Share

Bagian 2

Terbangun dari tidurnya, Stela Wen berteriak sangat kencang hingga bergema ke seluruh ruangan. Stela Wen nampak panik saat mendapati dirinya tengah bertelanjang di balik selimut. Dalam keadaan panik, Stela menarik selimut dan meremas dengan kuat bagian tepiannya. Pandangannya menoleh ke kanan dan kiri memastikan sedang berada di mana saat ini.

"Kenapa aku ada di sini?" Stela Wen menggigit bibir dan beberapa kali mengintip ke balik selimut--memastikan dirinya benar-benar telanjang atau tidak.

Stela Wen mendadak ketakutan. "Di mana bajuku?"

Stela Wen merangkak turun dari atas ranjang dengan melingkarkan kuat selimut besar tersebut. Pandangannya tengah berkeliling mencari keberadaan bajunya.

Tidak ada. Gaun berwana merah yang semalam membalut tubuhnya raib entah di mana. Masih dalam keadaan panik, Stela Wen sampai mengobrak-abrik kamar besar nan luas yang sama sekali tidak ia kenali.

"SIAL!" maki Stela Wen. "Ini pasti karena aku mabok!" Stela Wen menggeram sambil mengentak-hentakkan kakinya dengan frustrasi.

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" Stela Wen mulai menangis. Ia terjatuh terduduk di atas lantai sambil mencengkeram kuat selimut yang masih menutupi tubuhnya.

Setelah semalam hatinya hancur karena ditinggal suami berselingkuh, kini Stela Wen harus dibuat gelisah dan bingung karena tidak tahu apa yang sudah terjadi semalam usai dirinya dalam pengaruh alkohol.

"Sebaiknya aku segera pergi!" Stela Wen bangkit lalu mengusap wajah dengan satu tangannya.

Karena sudah bingung harus bagaimana, pada akhirnya Stela Wen memberanikan diri membuka sebuah lemari besar dengan ukiran klasik di setiap tepiannya. Saat dua pintu lemari itu terbuka, dua bola mata Stela spontan membelalak sempurna sampai tidak sadar selimut yang menutupi tubuhnya merosot jatuh ke lantai. Dua tangan Stela Wen kini tengah mendarat menutup bibirnya yang terbuka lebar.

"I-ini … ini pakaian pria se-semua?" Stela Wen terbata-bata.

"Oh astaga!" Stela kemudian tersadar lalu segera menarik selimut tersebut kembali.

Stela mulai panik lagi. Ia semakin takut dan bingung. Seluruh lemari berisi pakaian pria, itu tandanya semalam ia bersama pria asing di kamar ini.

"Aaaaaa!!" Stela Wen spontan berteriak lalu mengatup kembali bibirnya rapat-rapat.

"Aku harus bagaimana?" Stela menggigit bibir bawah. "Siapa pria yang bersamaku semalam?"

"Tidak, aku tidak boleh diam saja." Stela buru-buru menarik satu kemeja berwarna putih, lalu memakainya dengan cepat.

Kemeja yang kini sudah ia pakai, menutup tubuhnya hingga sampai di bawah lutut. Itu menandakan kalau pemilik kemeja tersebut pastinya berpawakan tinggi tegap.

"Aish, apa yang sudah aku pikirkan!" Stela Wen menjitak kepalanya yang tiba-tiba malah memikirkan sosok pria pemilik kemeja tersebut.

Selesai merapikan rambut dan penampilannya yang sempat kacau, kini Stela Wen buru-buru keluar dari kamar. Sesampainya di luar, Stela Wen baru menyadari kalau tempat yang sedang ia pijak adalah sebuah rumah mewah. Dan Stela dibuat terkejut lagi saat tiba-tiba ada dua orang pelayan wanita mendekat ke arahnya.

"Nona sudah bangun?" salah satu dari mereka bertanya.

Stela Wen yang bingung nampak mengerutkan dahi. Dua pelayan itu semakin membuat pikiran Stela Wen kacau.

"Si-siapa kalian?" tanya Stela Wen.

"Kami pelayan di rumah ini," jawab mereka bersamaan.

Rumah siapa ini? Stela Wen kian bingung. Rumahnya begitu besar dan mewah. Interiornya sangat megah dan riasan di dalamnya begitu modern. Tidak sadar, Stela Wen sampai menyapu pandangan ke seluruh ruangan.

