Share

Sampai Kapanpun Tak Ingin Berpisah

"Dek, mari kita bicarakan hal ini secara baik-baik. Mas tidak ingin ada perpisahan di antara kita Dek." Reno berusaha membujuk istrinya.

Reno tak ingin berpisah dengan Aurel,

"Jika tidak ingin berpisah denganku, maka ceraikan dia!" tegas Aurel.

Reno terdiam mendengar ucapan Aurel, kini dia di hadapkan dengan dua pilihan.

"Maaf, Mas tidak bisa meninggalkan Ayunda karena, karena dia tengah hamil anak Mas."

Degh....

Mendengar pengakuan dari Reno membuat jantung Aurel terasa berhenti berdetak. Aurel benar-benar tak dapat mempercayainya.

"Ha-hamil?" tanya Aurel dengan terbata.

Reno hanya mengangguk sebagai jawaban, dia menggenggam erat tangan Aurel dan menatap lekat wajah Aurel yang perlahan di tetesi air mata.

Ya, mendengar wanita yang di nikahi suaminya tengah hamil, membuatnya tak bisa lagi membendung air mata yang sekuat tenaga ia tahan agar tak keluar.

Namun, apalah daya? kabar yang di bawa oleh suaminya membuatnya merasa sangat sakit hati sehingga tak mampu lagi untuk membendung air matanya.

"Dek, Mas yakin kita bisa hidup bahagia bersama dengan Ayunda dan anak kita."

"Anak kita?" Aurel mengulang ucapan sang suami.

"Iya, anak kita. Kau bisa menganggapnya sebagai anakmu sendiri, kita akan merawatnya bersama sayang." Ucap Reno lembut.

"Cih, kau yang membuatnya bersama wanita lain, lalu kau menyuruhku untuk merawat anak hasil perselingkuhan kalian?"

"Dek...." Bentak Reno tak terima dengan ucapan Aurel.

"Kenapa? aku memang benar kan Mas? anak itu hasil perselingkuhan kalian, dan aku tak akan pernah mau merawat anak itu! jadi lebih baik kita bercerai saja." Tegas Aurel, sembari mengusap air matanya secara kasar.

"Tidak! aku tidak akan pernah menceraikan mu! suka tidak suka kau akan tetap menjadi istriku, dan Ayunda akan menjadi adik madumu!" tegas Reno.

"Jika kau tak ingin mengurus surat perceraian kita, biar aku saja yang akan mengurusnya!" ucap Aurel datar.

Mendengar hal itu, seketika Reno menatap tajam Aurel. Ia menarik tangan Aurel dengan kasar sehingga membuat tubuh mereka saling bertabrakan.

Aurel bisa melihat kilatan amarah di kedua mata Reno, namun Aurel sama sekali tidak takut. Ia membalas tatapan itu tak kalah tajam.

"Aku takkan membiarkanmu mengajukan gugatan cerai, sampai kapanpun kau akan tetap menjadi istriku!"

Reno menarik tengkuk Aurel, sehingga membuatnya mendongak dan membuat mulutnya sedikit terbuka, tanpa pikir panjang Reno langsung melumat bibir mungil sang istri.

Rasanya tak rela jika ia harus berpisah dengan Aurel. Meskipun ia sangat mencintai Ayunda, namun tak dapat di pungkiri ia juga mulai mencintai istrinya ini.

Apapun akan ia lakukan untuk membuat Aurel tetap berada di sisinya. Reno adalah seorang laki-laki, dan dia berhak untuk memiliki dua istri.

Apalagi secara materi dia mampu untuk menafkahi dua istrinya. Dia juga akan berusaha bersikap adil untuk mereka berdua.

Aurel mencoba memberontak melepas ciuman sang suami, namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan suaminya.

Apalagi sedari tadi siang dia belum memasukkan apapun ke dalam perutnya. Membuatnya lemas tak betenaga.

Aurel hanya bisa pasrah menerima perlakuan sang suami. Malam ini menjadi saksi kesakitan yang Aurel alami.

Aurel tak tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini, ia hanya bisa berharap untuk bisa segera terbebas dari Reno sang suami.

aaakkkhhh.....

Reno menyemburkan benihnya ke dalam rahim Aurel. Setelahnya dia ambruk di samping sang istri dan membawanya ke dalam pelukanya.

