Home / Romansa / Setelah Menonton Video / 7. Service Memuaskan di Ranjang

Share

7. Service Memuaskan di Ranjang

last update Last Updated: 2025-01-14 14:41:05

Dewasa (21+)

"Mayang, ada apa , Nak, kamu kenapa Sayang?" papa mertuaku menengahi. Papa Deni menoleh ke arahku, lalu menggerakkan kepalanya mengangguk. Aku masih diam karena jika aku sanggah, Mayang akan semakin marah.

"Duduk!" Titah papa Deni membuat Mayang duduk. Namun, napas istriku masih naik turun, menandakan ia masih sangat emosi, ditambah air matanya berlinang sangat deras. Baru begini saja, Mayang sudah sangat marah, apalagi kalau sampai Mayang tahu, bahwa aku sudah tidur dengan Sri.

"Papa tahu kamu lagi pusing dengan persiapan ke Gorontalo, tapi bukan begini juga dengan suami. Sri itu pembantu mertua kamu, jika kamu mau Sri dipecat, maka kamu yang bicara dengan mertua kamu, bukan marah dan minta David memecat Sri. Jangan egois, Nak. Kamu sudah menikah dan ada suami yang harus kamu hormati. Udah, bertengkar di meja makan bukan hal baik, kita lanjutkan makan."

"Mayang ke rumah sakit saja, Pa. Sarapan di sana saja." Mayang berdiri dengan wajah marahnya.

"Biar aku antar," selaku.

"Naik apa? Motor kamu saja, kamu tinggal di rumah mama kamu, supaya apa? Supaya kamu bisa balik lagi ke sana dan bertemu Sri. Ya'kan? " Mayang benar-benar tidak bisa diajak diskusi saat ini. Biarlah ia sendiri yang menguasai serta meredam emosinya. Aku udah berusaha untuk menjelaskan dan bersabar atas sikap semaunya.

Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaykumussalam." Aku, mama, dan pada mertua menoleh ke pintu depan. Suara itu sangat aku kenal yaitu suara Robi. Gegas aku membukakan pintu.

"Robi, ada apa?" tanyaku heran.

"Aku nganter motor Mas David. Mbak Sri mau mudik. Aku juga ada tugas kuliah ke Bandung. Mama baru balik sore, jadi kata mbak Sri, motor dianter saja."

"Oh, gitu, terus, kamu balik gimana?" aku memperhatikan Robi yang sudah membawa ransel besarnya.

"Itu, ada Gilang yang berangkat bareng." Aku melambaikan tangan pada Gilang, sahabat adikku itu.

"Aku langsung ya, Mas, salam buat mbak Dokter." Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Makasih ya, Robi, hati-hati di jalan." Aku menyelipkan u4ng merah satu lembar ke dalam saku jaketnya.

"Siapa?" tanya ibu mertuaku dengan suara datar.

"Robi, Ma, buru-buru, cuma nganter motor David aja."

"Masalah kalian harus selesai sebelum kalian berdua pergi bekerja. Sana, rayu lagi Mayang." Aku mengangguk. Belum terlambat jika aku bicara pada Mayang, sekitar lima belas menitan. Aku masuk ke kamar dan melihat Mayang sudah rapi.

"Sayang, maafkan aku. Aku harus apa agar kamu gak cemburu dengan Sri? Karena aku memang gak punya hubu----"

"Kamu gak boleh ke rumah mama kamu sendirian, jika tidak denganku. Kemudian, kamu ke sana hanya boleh satu bulan satu kali, itu pun harus denganku. Kamu gak boleh bicara apapun pada Sri. Apa bisa?" aku diam sejenak. Tidak mungkin aku menjenguk mama hanya satu bulan sekali. Bisa-bisa mama marah dan ----

"Aku tahu kamu pasti----"

"Aku setuju. Aku gak akan ke rumah mama, jika tidak dengan istriku. Sekarang sudah marahnya ya." Aku menarik Mayang ke dalam pelukanku. Aku memberikan ciyuman di bibirnya sebagai pertanda aku sangat mencintai dan tidak ingin dia marah dan merajuk padaku.

Setelahnya kami pun mandi dan bersiap-siap ke kantor.

"Motor kamu udah di sini? Kapan kamu ngambilnya?" suara Mayang mulai tak senang.

"Diantar Robi, tadi. Jangan suudzon berlebihan ya, Sayang. Ayo, kita berangkat!" Aku memberikan helm pada Mayang, sebelum akhirnya aku yang mengantar Mayang ke rumah sakit.

"Nanti sore mau pulang ke rumah dulu, kan? Baru ke bandara?" tanyaku.

"Iya, Mas, hari ini prakteknya hanya sampai jam tiga. Keburu sih, karena pesawatnya jam tujuh empat lima."

