Share

kenyataan

Reno yang tengah menggandeng mesra wanita yang baru saja memberinya kabar gembira ini, seketika menghentikan langkahnya saat menyadari ada seseorang yang tengah memperhatikanya dari luar pagar.

"Aurel?" gumamnya saat menyadari siapa orang yang sedari tadi memperhatikanya.

untuk sesaat tatapan mata mereka bertemu, hingga Aurel memilih menyalakan mesin motornya dan segera meninggalkan tempat yang begitu menyesakkan baginya.

"Kenapa Sayang?" tanya Ayunda karena Reno menghentikan langkahnya.

"Tidak, tidak ada. Lebih baik kita segera masuk ke dalam! aku tak ingin kau kelelahan," ucap Reno membawa Ayunda masuk ke dalam rumah mereka.

Hati Reno merasa sangat gelisah saat melihat Aurel berada di depan rumahnya. Ia yakin Aurel tengah merasa dibohohongi dan ingin meminta penjelasan padanya.

"Mungkin sudah saatnya Aurel tahu yang sebenarnya. Aku berharap dia mau menerima Ayunda sebagai adik madunya." Gumam Reno dalam hati.

Sementara itu Aurel lebih memilih untuk berhenti di sebuah taman, yang cukup sepi pengunjung.

Dia teringat bagaimana suaminya menggandeng mesra wanita lain. Hatinya begitu sangat cemburu, melihat bagaimana Reno begitu terlihat menyayangi wanita itu.

"Siapa dia Mas? kenapa kau terlihat begitu menyayanginya? Bahkan aku tak pernah melihat binar bahagia di matamu saat kau bersamaku," gumamnya sendu.

Aurel mengingat saat pertama kali bertemu dengan Reno. Lelaki itu terlihat sangat frustasi sehingga membuatnya tak fokus berjalan kaki, hingga lelaki itu hampir tertabrak mobil jika saja dia tidak menarik Reno ke pinggir jalan.

Sejak saat itu mereka menjadi dekat dan memutuskan untuk berpacaran. Selama dua tahun berpacaran Reno terlihat sangat mencintainya hingga akhirnya memutuskan untuk melamar Aurel dan memintanya untuk menikah.

Tentu saja Aurel menerima ajakan menikah dengan Reno, karena dia juga sangat mencintai Reno dan menunggu momen dimana Reno mengajaknya menikah.

Aurel kira sudah cukup mengenal Reno, karena terhitung cukup lama mereka berpacaran. Namun, pernikahan yang baru seumur jagung, Reno sudah menggandeng wanita lain, bahkan lelaki itu nampak bahagia sekali bersama dengan wanita yang tak di kenalnya.

Aurel duduk termenung memikirkan nasib pernikahannya ke depan, apalagi saat ini dirinya tengah hamil.

Dia bingung, apakah dirinya akan memberitahu Reno kalau dirinya tengah hamil atau tidak. Jika dia memberitahu, apakah Reno akan menerima bayinya dan meninggalkan wanita itu?

"Maafkan Mama sayang, jika nanti kamu harus kehilangan kasih sayang papamu sebelum kamu lahir. Apapun yang terjadi, Mama akan tetap mempertahankan mu sayang," gumam Aurel sembari mengelus lembut perutnya.

Seharian ini Aurel berada di taman untuk menenangkan dirinya, hingga waktu menunjukkan pukul delapan malam, akhirnya Aurel memutuskan untuk pulang.

Sebenarnya dia enggan untuk pulang, tetapi dirinya harus menemui suaminya agar semuanya jelas, berharap suaminya mau jujur tentang hubunganya dengan wanita yang dia peluk mesra tadi pagi, itupun jika suaminya pulang malam ini.

"Dari mana saja, kenapa jam segini baru pulang?" terdengar suara bariton yang sangat ia kenali.

Lelaki itu tengah berdiri di ruang tengah sembari melipat kedua tanganya di depan dadanya. Tatapannya sangat tajam, menandakan dirinya tengah menahan amarah.

"kau masih peduli denganku Mas?" tanya Aurel dengan nada tenang.

walaupun hatinya sangat ingin memaki lelaki yang berstatus suami baginya ini, namun sekuat tenaga ia menahannya.

"Tentu saja aku peduli! ingat, kau itu istriku. Seorang istri tidak boleh keluar rumah tanpa seijin suaminya."

