Rindu bukan lagi marah. Wanita dewasa itu mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang mengeras saat kalimat itu meluncur bebas dari bibir tebal milik Sahira, Kakak kandungnya."Kamu keterlaluan, Sahira. Aku hanya menitipkan perusahaan itu padamu untuk sementara. Bukan untuk kamu miliki."Bukannya merasa bersalah mendengar apa yang disampaikan oleh Rindu, Sahira malah memperdengarkan tawanya yang seolah mengejek sosok Rindu."Kamu memang beruntung, Rindu. Masih bisa hidup dengan adanya penyakit mematikan itu. Tapi sayangnya aku tetap bodoh seperti dulu. Bagaimana tidak? Suami saja bisa kecolongan diambil kakak jandung kamu sendiri apalagi perusahaan? Dan yang perlu kamu ingat, bahwa kamu wanita mandul Rindu."Plak! Plak!Dua kali tamparan itu mamlu membuat tubuh Sahira terhuyung dan menyingsut ke belakang. Melihat itu dengan cepat Tantrama menghampiri Sahira, istrinya."Rindu! Apa yang jamu lakukan? Kenapa kamu sekarang berubah menjadi begini? Toxic dan bukan sosok wanita yang aku ke
Pertemuan dengan manta suaminya Tantmansan istri barunya yang tak lain adalah kakak kandungnya tersebut membuat darah Tindu seketika naik. Tubuhnya melemah dengan kepala terasa sangat pusing. “Apa kamu membutuhkan seorang dokter, Rindu?” Gelengan kepala itu membuat sosok Christ menghela napas panjang melihat kekerasan hati wanita yang pernah menjadi incaran dalam hidupnya itu.“Yang aku butuhkan adalah seorang pengacara. Carikan secepatnya! Aku tidak ingin menunda untuk menggugat mereka bersua.” Bukan main terkejutnya Christ mendengar keputusan Rindu.Wanita dewasa itu tidak memprediksikan keterkejutan Christ. Saat ini yang ingin dia lakukan adalah secepatnya mengambil haknya yang sudah lama dia tinggalkan dan bahkan kini malah menjadi milik orang lain.“Aku mau beristirahat. Kalau tidak ada yang penting jangan hubungi aku, Christ. Kamu boleh kembali ke apartemenmu.”Christ seketika menghentikan langkah kakinya dan membiarkan Rindu masuk ke dalam apartemenennya. Tak lama kemudian terd
“Maaf. Tidak sengaja tadi mendengar katanya Tuan Jeje mau buat makanan untuk Anda. Kebetulan saya tadi pagi memasak dan belum sama sekali sqya makan. Bolehkah saya bergabung di suni untuk makan malam. Karena saya tidak mempunyai teman sama sekali.”Terpana dengan kedatangan soso Rindu laki-laki buta itu terbungkam diam di depan pintu apartemennya. Jeje yang melihat kedatangan Rindu segera menyusul ke sepan pintu tersebut.“Silakan, Nyonya. Dengan senang hati.” Sosok buta itu menatap ke arah Jeje seolah bisa melihat bagaiman sekarang raut wajah dan reaksi laki-laki tampan tersebut.“Tuan Mike, ini sebuah kehormatan ada wanita bertamu. Akan lebih baik daripada Muonya Tindu makan malam sendiri.” Rindu menerbitkan senyum setuju dengan apa yang dikatakan oleh Keje. Laki-laki itu kemudian menuntun sosok Mike, laki-laki buta itu. Ternyata mempunyai nama yang sangat indah dan bagus.Mereka berada di ruangan makan sekarang. Namun tiba-tiba ponsel Jeje berbunyi. “Baik-baik. Saya akan segera k
“Mike,” bisik Rindu yang baru saja membuka matanya. Masih tersisa jejak bawah di bibirnya akibat ulah pria buta itu. Rindu sendiri entah kenapa tak bisa menolak apa yang dilakukan Mike dalam waktu yang sangat singkat itu.“Ma-afkan aku, Rindu. Sepertinya aku terbawa suasana. Tapi percayalah apa yang aku lalukan itu tulus dari hatiku.”Rindu tergugah bisu. Wanita dewasa yang berstatus janda itu tak tahu harus menjawab apa dengan ucapan yang barusan dikatakan oleh Mike.Semua terjadi begitu saja. Mereka berdua terlibat cinta lokasi. Mungkin lebih tepatnya seperti itu yang digambarkan oleh sepasang laki-laki dan perempuan ini.“Maaf. Sekali lagi terdengar suara Mike yang lirih. Bahkan posisi itu belum sama sekali mereka ubah. Mike masih di bawah tindihan tubuh Rindu. Dan yang lebih menggila lagi kali ini bukan lagi Mikenyang bersikap cepat. Tiba-tiba Rindu melalukan aksi tak terduga.“Mike,” bisik Rindu lagi denganwajah yang sudah menyatu dengq wajah Mike. Sentuhan kedua kali itu tak ter