"Oke, aku yang antar kamu ke bandara ya."

Malam harinya, aku mengantar Mayang ke Bandara Soetta. Aku tahu ia berat meninggalkanku, tetapi mau bagaimana lagi. Ini bagian dari tugas dokter spesialisnya.

"Pokoknya jangan sampai aku tahu, kamu pergi ke rumah mama. Aku gak suka kamu bertemu pembantu itu."

"Iya, iya, Sayang. Jangan sebut lagi nama itu ya. Kamu selalu saja emosi jika ada nama itu. Kamu harus semangat tugasnya."

Jam tujuh kurang lima belas menit, Mayang sudah masuk ke ruang tunggu. Aku memilih pulang ke rumahnya, meskipun jujur, aku lebih nyaman tidur di rumahku sendiri. Di rumah mama maksudnya. Kring! Kring

Aku mengangkat panggilan itu karena kebetulan aku memasang headset.

"Halo, assalamu'alaikum."

"Halo, wa'alaykumussalam. Siapa ini?"

"Maaf, apa betul ini David?"

"Iya, saya David. Ini siapa ya?" aku tidak mengenal suara perempuan di seberang sana.

"Saya orang tua Sri. Apa yang sudah Nak David lakukan pada putri saya? Apa anak saya sudah Nak David rusak? Kalau begitu, nikahi Sri!"

"Hah, a-apa? I-ini ----"

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
ga lucu ahh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Setelah Menonton Video   79. Menjenguk Bayi

    Somay gondrongPecel lele stasiun SenenNasi uduk tanah abangAsinan BogorAlpukat mentega metik langsung di kebunAneka kukisRendang asli dari PadangAku merasa sedikit sakit kepala saat membaca list makanan yang diinginkan istriku. Ini tidak mudah, tapi akan aku usahakan terpenuhi. "Mas, gimana?" tanyanya manja sambil menyandarkan kepalanya di lenganku. "Sayang, ini sih, kecil. Kemarin temenku ada yang istrinya hamil, ngidam suaminya lompat ke jurang dan harus dilakukan kalau nggak, istrinya yang mau lompat." Sri terbahak sambil memukul gemas lenganku. "Ih, serem banget, Mas. Ini gak sulit kan?" tanyanya lagi. "Tidak sayang. Ini sangat mudah. Tapi gak mungkin semua dapat hari ini, Sayang. Harus pesen tiket ke Padang dulu kan?""Dua hari ya. Rendang Padang boleh besok, sisanya hari ini. Anggap saja ini rapelan dengan kembar. Waktu hamil kembar, saya kan sendirian." Aku bergeser ke kanan untuk menatap wajah istriku. Aku membingkai wajahnya dengan kedua tanganku. "Siapa suruh ka

  • Setelah Menonton Video   78. Resep Obat

    "Maaf ya, Sayang." Lagi dan lagi aku mengecewakan istriku. Sungguh malu rasa hati, tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah rajin olahraga raga, sudah makan makanan yang benar, menjauhi junkfood dan juga tidak merokok. Kenapa masih saya terlalu fast respon? "Gak papa, Mas. Adanya emang gitu." Sri tersenyum mafhum. Ia seperti baik-baik saja, tapi aku tidak tahu di dalam hatinya seperti apa. Masa sudah bangun, malah jadi pengangguran. Ya ampun, bikin rusak harga diriku saja! "Iya, Mas minta maaf ya. Mas gak tahu lagi mau gimana?" "Gak papa, Mas. Mungkin olah raganya digencarin lagi. Biar baru bangun, gak langsung pengen rebahan lagi." BT sekali rasanya. Sudah enam bulan berlalu dan aku masih belum sembuh juga. Sudah konsultasi ke dokter, hasilnya masih sama. Apa minum obat kuat? "Sayang, hari ini aku mampir ke dokter Arman ya." Sri menuangkan teh ke dalam cangkirku."Bapak sakit apa?" tanya Aji yang duduknya persis di sampingku. "Bapak pusing, mau minta obat ke dokter. Jadi pulangnya ma

