Share

Bagian 3

"Kenapa baru pulang?" tanya Alex bernada jengkel.

Sedari pagi Alex sudah menahan rasa lapar, tapi sang istri justru menghilang entah kemana

Stela Wen masuk ke dalam rumah. "Maaf, aku dari rumah ayah," jawabnya acuh.

Alex brdecak lalu menysul. "Aku kelaparan, sementara kau baru pulang. Dasar istri tidak berguna!"

Stela Wen menarik napas sesaat sebelum menoleh. Ingin rasanya menonjok pria tersebut dengan kepalan tangan lalu berteriak dengan kencang. Namun, tidak Stela Wen lakukan dan hanya desahan pelan yang keluar dari mulutnya

"Aku baru sekali ini tidak menyiapkanmu sarapan, dan kau langsung marah-marah." Stela Wen menatap Alex dengan sesal.

Tidak mau disalahkan, Alex kembali berkata, "Tugas istri adalah melayani suami. Akan sangat tidak sopan kalau kau sampai tidak memasakkanuntukku, meski hanya sekali."

Stela Wen tersenyum getir. Dia meminta dilayani, tapi dia sendiri malah melayani wanita lain. Dan untuk soal memasak, kenapa tidak cari pembantu saja kalau memang tidak sabaran? Stela Wen baru menyadari kalau memang selama ini Alex selalu menuntut segala hal.

Cih! Kebusukan itu tertutup rapi karena rasa cinta Stela Wen yang begitu besar.

Meski enggan, tapi Stela Wen tetap melakukan tugasnya. Ia beranjak menuju dapur dan membuatkan sang suami sarapan. Sejujurnya, Stela Wen sedang menghindar. Ia tidak sanggup lama-lama berdiri di hadapan Alex. Kejadian malam itu, sungguh sangat menyayat hati.

Masih dalam kesedihan yang tersembunyi, kakak iparnya yang bernama Angela datang.

"Semalam kau tidak pulang, kemana kau pergi?" tanya Angela dengan ketus.

Angela kemudian duduk usai mengambil gelas. Ia menuang air putih sambil memandangi Stela Wen yang sedang mengambil beberapa sayuran di dalam kulkas

Angela meneguk habis minumannya lalu meletakkan gelas di atas meja cukup keras. "Kau tuli ya!" seloroh Angela. "Aku tanya, kenapa kau diam saja."

"Untuk apa aku menjawab?" Stela Wen berdiri lalu meletakkan beberapa sayur dan lauk mentah di atas meja dapur.

Angela mendecih. "Sombong sekali kau! Aku hanya tidak suka istri adikku tidak tahu aturan."

Dengan enteng, Stela Wen menyahut. "Siapa yang kau maksud tidak tahu aturan? Aku?" Stela balas mendecih.

"Istri mana yang tidak pulang ke rumah tanpa berpamitan?" kata Angela. "Kupikir kau memang wanita jalang!"

"Jaga ucapanmu!" spontan Stela Wen meloyot dan mengacungkan pisau yang sedang ia gunakan untuk memotong sayur.

Angela memutar bola mata seolah tak mengidahkan perkataan Stela Wen. Setelah meneguk satu gelas air putih lagi, Angela kemudian beranjak.

"Dasar wanita jalang!"

Merasa kesal, Stela Wen mencengkeram kuat gagang pisau hingga tak terasa sudah membuat potongan sayur menjadi hancur. Napasnya yang berderu, coba Stela Wen atur ambil menarik napas beberapa kali.

"Sabar Stela Wen. Kau harus tenang. Siapkan saja dirimu untuk membongkar kebusukan suamimu." Stela Wen menyemangati diri.

Kalimat lirih itu hanya sebatas semangat saja. Stela Wen tak sekuat itu untuk mengungkap perlakuan suami di belakangnya selama ini. Selain masih ada rasa, Stela Wen juga tidak ada pilihan untuk melawan. Toh selama ini Alex selalu memenuhi kebutuhannya. Sejujurnya ia juga perhatian meski terkadang ada bentakan karena hal sepele.

Mungkin terima saja untuk sesaat.

Satu jam kemudian, makanan pun sudah tersaji di atas meja. Semua sudah lengkap seperti biasanya. Ada sop dan juga ayam panggang.