"Cih, jika aku tak keluar maka aku tidak akan pernah melihat pemandangan yang begitu menyenangkan." Sindir Aurel.

Setelah mengatakan hal itu, Aurel lebih memilih masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket, ia ingin beristirahat, karena jujur tubuh dan pikiranya sangat lelah.

Biarlah, dia akan menunggu Reno membahas masalah siapa wanita yang di gandengnya tadi pagi.

Sementara Reno hanya diam menatap punggung Aurel yang menghilang dari balik pintu kamar mereka.

Seharusnya dirinya bisa menahan emosinya. Ia lupa kalau Aurel telah melihatnya bersama Ayunda tadi pagi.

Reno menghela nafasnya secara kasar, ia lebih memilih untuk mengikuti istrinya masuk ke dalam kamar dan memberitahu yang sebenarnya tentang hubunganya dengan Ayunda.

Dia berharap, Aurel bisa menerima Ayunda dan jika itu terjadi, maka Reno berjanji akan bersikap adil untuk kedua istrinya.

Setelah menghabiskan waktu selama beberapa menit, akhirnya Aurel selesai dengan acara mandinya.

Ia keluar dari kamar mandi dan mendapati sang suami yang tengah duduk di pinggiran ranjang menunggunya.

"Kau sudah selesai? kemari lah kita perlu bicara!" titah Reno sambil menepuk pinggiran ranjang sebelahnya.

Aurel hanya diam dan berjalan di kursi meja rias duduk tepat di depan sang suami. Entah, dirinya enggan untuk duduk di samping sang suami.

"Cepat katakan, apa yang ingin kau bicarakan." Tanya Aurel dengan nada datar.

Tanganya sibuk mengambil krim malam dan mengolesnya di wajahnya. Reno menatap sendu ke arah sang istri, ini pertama kalinya Aurel bersikap dingin terhadapnya.

"Dek, aku ingin memberitahu sesuatu hal yang penting!"

"Katakanlah Mas, jangan berbelit!"

Reno mengambil nafas dalam lalu membuangnya secara perlahan. Reno menatap lekat kepada istrinya yang tengah sibuk dengan skincarenya.

Ia tahu, Aurel melakukan hal itu hanya ingin mengalihkan rasa gugup dan penasaran nya. Bahkan, Reno juga tahu, kalau istrinya ini sedang menahan amarah karena telah melihatnya bersama dengan wanita lain yang terlihat sangat mesra.

"Sebenarnya aku sudah menikah dengan Ayunda Dek."

Tak

Skincare yang di pegang oleh Aurel terjatuh, Aurel menatap tak percaya pada lelaki yang sudah ia nikahi selama 3 bulan ini.

Tubuhnya bergetar, telinganya berdengung seolah apa yang ia dengar itu salah. Kepalanya terasa berputar, tanganya mencengkram erat meja rias.

"S-sejak kapan Mas?" tanya Aurel dengan bibir yang bergetar menahan tangis, matanya menatap tajam ke arah sang suami melalui kaca.

Di sana dia bisa melihat suaminya juga tengah menatapnya dengan tatapan sendu. Aurel bisa melihat ada semburat rasa bersalah dari wajah tampan sang suami.

"Sudah satu bulan ini Dek," jawab Reno.

Reno berdiri dan mendekati Aurel, dia memegang pundak istrinya yang terasa bergetar menahan amarah dan tangis sekaligus.

Reno berjongkok di depan Aurel, tanganya menggenggam tangan istrinya yang terasa sangat dingin.

"Dek, maafkan aku karena sudah mengkhianati pernikahan kita...."

"Ceraikan aku Mas, aku tak ingin di duakan! aku tak bisa berbagi suami dengan wanita lain, jadi lebih baik kita bercerai saja." Potong Aurel yang sekuat tenaga menahan air matanya.

Meskipun hatinya begitu hancur, mendapati kenyataan jika suaminya sudah menikah lagi. Namun ia tak ingin terlihat lemah di depan suaminya ini.

Ya, Aurel lebih baik memilih mundur dari pada harus menjalani poligami. Ia benar-benar tak sanggup.

"Tidak, aku tidak akan menceraikan mu!" tegas Reno.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Li Hua Nineten
reno laki² yg maunya menang sendiri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status