  • Setelah Menonton Video   77. Cuma Sebentar

    Malam ini rasanya berbeda. Aku menghitung sudah tiga bulan lebih tujuh hari menikah dengan Sri, tetapi kali ini Sri yang akhirnya mau menolongku. Benar kata mama, usaha ini bukan hanya dari aku sendiri saja, tetapi support istriku juga penting. Syukurlah Sri orang yang nurut sama orang tua, sehingga ia patuh. Patuh untuk mencoba saran dari mamaku dan juga mak Yah. "Jika sakit, aku akan berhenti," bisikku di telinga Sri. Wanita itu menggelengkan kepala sambil menutup mata. Sejak awal matanya terus terpejam, bukan karena ia jijik, tapi karena ia malu. Sepanjang aktivitas kami pun, rona merah di pipinya tak lekang. Aku bisa merasakannya karena pipi itu menghangat. Sebagai awalan sudah cukup. Dedeknya bisa bangun, hanya saja tidak bisa lama. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh istriku yang masih polos. "Segitu aja ya, Mas?" aku merasa harga diriku kembali dihempaskan ke got. Tidak ada yang salah dari pertanyaan Sri, aku juga paham. "Iya, untuk saat ini segitu dulu, Bu, soalnya di

  • Setelah Menonton Video   76. Suami Gak Berfaedah

    "Hati-hati ya.""Iya, Mas, makasih udah anter saya." Sri menciyum punggung tanganku. Aku menghela napas kasar saat harus melepaskan Sri kuliah offline hari ini. Padahal aku gak papa kalau Sri tidak sarjana. Aku tetap menghargainya dan sayang sebagai ibu anak-anakku, tapi Sri tetap ingin kuliah. Ia bahkan sangat semangat. Bagaimana nanti kalau di kampus ada mahasiswa yang naksir Sri? Atau gimana kalau ada dosen yang naksir dia? Bisa saja kan? Ditambah aku belum bisa memberikan nafkah batin untuk istriku, makin takut saja jadinya.Aku memutuskan tidak langsung berangkat ke sekolah milikku, tetapi aku masuk ke area parkir kampus. Ya, aku ingin tahu kelas Sri dan teman-temannya. Ruangan kelasnya ada di lantai dua. Aku pun bergegas ke sana. Namun, langkahku terhenti saat melihat Sri sedang bercakap-cakap dengan lelaki muda berkaca mata. Terlihat tampan dan gagah. Mau apa lelaki itu? Aku mengendap-endap mendekat ke arah keduanya. Sri tersenyum, lelaki itu terpesona. Apa ia tidak tahu Sri i

  • Setelah Menonton Video   75. Nonton Video Lagi

    PoV David"Halo, Her, lu masih nyimpen vide0 yang waktu itu?""Gak tahu deh, kayaknya udah aku hapus. HP juga udah gue ganti, kenapa emang?""Ck, gue perlu nih! Belum ada tanda-tanda gue sembuh.""Ya ampun, kasihan sekali kita.""Ya, elu masih bangun, gue? Lelap banget. Aduh, gue gak enak banget sama istri. Kirimin lagi deh! Cari di gdrive!""Oke, Oke, nanti gue cari.""Jangan nanti, gue perlunya sekarang." "Ih, bawel! Iya, gue cari!"Sambungan itu langsung diputuskan oleh Heru. Sri masih ada di dalam kamar mandi, sedang bersih-bersih sebelum tidur. Untung saja anak-anak sudah mau tidur di kamar berdua, sehingga aku dan Sri tidak harus satu kamar dengan anak-anak. Hanya saja, bila malam tiba, aku bingung mau bicara apa lagi dengan Sri. Mau melakukan apa karena kami sama-sama terbatas. Sri terbatas dengan trauma, lalu aku terkendala sakit dari bagian paling penting dalam hidupku sebagai seorang lelaki. "Mas." Aku menoleh dengan terkejut. Sri rupanya sudah selesai mengganti pakaiannya

  • Setelah Menonton Video   74. Pengantin Baru

    "Mas, ada apa? Lagi melamun apa?" tanya sang Istri sambil menggerakkan telapak tangannya di depan wajah David. Pria itu tersentak. Di dalam bayangannya, Sri memakai baju terbuka dan sedang duduk di pangkuannya. Mereka berciyuman dengan sangat bergairah, tapi ternyata.... "Mas, kenapa?" tanya Sri lagi. "Ah, gak papa, Sri. K-kamu sudah selesai di kamar mandi?" Sri mengangguk. Wanita itu langsung naik ke ranjang yang masih dipenuhi kelopak bunga. "Mau langsung tidur?" tanya David lagi. Sri mengangguk, lalu detik kemudian ia menguap lebar. "Sini, Mas! Kita tidur!" Sri menepuk sisi sampingnya. Meminta David untuk berbaring juga. Akhirnya David ikut saja. Jika di dalam hayalannya ia begitu berani menyentuh Sri, sebaliknya Sri pun juga senang dengan sentuhannya, maka di saat nyata seperti ini, nyalinya tidak sebesar gairahnya. Apalagi Sri memakai pakaian lengkap. Pasangan piyama dengan celana panjang. "Kamu beneran udah ngantuk?" tanya David lagi. "Belum terlalu, Mas, cuma capek aja."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status