"Istriku memang pandai memasak," puji Alex sambil menatap bergantian menu makanan yang tersaji di atas meja.

Sebatas pujian begitu saja, Stela Wen sudah merasa bahagia. Namun, senyum tipis saat ini seketika senyap saat Stela Wen kembali teringat sosok sahabatnya yang dengan tega menusuknya dari belakang.

Tidak lama kemudian, Angela ikut bergabung. Wanita itu memang selalu acuh di hadapan Stela Wen. Tidak lama kemudian munculah May, ibu mertua Stela Wen.

Ini sudah jam sembilan, Stela Wen baru sadar kalau ternyata seisi rumah ini memang hanya memanfaatkannya. Kenapa Stela Wen baru menyadarinya?

"Apa mereka semua menganggapku budak di rumah ini?" batin Stela Wen. "Cih, jika bukan karena kejadian semalam, mungkin aku masih akan tetap mengangguk iya saat mereka menyuruhku." Stela Wen masih bergumam di dalam hati sambil melirik ke arah mereka bergantian.

"Semalam kau tidak pulang, dari mana saja kau?" tanya May.

Alex yang baru saja menelan sesuap nasi ikut menyahut, "Iya, aku sampai lupa bertanya hal ini. Kau dari mana?"

Stela Wen mendongak dan menatap ke arah sang suami. "Kau ingin tahu semalam aku di mana?" Ia balik bertanya.

"Hei! Dia itu suamimu, tentu saja dia harus tahu," ketus Angela

"Pelankan suaramu, Angela," pinta Alex. "Stela Wen, kau tidak apa-apa kan?" tanya Alex saat mendapati Stela Wen termenung.

Stela Wen tersenyum. Ia kembali menatap Alex. "Aku berdandan cantik semalam. Aku menyewa sebuah restoran untuk memperingati aniversary pernikahan kita yang ke satu tahun."

Degh! Alex spontan menjatuhkan sendok ke atas piring. Pria itu tertegun menatap ke arah Stela Wen dengan bingung. Angela Dan May hanya diam tidak mau ikut campur.

"Ma-maaf, aku tidak ingat," sesal Alex.

Jika saja Stela Wen tidak tahu apa yang dilakukan Alex bersama Emma, mungkin hatinya saat ini tidak terlalu dongkol. Makan pun rasanya tidak selera lagi.

"Aku sudah kenyang. Aku masuk ke kamar dulu." Stela Wen mengusap bibirnya dengan tisu lalu bangkit.

Alex yang merasa bersalah, segera pergi menyusul sang istri.

"Mereka itu kenapa?" tanya May acuh.

"Biarlah, namanya juga orang labil," sahut Angela enteng.

Angela kembali menikmati makanannya. Ia terlihat tersenyum tipis seperti telah mengetahui sesuatu.

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya May.

"Siapa? Aku tidak senyum-senyum sendiri." Angela mengelak.

Beralih ke kamar, Stela Wen sedang berada di kamar mandi. Alex yang merasa bersalah, duduk di tepi ranjang menunggu sang istri.

"Bagaimana aku bisa lupa?" batin Alex. "Kalau saja bukan karena dirayu Emma, mungkin aku tidak lupa. Sial!"

Beberapa kali Stela Wen membasuh wajahnya. Ia sedang mencoba menyembunyikan matanya yang merah dengan alasan terkena air terlalu banyak. Sambil mengelap wajahnya, Stela Wen kemudian beranjak ke luar.

"Maafkan aku," kata Alex

Ia sudah berdiri dan menghampiri Stela Wen. "Aku sungguh lupa."

Stela Wen memaki dalam hati. "Tentu saja kau lupa. Kau sedang bercinta dengan Emma."

Masih sibuk mengelap wajah di depan cermin, kini Alex sudah memeluk Stela Wen dari arah belakang. Ia mendaratkan dagu di atas pundak Stela Wen. Sesaat mata keduanya saling pandang dari pantulan cermin.

"Sebagai permintamaafanku, aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Bagaimana?"

Setidaknya, wajah masam yang mucul pada diri Stela kini mulai berubah menjadi senyuman.

***

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
makan tu cinta..sampai2 mudah di perbodoh laki
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
dsar istri bodoh..
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
ih masih mau nggak jijik bekas orang lain
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status