"Maafkan aku sayang, aku tak ingin kehilangan salah satu dari kalian." Gumam Reno mengecup puncak kepala sang istri.

Sementara Aurel hanya diam saja, dia lebih memilih memejamkan matanya. Berharap ini semua hanyalah mimpi buruk baginya, dan besok pagi semuanya akan kembali seperti semula.

_______

Aurel membuka matanya secara perlahan saat merasakan ada sebuah tangan yang mengusap lembut puncak kepalanya.

"Kau sudah bangun sayang?" ucap Reno dengan lembut, lalu ia mengecup lembut kening sang istri.

Reno bersikap seperti biasanya, lembut dan terlihat sangat mencintai dan menyayangi Aurel.

"Mas...." Aurel mencoba untuk bangun, namun dia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya

Seketika ia teringat tentang kejadian tadi malam, ternyata semalam bukan mimpi, namun sebuah kebenaran.

Reno membantu Aurel untuk bangun dan perlahan mendudukunya.

"Ini minumlah, dan segera makan sarapanmu! Mas harus segera pergi bekerja." Reno menyodorkan semangkuk bubur ayam kepada sang istri yang terlihat pucat.

Reno menjadi semakin bersalah, ia sangat yakin karena kejadian semalam membuat wajah Aurel menjadi sangat pucat.

"Aku kira, semalam hanya mimpi Mas. Ternyata semua itu kenyataan yang harus aku alami." Ucap Aurel sembari kembali meneteskan air matanya.

"Sebenarnya apa salahku dan apa kurang ku Mas, sehingga kau tega menduakanku? Jika kau memang sudah tak lagi mencintaiku, maka cukup lepaskan aku, jangan membuatku terluka semakin dalam seperti ini Mas," Aurel menangis tersedu, rasanya ia tak sanggup lagi untuk membendung semua pertanyaan itu di dalam benaknya.

Reno membawa tubuh Aurel yang bergetar karena tangis yang pecah dan terdengar sangat memilukan.

Reno sekarang benar-benar sudah menjadi seorang bajingan, yang sudah menyakiti hati seorang wanita yang selama ini menemani dirinya di saat terpuruk dan menjadi orang sesukses sekarang.

"Kau tidak salah sayang, di sini yang salah itu Mas. Maafkan aku, karena sudah membuatmu terluka sampai seperti ini. Tetapi kamu harus tahu, kau akan selalu ada di hatiku Aurel. Mas sangat menyayangimu." Ucap Reno sembari mengeratkan pelukanya.

"Mas, perutku sakit." Keluh Aurel sembari mencengkram erat perutnya yang terasa keram.

"Kau kenapa sayang?" tanya Reno panik, karena melihat Aurel yang terlihat kesakitan. Apalagi melihat wajah yang semakin pucat sang istri.

Aurel hanya menggeleng, sembari meringis kesakitan. Rasanya ia tak sanggup untuk menjawab pertanyaan sang suami.

Aurel meremas kuat perutnya yang terasa semakin sakit, hingga membuatnya tak sadarkan diri.

"Aurel, hey kamu kenapa sayang?" Reno bertanya sembari menepuk pelan pipi sang istri, berharap Aurel mau membuka matanya.

Tak ingin terjadi sesuatu pada istrinya, Reno segera membopong tubuh istrinya untuk di bawa kerumah sakit agar Aurel segera di periksa.

Selama perjalanan Reno tak hentinya mengutuk dirinya sendiri karena sudah membuat wanita yang ia sayangi terluka seperti ini.

"Seharusnya aku tak melakukan hal ini, maafkan aku sayang! Aku berharap kau baik-baik saja." Gumam Reno sembari sesekali melihat Aurel yang berada di sampingnya.

Tak butuh waktu lama, mobil yang di tumpangi Reno sudah sampai di rumah sakit. Dengan segera Reno menggendong tubuh Aurel.

"Dokter, tolong istri saya dokter." Teriak Reno dengan wajah paniknya.

Mendengar Reno yang berteriak, beberapa dokter dan suster segera mengambil alih tubuh Aurel untuk di periksa.

Reno ingin ikut masuk ke dalam UGD, namun di tahan oleh perawat dan memintanya untuk menunggu di luar.

"Semoga kau baik-baik saja sayang, Maaf...." Gumam Reno dengan penuh penyesalan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status