Keterkejutan itu tampak jelas di wajah cantik Rjndu. Merasa bahwa Mike sedang berhalusinasi maka Rindu membiarkan pria itu berkata semaujya."Beristirahatlah, Mike. Aku akan menemanimu sampai kamu tidur. Setelah itu aku akan kembali ke apartemenku."Mike hanya mengangguk lantas memejamkan matanya. Sesungguhnya ada penyesalan dalam hatinya. Kenapa dia harus secepat itu mengungkapkan perasaannya pada Rindu."Rindu. Ini sudah terlalu lama. Maafkan aku yang langsung membuatmu terkejut dengan pengakuanku." Dengan mata yang sudah terpejam, Mike berkata-kata dalam hati.Sedang Rindu yang masih berada di tempat itu hanya menghela napas dengan mata intens menatap ke arah wajah tampan milik Mike."Siapa sebenarnya kamu Mike? Kenapa aku merasa kamu tidak asing bagiku? Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?"Dada Rindu seolah membengkak dengan berjuta rasa penasaran yang menggunung. Mencoba mengingat tentang sosok pria yang saat ini sedang berbaring di hadapannya.Merasa tidak asing dengan keberad
Mike menatap jauh ke depan seolah dia mampu menembus kaca jendela itu. Hari ini dia memang menjadwal akan akan pergi ke sebuah gedung pencakar langit yang sudah terkenal di Jakarta. “Silakan, Tuan.” Jeje segera keluar dari mobil lantas membuka pintu mobil belakang. Mencoba meraih tangan Mike namun pria itu menepiskannya membuat sosok Jeje sangat terkejut.“Aku bisa jalan sendiri, Je!” Dengan tegas Mike berkata dan berjalan menuju ke lantai lobi yang ada di gedung itu. Bahkan Jeje sempat terpana melihat sosok Mike berjalan bebas tanpa hambatan.“Apakah yang aku lihat ini salah? Benarkah dia sudah bisa melihat? Semenjak kapan?”BUKK!“Tuan!” Seketika Jeje berlari saat mendengar kegaduhan dan suara teriakan.“Maaf, ini bos saya. Maaf sudah meeeoykan.” Jeje segera mengangkat tubuh kekar milik Mike. Pria itu menatap Jeje seolah marah dan tidak terima dirinya dianggap buta.“Saya bantu, Tuan. Ruangan direktur berdekatan dengan ruangan karyawan. Itu ada di lantai 3.” Mike menghembuskan nap
Wajah Abraham seketika memerah. Bhakn pria itu mendapat tatapan yang sangat luar biasa dari semua tamu undangan hang hadir dalam.pertemuan itu. "Mike! Jaga mulut kamu. Kamu tebar fitnah!" Tawa sinis itu terdengar dari bibir Mike. Seolah pria itu sudah tak peduli akan apa yang sedang terjadi. Bahkan Mike baru kali ini tidak mempedulikan semua orang yang juga menatapnya tak percaya. Sudah tak heran dan lazim bagi keluarga Abraham tentang perseteruan sosok Mike dengan Abraham. Saudara sekandung satu ayah itu memang digadang sedang memperebutkan hak waris dari oria tua hang saat ini sedang koma dj rumah sakit. "Alex! Atasi manusia satu itu!" Teriakan Abraham's disambut kegaduhan seluruh tamu undangan. Mereka menyayangkan sikap Abraham yang tidak bisa mengendalikan diri. Rasanya semua tamu undangan itu ingin menendang Abraham kalau saja tidak mengingat papanya adalah Presiden Direktur di perusahaan benefit tersebut. "Abraham! Jaga sikap kamu di pertemuan ini. Setidaknya kamu menghorma
Rindu berjalan dengan tergesa bahkan wajahnya menunduk karena memerah marah. Dia tidak suka dengan cara Tantrama sepeti ini. Kedatangannya disertai dengan niat baik untuk tawar menawar proses pemngembalian hak miliknya. Yaitu perusahaan yang sudah diwariskan oleh papanya ke pada dirinya. Perusahaan yang sekarang ini ternyata berpindah tangan ke pada Tantrama dengan alasan bahwa semua hak waris sudah jatub kembali ke tangan Sahira dan wanita itu melimpahkan perusahaan tersebut kepada suaminya. “Manusia licik, serakah, jahat!” gerutunya sambil terus saja berjalan tanpa mendongak. Namun sekian detik terdengar jeritan melengking darinya dan itu sampai terdengar pada sosok pria yang sedari tadi sudah menunggunya di atas mobil pelatnya. “Rindu! Apa yang terjadi?” Pria itu berlari sekencang mungkin ke arah suara jeritan wanita berstatus janda tersebut. Sayangnya sudah terlambat. Tubuh Rindu terlihat sudah didorong ke sebuah mobil pribadi yang juga berwarna hitam pekat. Tak lama kemudi