne ... " isaknya sambil memeluk erat Halwa, seolah-olah takut kalau ia melepasnya Halwa akan kembali menghilang."Iya, Sayang. Ini Anne ... " ujar