"Maaf, Nona. Apa Nona mau sarapan?" tawar pelayan tersebut membuyarkan lamunan Stela Wen.

Stela Wen buru-buru menggeleng. "Aku mau pergi saja dari sini. Di mana pintu ke luarnya?"

Dua pelayan tersebut saling pandang untuk sesaat sebelum kemudian mempersilahkan Stela Wen pergi.

Stela Wen ingin berhenti mengingat-ingat kejadian semalam yang membuat dirinya sampai bisa berada di kamar asing tanpa busana. Stela yang kini sama sekali tidak memiliki uang, hanya bisa berjalan menyusuri trotoar tanpa alas kaki. Busa dikatakan, nasib Stela Wen benar-benar sial.

Meski sudah berjalan sejauh mungkin, tidak ada satu orang pun yang berinisiatif menolongnya. Kehidupan di kota ini memang lebih banyak orang memilih acuh dari pada ikut campur urusan orang lain.

"Apa dia sudah pergi?" tanya Peter sesampainya di rumah.

"Sudah, Tuan. Nona Stela Wen saya biarkan pergi sesuai perintah Tuan," jawab pelayan tersebut.

Tidak bertanya lagi, Peter berjalan menaiki anak tangga. Ia berjalan sambil melonggarkan dasi yang masih melingkar di lehernya. Kemudian Peter merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel.

"Apa kau mengikutinya?" tanya Peter pada seseorang di balik ponsel. "Ikuti sampai dia benar-benar sudah aman."

Tut! Ponsel terputus dan Peter melemparnya ke atas kasur.

"Hanya karena wanita itu, aku sampai merasa cemas." Peter menjatuhkan diri di atas sofa.

Perasaan kadang tidak bisa ditebak. Pun dengan perasaan Peter pada Stela Wen. Cih! Wanita bodoh yang memiliki pria brengsek!

Peter duduk setengah membungkuk sambil memijat kepalanya yang terasa pening.

"Apa aku terlalu bodoh?" gumam Peter sambil menatap ranjang yang semalam ada seorang wanita terbaring di atasnya. "Dia wanita bersuami, bagaimana aku bisa tertarik padanya?"

Tidak ingin larut dalam pikirannya yang kacau, Peter kemudian memutuskan untuk berendam di bak mandi.

Di sisi lain, kini Stela Wen sudah sampai di rumah ke dua orang tuanya. Melihat tampilan Stela Wen, tentunya membuat sang ibu bertanya-bertanya.

"Ada apa dengan bajumu?" tanya Janete. "Kenapa kau terlihat kacau?" Ia mulai curiga.

Stela Wen acuh dan masuk ke dalam rumah begitu saja. "Tidak ada apa-apa."

Janete menutup pintu lalu menyusul Stela Wen. "Apa kau bertengkar dengan suamimu?" tanya Janete.

"Tidak, Ibu," desah Stela Wen. "Aku hanya salah pakai baju tadi. Aku buru-buru kesini karena ingin mengambil baju lamaku untuk pergi diner bersama suamiku."

Meski jawaban Stela Wen sangat melenceng jauh dari kenyataannya, tapi Janete tetap percaya.

"Stela, kau di sini?" Ayah muncul dari dalam kamar. "Ada apa dengan tampilanmu?" Bukan hanya Janete yang heran melihat tampilan Stela Wen tapi Bowen juga.

"Tidak ada apa-apa, ayah," jawab Stela Wen yang kemudian melangkah menuju kamarnya yang sudah berbulan-bulan tidak ia kunjungi.

"Ada apa dengan dia?" tanya Bowen Wen pada istrinya. "Aneh sekali."

Janete duduk di sofa. "Mungkin semalam dia habis bercinta dengan suaminya lalu paginya datang kesini lupa berganti pakaian."

Bowen Wen tertawa kecil. "Benar juga kau."

"Sungguh pikiran yang kacau!" cerocos Stela Wen setelah mendengar percakapan kedua orang tuanya itu.

Sambil berganti pakaian, Stela Wen masih saja nyerocos hal macam-macam.

"Memang baru saja bercinta, tapi bukan denganku. Melainkan dengan wanita jalang yang gila!" Stela Wen melempar kemeja putih itu ke sembarang tempat.

"Mereka dengab tega bermain cinta di belakangku. Sementara aku … hiks."

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lia
ceritanya baguss...Thor buka bab nya geratis dong...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status